Chap 8

2.8K 406 48
                                    

Saat itu kami dibuat panik...

Weekend ini, Akaashi dan (name) memutuskan untuk bersantai bersama di ruang tengah rumah mereka.

(name) mendudukkan dirinya di sofa sedangkan Akaashi menaruh kepalanya pada pangkuan sang istri. Sesekali (name) juga menyisir rambut Akaashi menggunakai jemarinya.

Mereka sedang asyik menonton televisi sebelum...

Ting tong

Ting tong

Ting tong

Suara bel terdengar dari pintu rumah mereka berturut-turut.

(name) dan Akaashi saling bertukar pandang seolah berpikir hal yang sama.

"Siapa?"

Kedua sejoli itu segera berjalan menuju pintu rumah mereka dan membuka kenop pintu.

"Akaashi!!! (name)-chan!!!!"

Akaashi dan (name) terkejut bahkan mereka hampir terjatuh karena tersentak. Pemilik suara nyaring yang mengejutkan mereka itu siapa lagi kalau bukan Bokuto Koutarou? Entah apa maksud kedatangannya yang tiba-tiba ini tapi yang jelas penampilannya terlihat kacau sekali.

"Bokuto-san? Ada apa kau datang kemari?" tanya Akaashi pada mantan senpainya itu. (name) mengangguk menyahuti.

Dengan terengah-engah dan wajahnya yang panik Bokuto berteriak histeris. "Aku ditinggal!!" ucapnya keras membuat Akaashi dan (name) refleks menutup mulut Bokuto.

"Bokuto-san kau berteriak terlalu keras..." bisik (name) pada Bokuto. Akaashi menyahuti. "Lebih baik kita masuk dulu. Baru setelah itu kau ceritakan pada kami apa yang sebenarnya terjadi."

Bokuto mengangguk. Ketiga orang itu masuk ke dalam rumah dan membimbing Bokuto ke ruang tamu. Sesampainya di ruang tamu, Akaashi menemani Bokuto di ruangan itu sedangkan (name) pergi ke dapur untuk membawa segelas minum untuk Bokuto.

Setelah (name) menaruh gelas yang ia bawa di atas meja, ia duduk di sebelah Akaashi dan memandang Bokuto dengan heran.

"Jadi... Apa yang terjadi? Apa maksud ditinggal yang kau katakan tadi?" tanya (name) pada akhirnya, membuat Bokuto menatap wanita itu dengan wajah muram.

"Aku ditinggal oleh istri dan anakku..." balas Bokuto tertunduk sembari memainkan jari-jarinya.

Akaashi dan (name) terkejut bersamaan. "Haahh?!! Bagaimana bisa?!" ujar mereka bersamaan, membuat Bokuto semakin merasa runyam.

Merasa keadaan semakin memburuk, (name) menatap Akaashi agar ia menenangkan Bokuto karena Akaashi-lah yang paling memahami Bokuto. Saking mengertinya dengan Bokuto ia bahkan sampai tau semua kelemahan yang dipunyai oleh pria bersurai abu hitam itu.

Akaashi menghela napas ketika mengerti maksud tatapan sang istri. Ia mulai berpikir untuk mencari cara bagaimana ia bisa menenangkan mantan senpainya saat ini.

"Aku ingin bertanya sesuatu padamu terlebih dahulu," ucap Akaashi. Bokuto mendongkak seketika.

"Apa yang membuat istri dan anakmu meninggalkanmu?"

Ekspresi Bokuto seketika berubah menjadi cemberut. Dengan sedih ia menatap pasutri yang ada di depannya.

"Mereka... Mereka pergi menemui orangtua (name) tanpa memberitahuku!"

Hening untuk beberapa saat. Akaashi dan (name) melongo ketika mendengar jawaban Bokuto. Mereka menghela napas sembari menepuk jidat secara bersamaan.

"Hanya itu?" tanya Akaashi. Bokuto segera menyahut, "Ya! Aku sedih karena aku ditinggal oleh mereka!!" ucapnya tak terima.

Wanita itu mengerutkan keningnya bingung. "Lalu bagaimana kau bisa tau kalau mereka pergi menemui orangtua istrimu?" tanyanya.

"Semalam dia sempat memberitahuku tapi aku tidak tau dia akan pergi secepat ini!" ucap Bokuto tetap tidak terima.

Akaashi menghela napas. (name) kembali membuka mulutnya. "Kau yakin istrimu tidak memberitahumu?" tanyanya. Untuk kedua kalinya Bokuto segera menyahut. "Ya! Saat aku pulang mereka sudah tidak ada tanpa meninggalkan satu pesanpun untukku!!"

"Apa kau sudah mengecek ponselmu? Mungkin mereka memberitahumu lewat sana," ucap Akaashi.

Bokuto terdiam dengan wajah melongo. Ia segera merogoh sakunya untuk mencari benda elektronik itu di dalam sana.

Ketika ia sudah menemukan benda yang ia cari, Bokuto segera menyalakan layar ponselnya dan wajahnya seketika berubah menjadi cerah ceria.

"Ada pesan dari istriku! Dia bilang dia pergi menemui orangtuanya karena anakku sangat rindu pada neneknya!"

Akaashi dan (name) terjungkal seketika, merasa aneh sekaligus lelah melayani sifat random pria yang satu ini.

"Jadi... masalah sudah terselesaikan?" tanya (name). Bokuto kembali menyahut. "Ya! Sekarang aku harus pergi menemui istri dan anakku! Sampai jumpa!! Arigatou Akaashi! (name) juga!!!" ucap Bokuto seraya pergi meninggalkan ruang tamu sekaligus kediaman Akaashi dan (name).

Sepeninggalnya Bokuto, Akaashi dan (name) masih terdiam di tempat mereka. Mereka saling menatap seraya memiringkan kepalanya.

"Hanya itu?"

***

"Apa Bokuto-san memang seperti itu?"

"Entahlah... Aku merasa dia lebih sering terkena mood swing semenjak dia menikah dan mempunyai anak."

"Bukannya justru seharusnya dia semakin jarang terkena mood swing?"

"Aku juga tidak tau... Tapi yang aku herankan kenapa dia datang kesini dan mengadu pada kita?"

"..."

"..."

"Hanya Bokuto-san dan Tuhan yang tau."

...tapi ternyata Bokuto-san pergi begitu saja ketika ia sudah menemukan jawaban yang ia inginkan dan meninggalkan kita yang kebingungan.

TBC

My Husband {Akaashi Keiji}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang