Happy Reading
.
.
.Bel istirahat berbunyi nyaring. Guru-guru mulai keluar dari kelas dan kembali ke ruang guru. Siswa siswi pun sudah berhamburan keluar kelas dan menuju ke kantin. Memberi energi untuk tubuh kita yang sudah digunakan untuk belajar.
"Gue kira ulangan MTK Minggu depan dan Lo pada tau ternyata hari ini bos. Sumpah kemut-kemut gue mikirin jawabannya gak kelar-kelar." Ujar Billa.
Menceritakan saat tadi jam ke-2 setelah mata pelajaran b.indo adalah matematika. Tiba-tiba diadakan ulangan bab 3 dadakan. Billa yang saat itu berkahana tidak belajar + otak gak encer menyerah ingin mendapatkan nilai apa pun. Gadis pirang ini tidak bodoh dan tidak juga dalam anak malas. Lebih tepatnya mager tapi kalau belajar dia bakal pinter.
"Bab 3? Kamis kemarin baru aja gue ulangan." Saut Raya.
Billa menoleh ke belakang, "Lo kan pinter beda. Dadakan juga nilai Lo bakal bagus, Ray."
Mereka berempat berjalan di koridor bersama menuju ke kantin. Sama seperti siswa lainnya berniat untuk mengisi energi untuk mata pelajaran selanjutnya.
"Eh! Raya kalau gak giat belajar juga gak bakal pinter." Celetuk Jenny yang berdiri di samping Raya dan menggandeng tangan Raya.
"Untung kelas kita pelajaran matematika tiga hari lagi." Ujar Zai menatap Jenny.
Jenny mengangguk, "Ya semoga besok jam kos lagi aja."
"Aamiin paling kenceng!" Saut Zai cepat.
"Widih! Ramai sekali kantinnya bos kuy. Bisa-bisa kita gak dapet tempat ini." Kata Zai. Menatap penjuru kantin yang sudah ramai akan siswa siswi.
"Kalau ada Agam, Vian, Dio sama Aiden masih mending lah kita bisa duduk. Lah! Ini kita berempat doang, masa gebrak meja anak orang. Kena mental nangis ngadu guru BK terus ngadu ke orang tua kita. Mati gue." Ujar Jenny.
"Gini deh, Jenny kan gak mungkin ngusir anak orang. Kalau gue lagi mager. Bila aja yuk." Ujar Zai menatap Billa penuh harap.
Billa membelalakkan matanya, "Kok gue? Enggak ah, males." Tolak Bila.
"Ayo lah Bil, Lo juga nanti bisa duduk." Bujuk Jenny.
"Enggak ya enggak."
"Bil ayo lah."
Billa menggeleng sekali lagi menolak dengan tegas.
Raya menatap ketiganya yang sedang membujuk Bila. Melirik meja ditengah-tengah yang sudah ditempati oleh siswi-siswi.
Habis ini ke perpus ah.
Raya mendengarnya, suara yang terlintas di otaknya dan pendengarannya.
"Heh! Gak usah ribut, duduk disitu bentar lagi mau pergi itu adiknya." Ujar Raya.
Ketiga berhenti dan menatap Raya dan meja yang ditunjuk oleh Raya tadi secara bergantian.
"Nah, gitu berguna sedikit. Gak kayak Lo Bil." Kata Jenny langsung berjalan menuju meja tersebut diikuti oleh Zai.
Nabila menghela nafasnya panjang, "Nyelekit amat mulutnya. Tapi bener juga sih. Iya gak sih? Ah bodo." Ujarnya bingung sendiri sembari mengikuti teman-temannya.
Bertepatan mereka berempat menuju meja yang ditentukan oleh Raya tadi, adik kelas mereka meninggalkan tempat. Zai dengan senang langsung duduk tenang, mengeluarkan ponselnya dan mulai ke dunia ponsel. Jenny duduk disebelah Zai dan menatap ke depan beberapa warung. Berpikir ingin makan apa kali ini.
Billa duduk di depan Zai. Mengambil kerupuk yang di sediakan setiap meja, mulai menyomoti kerupuk. Raya duduk disebelah Billa dan depan Jenny, melirik sekitaran kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEENAGER | End
Teen FictionApa jadinya musuh bebuyutan dijadikan satu? Spooky dan Swart adalah musuh bebuyutan. Tidak ada api kalau tidak ada asap. Kedua kubu itu berbeda sekolah tapi masih saja ada pertentangan antara keduanya apa lagi saat kedua sekolah mereka dijadikan sa...