Part 16: Departure

712 97 3
                                    




Hari itu, Singto dan Krist akan meninggalkan akademi di Moscow untuk ditugaskan menjadi pilot Krieger di China. Seharusnya mereka memerlukan waktu 3 bulan latihan lagi hingga sampai pada hari kelulusan dan dinobatkan menjadi pilot. Tetapi, China membutuhkan segera Krieger yang baru dan pilot yang dapat mengendalikan Krieger Alpha-1 hanya Krist dan Singto.

Krist mengenakan seragam barunya yang berwarna biru navy, menyematkan lencana pilotnya dan membawa koper dan tas jinjing yang berisi seluruh barang-barangnya. Lalu ia ingin turun dan menuju ke landasan penerbangan yang ada di lapangan akademi. Sebuah chat masuk ke HP Krist, dari Singto yang mengatakan bahwa ia sudah menunggu di depan pintu kamarnya. Krist melihat kamarnya itu untuk yang terakhir kali, karena kamar itu memiliki banyak kenangan dan mungkin ia tidak akan kembali kesana lagi.

Laki-laki itu berdiri di balik pintu, mengenakan seragam berwarna biru navy dengan lencana pilot tersemat di dada sebelah kanannya dan pin nama yang tersemat di dada sebelah kirinya bertuliskan Singto P. Ruangroj. Laki-laki itu menyambutnya dengan senyuman seperti yang biasa ia lakukan. Senyuman yang penuh dengan kekaguman dan rasa sayang.

"Sini aku bantu bawa.", ucap Singto sembari mengambil tas jinjing milik Krist. Singto memang selalu memanjakan Krist, kecuali saat latihan. Sepertinya itu salah satu alasan Krist bisa menyukai Singto, karena laki-laki itu sangat perhatian dan bahkan rela melakukan apapun yang diminta oleh Krist, atau bahasa gaulnya adalah 'bucin'.

Keduanya berjalan menuju landasan penerbangan. Ketika sedang di lift, pintu lift terbuka di lantai 5 dan Natasha masuk ke dalam lift. Ia terkejut melihat Krist dan Singto ada di dalam lift. "Oh, hai Krist. Seragam baru mu keren."

"Hai, Natasha. Thanks. Bentar lagi kamu juga bakal pake seragam ini kok.", ucap Krist.

"Semoga yaa. Kamu ditugaskan ke China kan? Kita bakal jarang ketemu."

"Kamu masih bisa menghubungiku kapan aja kok. Btw, kamu turun mau kemana?"

"Mau ke lapangan, Krist. Semua kadet akademi disuruh untuk berkumpul di lapangan."

"Untuk apa?"

"Untuk memberi salam terakhir pada kalian yang sudah lulus dari akademi."

Singto hanya diam saja mendengar Krist dan Natasha asik bercakap-cakap berdua. Natasha menyadari Singto dari tadi melirik ke arahnya dengan tatapan yang cukup membuatnya tertekan, sehingga wanita itu hanya mampu memberi senyuman canggung pada Singto. "his presence is so intimidating."

Ketika telah sampai di lapangan, Natasha berpamitan pada Krist dan memberikan sesuatu ke telapak tangan Krist.

"Apa ini?", tanya Krist yang kebingungan. Ia tidak tahu apa yang diberikan oleh Natasha.

"Hadiah perpisahan. Hati-hati. See you when I see you.", ucap Natasha, lalu berlari menuju barisannya. Di lapangan itu telah berkumpul teman-teman satu angkatan mereka yang masih mengenakan seragam akademi dan berbaris sesuai dengan kelas mereka masing-masing.

"Dia ngasih kamu apa, Krist?"

"Hm? Gatau ini apa ya?", tanya Krist sambil menunjukkan barang itu kepada Singto.

"Krist. Kamu beneran gak tahu apa itu?"

Krist menggelengkan kepala. "Krist, that's a condom."

Seketika Krist memasukkan barang itu ke dalam saku celananya. Wajahnya berubah merah padam, telinganya pun memerah karena malu. Bisa-bisanya ia tidak tahu benda apa itu dan dengan santainya menunjukkan itu di depan pacarnya. "Sungguh memalukan", batin Krist sambil tidak mau melihat ke Singto karena malu. Sementara Singto terkekeh melihat kepolosan pacarnya itu "HAHAHA imut sekali."

"Nanti bisa coba pake hadiahnya. Kalo gak pake juga gapapa sih.", ucap Singto yang makin menggoda Krist.

"Singto! Diem!", gerutu Krist sambil memukul bahu Singto cukup keras dan berjalan meninggalkan laki-laki itu, duluan masuk ke dalam pesawat jet militer yang akan mereka tumpangi. Singto tertawa terbahak-bahak dalam hati karena pacarnya itu sangat menggemaskan ketika salah tingkah, makanya ia makin suka menggodanya.

"Krieger Alpha-1, ready for departure."

Krieger itu pun dikeluarkan dari lantai basement-20 ke lapangan. Beberapa pesawat jet kargo memasang tali magnet untuk mengangkat Krieger itu. Sekitar 10 pesawat jet kargo yang membawa Krieger Alpha-1 berangkat dari Moscow menuju ke provinsi Anhui, China.

"Selamat datang di markas Krieger Huangshan. Saya Zhang Wei kepala pilot disini."

Krist dan Singto memberi hormat kepada orang tersebut. Seorang pilot legendaris di China yang berhasil mengalahkan Monstrum level tertinggi pada masa itu, yaitu Monstrum level 4. Di usianya yang masih kepala 3, ia sudah menjadi kepala pilot. Pekerjaan kepala pilot memang tidak lagi mengendarai Krieger, tapi ia yang memberi misi dan perintah langsung kepada para pilot ketika sedang menjalankan misi.

"Perkenalkan, ia adalah Wang Lei, sekretaris divisi kesehatan sekaligus orang yang akan mengantar kalian untuk berkeliling.", ucap Zhang Wei.

Setelah itu, Zhang Wei pun meninggalkan Krist dan Singto bersama dengan laki-laki bernama Wang Lei itu. "Laki-laki? Tapi perutnya... Neutrum?", tiba-tiba Krist teringat dengan wajah seseorang yang familiar, teman sekolahnya ketika di SMP yang tidak melanjutkan ke SMA karena hamil anak seorang dokter dari China.

"Maaf, apakah anda Chen Lei?"

"Benar Krist, kamu mengingatku? Sekarang aku menggunakan nama suamiku, Wang."

"Kalian saling mengenal?", tanya Singto.

"Dia teman sekelasku saat SMP.", jawab Krist.

"Wang Lei, apa kamu sedang hamil?"

"Iya. Ini kehamilanku yang ketiga."

Krist membelalakkan matanya karena terkejut, Singto pun tidak kalah terkejut. Ini adalah kali pertama Singto melihat secara langsung Neutrum yang sedang mengandung.

"Kamu tahu kan aku pertama hamil di usia 15 tahun. Sekarang anak pertamaku sudah berusia 6 tahun, anak kedua ku 3 tahun."

Wang Lei. Seorang Neutrum yang pertama kali tercatat dalam sejarah penelitian, menjadi salah satu orang yang menarik perhatian banyak peneliti. Kehamilannya membuktikan penelitian bahwa Neutrum dapat mengandung dan melahirkan. Proses kelahiran anak pertamanya pun terbit dalam jurnal kedokteran, sebagai proses persalinan Neutrum pertama yang berhasil melahirkan secara normal dan memberikan pengetahuan baru dalam penelitian mengenai kaum Neutrum.

"Oh benar juga. Bagaimana kamu bisa berada disini?", tanya Krist pada Wang Lei.

"Suamiku adalah kepala dokter disini sejak 4 tahun yang lalu. Jadi kami tinggal disini"

"Bersama anak-anakmu?"

"Tidak. Anak-anakku tinggal dengan mertuaku yang tinggal tidak jauh dari sini sehingga aku bisa sering mengunjungi mereka. Sekarang, mari kita lanjutkan berkeliling?"

"Ah iya, mari."

Singto hanya diam saja, masih memproses percakapan antara pacarnya dengan Wang Lei itu. "Jadi aku harus lebih berhati-hati?"

The Solar HollowWhere stories live. Discover now