Part 11

1.6K 255 9
                                    

Happy Reading
.
.
.

"Ha-halo?"

"Bi-billa ini Raya."

Zai dan Billa membelalakkan matanya terkejut.

"Ray? Beneran ini Lo?" Tanya Zai cepat.

"I-iya." Jawab Raya serak di sebrang sana.

"Sekarang Lo dimana?" Tanya Zai cepat.

"Di-di luar sekolah, didepan gerbang. Gak berani masuk, masih ada OSIS di depan."

"Ya udah, kita samperin Lo. Lo disana aja, jangan kemana-mana, oke. 5 menit nyampek!" Ujar Billa tergesa-gesa.

Panggilan telpon pun terputus. Keduanya langsung keluar kelas untuk menghampiri Raya. Di luar kelas, mereka bertemu dengan Jenny serta Kris.

"Weh! Mau kemana?" Tanya Jenny, sedikit terkejut karena mereka berpapasan di depan pintu. Ia mau masuk dan Zai serta Billa ingin keluar.

"Raya diluar sekolah, kita mau nyamperin." Jawab Billa.

Zai mengangguk, "Mau ikut gak?"

"Raya? Kok gue tadi gak liat? Ikut lah." Ujar Jenny.

"Itu nanti, ini mumpung Raya mau masuk sekolah ini." Kata Zai.

Ketiga pun berlari keluar sekolah, meninggalkan Kris yang tadi pun juga mendengarkan percakapan ketiganya.

"Raya masuk?" Gumam Kris.

Seketika Kris mengambil ponselnya dan menekan tombol telpon pada kontak Reza.

"Apa?"

"Lo dimana?"

"Di warung Mpok Elak, kenapa?"

"Lo gak niat bolos kan?" Tuding Kris. Enak-enak saja ia sekolah temannya malah bolos sendiri lagi.

"Enggak. Kenapa nelpon?"

"Kata Billa sama Zai diluar ada Raya. Samperin sana, temenin masuk ke sekolah sekalian."

"Raya? Oke thanks."

"Sam-- tutututu!"

"Anjir langsung ditutup langsung. Bangke!" Umpat Kris. "Untung gue baik hati kasih tau info bermanfaat buat tu anak satu." Gerutu Kris.

Memasukkan ponselnya ke dalam tas, Kris pun berjalan menuju kelasnya yang berada di gedung berbeda.

###

Diluar Raya berdiri di sebrang sana. Ia sangat-sangat tertutup. Hoodie hitam serta celana legging. Ia tetap memakai seragam hanya saja, legging ini agar menutupi kakinya karena tidak ingin memperlihatkan bekas luka yang sudah kering.

Apa lagi didepan ada pemeriksaan OSIS, ia pasti disuruh melepas celana ini. Roknya saja sudah pendek kalau roknya panjang ia tidak masalah.

Menatap area sekolah seandainya bertemu dengan Zai atau Billa yang sedang mencarinya. Tetapi masih belum ada batang hidung mereka.

Menaikan masker hitam yang ia pakai untuk menutupi separuh wajahnya. Pasti saat ia mendapatkan siksaan dari Ayahnya, ia akan seperti ini untuk ke sekolah.

Hanya merasa tidak nyaman dan takut. Itu saja.

Menghela nafas panjang. Menundukkan kepalanya ke bawah menatap sepatu kets hitam putihnya. Tiba-tiba ada seorang menepuk pundaknya membuatnya tersentak sedikit.

TEENAGER | End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang