53 - Dor!

206 50 117
                                    

Udah kebiasa ngatur, dan sekarang diatur lagi. Udah kebiasa jadi mandor, duduk enak, seruput kopi, jepit rokok di ujung bibir, terus sekarang harus terima status baru sebagai karyawan biasa, yang pulang-pergi nganter makanan ke rumah-rumah, terima omelan para pelanggan karena macet yang melanda, udah gitu belum lagi kendala motor yang bikin dia kerepotan banget.

Sejeong nyesel, harusnya dia benar-benar buat perhitungan matang sebelum bilang ke keluarga untuk minta izin kumpul kebo; kuras tabungan di ATM, jual domba-domba di peternakan, terus gadaikan semua cabang kedai sate, biar dia ada pegangan hidup dan nggak luntang-lantung kayak gembel.

Tapi masalahnya, Ennik Somi Douma bikin otaknya kosong melompong. Sejeong jadi boro-boro kepikiran buat nipu. Malah kayak ribut sendiri jadinya. Teledor, nggak bisa mikir waras selain gimana caranya meyakinkan kedua pihak keluarga, kalau dia hanya pengen dikasih sebuah kesempatan; kepercayaan penuh untuk dia membahagiakan seseorang.

Meskipun ya emang, sih. Kumpul kebo tuh kedengarannya kayak semacam main-main. Tapi dalam kasusnya ini, Sejeong cuma berharap kalau mereka bakal ngerti.

'Nggak ada cara lain.' Sejeong mutlak percaya kalau saran Chaeyeon adalah satu-satunya, yang bisa persatukan ia dan Somi tanpa harus lepas kepercayaan.

Yah, sayang aja dia nggak bisa rencanakan dengan baik. Alhasil, malah sekarang banting stir dari juragan ke karyawan.

'Apes, apes.'

Udah capek-capek menata karir, eh... ada aja yang bikin terjun bebas.

'Ck.'

;

"Tambal ban, Mang! Ban depan motor saya bocor." Parkir motor di bengkel kecil dekat tempat bannya kempes, Sejeong langsung pasang standar dan balik badan memanggil montir.

"Ah, ya Mbak. Duduk aja dulu, yah. Silahkan ditunggu." Balas si montir yang baru aja keluar dari toko mekanik. Toko yang juga jadi tempat usahanya, selain dari bengkel itu.

Sejeong tersenyum simpul, menepuk halus body motor.

Lantas mencopot helmet dan dia langsung pergi ke warung kopi sebelah bengkel, buat langsung duduk disana, pesan kopi, dan keluarkan ponsel dari saku; melihat notifikasi.

Beep beep!

Beep beep!

Sejeong terpaku.

[Whataapp]
Somi: Lagi dimana?
Somi: Ayo ketemu sekarang

Ah... 'Mampus.'

Sejeong melirik rompi karyawannya dan box makanan di motornya dengan sangat kelabakan. Bermonolog didalam hati: 'Ini pasti rumit banget buat jelasin ke si pacar.'

Dari rencana kumpul kebo, izin yang nggak direstui, luka jahitan yang masih baru di keningnya, dan keadaan jatuh miskin yang nggak dia duga-duga.

Sejeong harus jelasin mulai dari mana kalau ketemu Somi sekarang???

'Ah... Huft... Tahan...' Sejeong mengatur napas dan menggeleng. 'Mending jangan sampai kelihatan baca. Abaikan aja. Hm? Ini bukan waktu yang tepat untuk jujur dan ketemu.'

Cewek pendek itu menelan ludah, wajahnya pucat, dan handphonenya langsung dikunci sebelum diletakkan dengan layar yang tengkurap.

"Kopinya, Mbak?"

"U-uh... Iya."

Sementara itu...

"Eh, ay! Itu bukannya Kak Sejeong, yah?"

Séiss -ChaeKyul [APSB S2]Where stories live. Discover now