Part 22: Havoc

578 90 2
                                    


Warning! Warning! A portal has opened. All pilots please gather at the main hall.

Alarm sistem itu lagi, seperti biasa seluruh pilot yang ada di markas akan berkumpul di main hall seperti yang diperintahkan.

"Sebuah portal telah terbuka di Shanghai. Kawasan ini adalah kawasan padat penduduk, polisi setempat telah mulai melakukan evakuasi. Yang menjadi permasalahan adalah terdeteksi gelombang radiasi portal yang berasal dari Monstrum. Gelombang radiasi yang terdeteksi lebih tinggi daripada Monstrum level 4. Kemungkinan lawan kita saat ini adalah level baru yang lebih tinggi dari level 4.", ucap Zhang Wei dengan ekspresi wajah yang sangat serius, karena ia menyampaikan kabar buruk.

"Saya memutuskan akan mengirim seluruh Krieger penyerang yang kita punya. Jangan sampai monster alien itu merusak kota. Get ready, pilots!"

"Yes! Sir!", seru seluruh pilot yang ada di main hall.

Singto dan Krist telah bersiap dalam Krieger nya dan tengah menunggu aba-aba dari controller untuk mulai berangkat menuju lokasi.

"To all pilots.", suara Zhang Wei yang berasal dari ruang kontrol pada markas dan dapat didengar oleh seluruh pilot yang ada dalam Krieger masing-masing.
"shàng dì bǎo yòu (may god protect you)."

Seluruh Krieger yang ditugaskan berangkat ke lokasi terbukanya portal, menanti Monstrum keluar dari portal untuk langsung diserang sebelum menuju ke pusat kota. Monster raksasa itu pun akhirnya keluar dari portal, membuat seluruh pilot terkejut, termasuk Zhang Wei yang menyaksikan dari layar monitornya. Monstrum itu berbeda dari monstrum-monstrum lain yang pernah muncul. Tinggi monster itu kini mencapai 2x dari tinggi Krieger, ekornya saja sudah mengalahkan ukuran Krieger.

"CEPAT MINTA BANTUAN DARI NEGARA TERDEKAT!", seru Zhang Wei dari ruang controller.

"Laporkan Monstrum level 5. Tidak. Mungkin level 6 atau 7 telah muncul di dataran China."

Monstrum itu dengan mudahnya menghancurkan Krieger yang ada di hadapannya, menginjak Krieger yang berusaha melawannya hingga hancur, termasuk pilot-pilot yang ada di dalamnya.

"MENJAUH KRIST!", refleks dari Singto membantu Krieger Alpha-1 terhindar dari serangan monster itu.

"Krist! Krist! Fokus!", teriak Singto pada Krist yang masih terkejut ketika melihat rekan-rekan seperjuangannya hancur berkeping-keping karena terinjak monster itu hanya dalam waktu beberapa detik saja. Singto dapat merasakan rasa takut yang dialami Krist saat ini.

"Beberapa negara terdekat telah mengirim bantuan, paling cepat 30 menit, kapten."

"Tidak. Kita akan kehilangan mereka semua.", ucap Zhang Wei dengan ekspresi yang penuh terror.

Militer pertahanan negara pun mengeluarkan tank dan pesawat perangnya untuk membantu menyerang Monstrum itu, meski serangan yang diberikan tidak berefek.

"Aktifkan meriam plasma.", perintah Singto pada sistem sembari menunggu celah untuk menembakkannya. Ketika Singto melihat kesempatan, ia menembakkan meriam plasma itu tepat ke perut Monstrum. Sayangnya tembakan meriam plasma hanya melukai sedikit dan kini mereka pun menjadi incaran monster itu.

Singto dan Krist berusaha menghindar, menyerang dengan berbagai senjata yang dimiliki, menembakkan meriam plasma berkali-kali dan melukai Monstrum itu di beberapa titik meski tidak terlalu melemahkannya.

"Singto, jika kita harus gugur disini-"

"Tidak. Jika kita gugur disini, siapa yang akan menolong penduduk kota? Kita tidak akan meninggalkan Shanghai.", ucap Singto yang membuat semangat Krist kembali menyala.

Mereka tidak dapat melakukan banyak hal dalam melawan Monstrum itu. Mereka hanya mengulur waktu sambil menghindar dan memberi luka kecil bak goresan pada Monstrum tersebut. Krieger Alpha-1 adalah tipe penyerang jarak dekat, namun kini mereka kesulitan karena jika terlalu dekat maka mereka akan hancur seketika.

Satu kesalahan gerakan yang fatal. Kini mereka berada di genggaman Monstrum itu. Monster raksasa itu menarik salah satu lengan Krieger bak merobek pakaian.

Danger! Danger! The power supply had been destroyed. Change to the emergency power."

Beruntung cadangan energi Krieger Alpha-1 adalah plasma nuklir yang memperkuat kekuatan Krieger hingga 200%, namun cadangan energi itu tidak dapat bertahan lama.

Ketika Monstrum itu masih mencengkeram mereka, Krist menembakkan berkali-kali meriam plasma ke perut monster itu dalam jarak yang dekat, membuat monster itu semakin mengamuk dan meremas bagian ruang kendali. Krist dan Singto pun terkena hantaman keras dari material Krieger yang terlepas.

Danger! Danger! System error. System error.

Singto terkena hantaman keras yang mengenai kepalanya dan membuatnya pening karena darah mengalir keluar dari kepalanya. Singto melihat ruang kendalinya yang telah hancur.

"Krist."

Singto menoleh untuk melihat Krist yang tidak sadarkan diri. Darah mengalir, menetes dari kepalanya.

"Krist! Krist!", Singto memanggilnya di dalam dive, namun Singto tidak dapat mendengar apapun.
"Arghhh Krist!", teriak Singto yang mulai menangis histeris.

Monstrum itu tepat ada di hadapannya. Singto nekat mengendalikan Krieger yang masih berfungsi 60% itu seorang diri dan secara manual karena sistem error. Ia mengarahkan turbo sword tepat di perut Monstrum itu dan mengaktifkan pelontar plasma pada kedua kaki Krieger, sehingga Krieger yang dikendalikannya bergerak maju, membelah dan menembus tubuh Monstrum itu.

Singto pun terus berjalan menjauh dari lokasi Monstrum tanpa mempedulikan Monstrum itu sudah mati atau belum. Isi pikirannya saat ini hanyalah ingin segera menyelamatkan Krist. Meski kepalanya sendiri terasa seperti dipukul palu, darah mengalir keluar dari hidungnya, ia tetap berjalan menjauh dari monster itu sebelum energi Kriegernya habis. "Krist, tetap bersamaku. Kumohon."

Krieger yang dibawa Singto kehabisan energi tepat di tepi pantai pulau Putuoshan dan terjatuh bak besi rongsokan yang telah hancur di bibir pantai. Singto menggunakan tenaga terakhir yang ia miliki untuk menggendong Krist yang tidak sadarkan diri di punggungnya. Singto masih dapat merasakan hembusan nafas Krist meski melambat. "Sebentar lagi Krist, tolong tetap disini."

Di udara terdengar suara helikopter yang datang untuk menolong mereka. Tim medis segera membawa Krist dan memasang alat bantu pernafasan.

Singto terbaring di sebelah Krist yang masih tak sadarkan diri. Dokter mulai melakukan pertolongan pertama pada Krist dengan memasang berbagai alat life support. Singto menggenggam tangan Krist "jangan tinggalkan aku, Krist.". Pandangan Singto menjadi buram hingga akhirnya semuanya gelap.

The Solar HollowWhere stories live. Discover now