Part 29

339 55 10
                                    

Happy Reading
.
.
Typo tandain
.
.

Osis sibuk mempersiapkan classmeet mendatang sampai-sampai tidak mengikuti kelas. Vian bolak balik keruang kepala sekolah bersama Raya untuk mendiskusikan kembali proposal kegiatan classmeet mendatang.

Vian dan Raya baru saja keluar dari ruang kepala sekolah. Diluar Jenny, Zai, dan Billa menunggu.

"Ga ada kelas?" Tanya Raya kepada mereka bertiga dikarenakan ini masih jam pembelajaran.

"Biasa." Ujar Jenny santai.

"Spil dong spil!" Saut Zai menatap Raya dan Vian bergantian.

Raya dan Vian memutar bola matanya malas. Berjalan meninggalkan mereka bertiga. Jenny, Zai, dan Billa ditinggalkan pun langsung mengikuti mereka berdua berjalan berdampingan.

"Pelit banget!" Sungut Zai.

"Besok di bagi." Ujar Raya.

"Ih, kan gw mau duluan."

"Yaudah masuk OSIS sini, biar Lo tau duluan."

Okey nada bicara Raya sudah berubah tanda Zai akan mendapatkan masalah.

"Ga Ray kita ga kepo kok, kita bakal nunggu besok." Ujar Billa karena Zai bersembunyi dibelakangnya.

Raya hanya menghela nafas.

"Masuk ke kelas atau gw laporin?" Ancam Raya.

Jenny mendengus, "Ga seru ih Raya. Gw ajak ke kantin kuy! Gw traktir! Yan gw bawa Raya dulu, nanti gw kembaliin. Kasian Raya sayang gw Lo buat kerja rodi muluk! Bye!" Ujar Jenny cepat dan langsung menggeret Raya menjauh dari Vian sebelum ia menjawab omongannya.

Jenny dan Raya berlari lebih tepatnya Jenny yang menarik Raya untuk berlari diikuti oleh Zai dan Billa yang dada kepada Vian.
Vian hanya menghela nafas panjang. Menggelengkan kepalanya dan melanjutkan perjalanan menuju ke ruang OSIS.

"Kalian liat Kak Vian sama Kak Raya sebenarnya cocok banget ga sih?"

"Bener! Gw baper kadang kalau liat mereka berdua."

"Mereka pacaran ga sih?"

"Meskipun mereka diem diem tapi mereka keliatan soswit!"

"Apalagi Kak Vian selalu ada untuk Kak Raya. Kalau gw jadi Kak Raya udah baper!"

"Kak Raya cantik Kak Vian ganteng. Fix! Jodoh!"

"Sttt! Sttt! Sttt!"

Vian berjalan melewati mereka dengan tatapan datar seperti biasanya. Banyak yang mengira mereka berdua pacaran. Mereka berdua tau simpang siur tentang keduanya tetapi mereka membiarkannya tetapi bukan membenarkan. Vian yang menganggap Raya sebagai Adiknya dan Raya pun sebaliknya.

Raya nyaman jika bersama Vian. Ia seperti memiliki tameng tetapi Raya tidak ingin mempersulit Vian dengan bercerita tentang masalahnya. Didekatnya saja sudah membuatnya tidak mengingat masalahnya. Vian juga selalu ada untuk Raya walaupun Raya tidak ingin bergantung padanya.

Vian tau tentang masalah keluarga Raya dan dia hanya diam tidak ingin membuat Raya menjadi tidak nyaman dengannya.

Bukankah seseorang hanya butuh sandaran tanpa bertanya apa masalah yang sedang ia hadapi atau memberikan saran seharusnya begini seharusnya begitu.

Hanya menjadi sandaran saat masa sulit dan mendengarkan jika ia siap untuk bercerita.

Vian dari keluarga yang harmonis dan ia tidak ingin membuat Raya berkecil hati dan iri kepadanya. Hal itu akan membuat mereka jauh.

TEENAGER | End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang