Part 17: First Date

717 91 10
                                    


Krist sampai di kamar yang akan menjadi tempat tinggalnya selama berada di markas Krieger China. Kamarnya bersebelahan dengan Singto, seperti ketika di akademi. Bedanya kamar ia saat ini berukuran 2x lebih besar dari kamar yang ada di akademi, dan disertai dengan pemandangan pegunungan Huangshan yang indah membentang luas.

 Bedanya kamar ia saat ini berukuran 2x lebih besar dari kamar yang ada di akademi, dan disertai dengan pemandangan pegunungan Huangshan yang indah membentang luas

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Krist merebahkan dirinya di atas kasur berukuran king size itu dan hampir saja ia tertidur, jika ia tak ingat janjinya ingin pergi berjalan-jalan dengan Singto. Krist segera mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih simple, bukan seragam pilotnya. Hanya T-shirt oranye dengan celana jeans dan juga jaket berwarna putih karena cuaca di luar sangat dingin.

Krist menekan bel di depan kamar Singto. Laki-laki yang muncul dari balik pintu itu mengenakan T-shirt hijau, celana jeans dan jaket putih dengan kamera DSLR menggantung di lehernya. Outfit mereka sangat mirip, padahal tidak janjian sama sekali dan mereka pun terlihat seperti pasangan kekasih yang sengaja menggunakan matching clothes biar lucu.

"Kenapa pake jaket putih juga?", tanya Krist.

"Aku gak tahu juga... Mungkin ikatan batin kita kuat hehe."

"Ya udah kita mau kemana Singto?"

"Tadi aku searching tempat yang cukup terkenal di Huangshan... Ancient Village?"

Krist mengangguk mengiyakan dan berjalan di sebelah Singto. Terkadang kedua tangan mereka bersentuhan tapi tidak saling menggenggam karena banyak orang yang lalu lalang di markas itu.

Taman di Ancient Village sangat asri, ditambah dengan cahaya golden hour ketika matahari akan tenggelam yang membuat tempat itu semakin indah

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Taman di Ancient Village sangat asri, ditambah dengan cahaya golden hour ketika matahari akan tenggelam yang membuat tempat itu semakin indah. Krist mengagumi pemandangan yang ia lihat saat ini. Sementara Singto memandangi wajah Krist yang sedang tersenyum melihat pemandangan. Cahaya golden hour dan wajah Krist yang tersenyum, Singto pun mengarahkan viewfinder kamera miliknya ke dekat matanya "What a view. So beautiful."

Krist menyadari Singto selama ini mengambil foto candid nya. Lalu ia pun berbalik menghadap Singto dan tersenyum ke arah kamera, sambil berpose manis.

"He fits perfectly in my viewfinder.", batin Singto yang menyadari bahwa cahaya matahari yang akan tenggelam sekalipun kalah indah dengan senyuman kekasihnya yang ada di hadapannya saat ini.

"Udah Singto. Kenapa dari tadi ngarahin kamera ke aku terus?", ucap Krist sambil menurunkan kamera Singto dengan satu tangannya.

"Tadi aku kan ambil foto. Sekarang ambil video."

"Buat apa sih?"

"Buat kenang-kenangan lah, biar aku bisa lihat terus pacarku yang manis."

"Hahaha dasar.", Krist membuat ekspresi lucu di depan kamera yang sedang merekam video itu, lalu ia pun tersenyum malu sambil memandangi Singto.

Singto dan Krist berjalan menyusuri Ancient Village hingga ke ujungnya. Matahari pun telah tenggelam sempurna.

"Cari makan yuk?", tanya Singto.

"hmm.", Krist mengagukkan kepalanya.

"Ada ide mau makan dimana?"

"Ke kota aja deh, sambil lihat-lihat ada apa disana. Gimana Singto?"

"Iya ikut kamu aja."

"Wah! ramai ya

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

"Wah! ramai ya.", seru Krist kagum ketika melihat pusat perkotaan Huangshan.

"Jadi mau makan apa?"

"mmm...", Krist melihat-lihat ke sekelilingnya.

Akhirnya Krist pun membeli lamian, chicken popcorn, dumpling, pancake dan hampir semua makanan yang ada di street food.

"Krist kamu masih beli makanan lagi? Memang bisa makan semuanya?", tanya Singto yang terkejut dengan nafsu makan pacarnya itu. Tapi ia tak kuasa menahan tawa ketika melihat Krist yang kerepotan sendiri karena tangannya membawa beraneka ragam jajanan yang dibelinya. "Menggemaskan, harus ku potret. Untung masih ada sisa baterai."

"Udah gak beli lagi. Bantuin bawa dong Singto! Kenapa sih malah sibuk sama kamera terus?", ucap Krist yang sudah pouting itu.

"Iya iya sini", Singto mencubit kecil pipi Krist karena gemas, lalu membantu membawa makanan yang dibeli Krist.

Keduanya kembali ke markas dan makan berdua di kamar Krist. Tidak ada yang lebih menyenangkan, selain makan jajanan street food bersama pacar sambil memandangi pemandangan pegunungan Huangshan dari kamarnya.

"Btw Krist, berarti tadi dating kita yang kedua ya?", tanya Singto ketika mereka telah selesai menghabiskan seluruh makanan yang dibeli dari kota.

"Emang kapan yang pertama?"

"Waktu di Dream Island?"

"Itu gak termasuk. Waktu itu kita kan belum jadian."

"Jadi hari ini first date?"

"Iya."

"Yahh...", ucap Singto sambil menghembuskan nafas berat, seperti kecewa.

"Kenapa yahhh?", tanya Krist yang kebingungan.

"Soalnya first date kita biasa aja gitu ga berkesan, terus cuma bentar."

"Kata siapa gak berkesan? Selama sama kamu, semuanya berkesan buat aku.", jawab Krist dengan ekspresi wajah yang serius, ia bersungguh-sungguh.

Singto memandangi Krist cukup lama hingga akhirnya memeluk kekasihnya itu dan menciumnya.

"Kamu tahu gak kalo seharian ini aku tahan-tahan ga cium kamu. Daritadi gregetan.", ucap Singto ketika melepaskan ciumannya.

"Kenapa?"

"Kamu gemesin banget. Tapi kalo aku cium, takut ga tahan."

"Sekarang?"

"Apa?"

"Masih tahan?", Krist mengeluarkan hadiah yang diberikan oleh Natasha padanya sebelum berangkat meninggalkan akademi di Moscow.

"Krist-"

Singto mencium Krist, ia menghisap dan menjilat bibir Krist dengan sangat agresif. Belum sampai mereka melanjutkannya-


WARNING! WARNING! This is not a simulation. A portal has opened. All pilots please gather at the main hall.

WARNING! WARNING!

A portal has opened.

All pilots please gather at the main hall.


Suara alarm system itu menggema di penjuru markas. Krist dan Singto pun langsung menghentikan kegiatan yang sedang mereka lakukan. Mereka segera mengganti pakaian dengan seragam dan menuju main hall seperti yang diperintahkan.

The Solar Hollowحيث تعيش القصص. اكتشف الآن