Chap 10

4.3K 422 32
                                    

Kebahagian kami terasa lengkap...

Pagi ini, (name) sudah sibuk berkutat di dapur rumahnya. Dengan lihai tangannya menyiapkan segala bahan dan bumbu untuk ia pakai saat memasak.

Kali ini ia akan memasak makanan kesukaan Akaashi, yaitu nanohana no karashiae. Selain makanan kesukaan sang suami, (name) juga menyiapkan masakan lain agar mereka dapat memakan berbagai jenis masakan saat sarapan nanti.

Ketika sedang memasak, (name) tidak menyadari ada minyak di bawah lantai. Sepertinya minyak itu tak sengaja menetes dan jatuh di permukaan lantai tanpa di ketahui pemilik rumah.

Saat (name) hendak melangkah, tak sengaja sebelah kakinya menginjak tetesan minyak itu membuat dirinya hampir terjatuh jika saja Akaashi tidak menahan tubuhnya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Akaashi cemas. (name) hanya mengangguk mengiyakan. Dirinya masih dalam merasa cemas karena hampir terjatuh nanti.

Sadar akan kecemasan sang istri, Akaashi mengusap surai sang empu seraya menenangkan. "Tenanglah... Yang terpenting kau dan anak kita tidak terluka."

(name) mengusap perut buncitnya. "Maaf atas kecerobohan ibumu, Nak. Kau pasti ketakutan di dalam sana, iya kan?" tanyanya pada si jabang bayi yang ada di dalam perutnya.

Ketika (name) baru saja berbincang dengan anaknya itu, tiba-tiba ia merasa sesuatu dari dalam perutnya. Hal itu disadari oleh Akaashi.

"Kenapa? Ada apa??" tanyanya. (name) terkejut dengan seulas senyum terlukis di wajahnya. "Dia baru saja menendang, Keiji-kun! Dia baru saja menendang!" ujarnya histeris.

Akaashi terkikik geli lalu berjongkok mendekatkan telinganya pada perut sang istri sambil mengusap. "Kau ini nakal sekali... Apa kau marah pada ibumu karena kecerobohannya sampai-sampai kau menendangnya?" ucap Akaashi sembari tersenyum kecil.

(name) ikut tersenyum dan mengusap kepala Akaashi yang kini sedang menempel pada perutnya.

"Aku semakin tidak sabar ingin segera bertemu dengannya."

Akaashi ikut mengangguk menyetujui. "Aku juga. Aku sudah tidak sabar ingin bermain dengannya."

***

Pukul delapan malam Akaashi masih berkutat dengan pekerjaannya. Matanya terlihat sangat lelah sekali bahkan samar-samar nampak jelas kantung mata di bagian bawah matanya.

Ketiak ia sedang fokus dengan pekerjaannya, suara ketukan sukses membuat Akaashi berhenti sejenak dari pekerjaannya.

Tak lama dari suara ketukan itu, tampaklah sosok wanita muda beserta putri kecilnya dari balik pintu dengan menampilkan senyuman pada Akaashi.

Bayi kecil itu sedang berlatih cara berjalan dengan bimbingan sang ibu yang dengan setia memegang kedua tangan kecilnya seraya mengarahkannya.

Terdengar gelak tawa dari bayi kecil itu. "Pa... Pa! Pa... Pa!" ujarnya.

Akaashi tidak tahan melihat kegemasan sang putri. Ia segera melepas kacamatanya lalu berlari menghampiri putrinya dan memeluknya.

"Rasa lelah yang Papa rasakan seketika hilang saat melihatmu tertawa dan memangil Papa dengan suara menggemaskanmu itu," ujar Akaashi sambil mencium gemas pipi bayi kecilnya.

Bayi kecil itu tertawa dalam pelukan Akaashi bahkan ia sampai memainkan wajah sang papa dengan mencubit setiap wajah Akaashi yang ia sentuh dengan tangan kecilnya.

Akaashi tidak memberontak. Justru hal itu wajar dilakukan oleh seorang bayi yang sedang dalam masa tumbuh kembangnya.

Pria itu menatap kedua bola mata putrinya. "Kau sudah belajar berjalan, hm? Kalau begitu tunjukan pada Papa sudah sejauh mana kau mampu berjalan sendiri," ucap Akaashi pada putrinya yang langsung dibalas tawaaan riang dari sang empu.

"(name) coba kau berdiri di sebelah sana," pinta Akaashi pada sang istri yang langsung disanggupi oleh (name).

Kini Akaashi dan (name) berdiri berhadapan dengan terpisah jarak hanya satu meter. Akaashi memposisikan bayi kecilnya untuk berdiri dan menghadap (name) yang ada di hadapannya dan menunggunya.

"Sini sayang," ujar (name) sembari merentangkan kedua tangannya.

Mengerti akan maksud sang mama, putri kecil Akaashi itu mulai melangkahkan kaki kecilnya sedikit demi sedikit. Ketika putrinya sudah semakin percaya diri dengan langkahnya, perlahan Akaashi melepas pegangannya dan membiarkan putrinya itu berjalan sendiri.

Perlahan namun pasti, bayi kecil itu mulai berjalan sendiri mendekati (name) dengan wajah riangnya. Ketiak putrinya hanya tinggal berjarak beberapa centi lagi darinya, (name) segera menangkap putri kesayangannya dan memeluknya erat.

"Kau berhasil sayang! Kau berhasil!!" ucap (name) membuat bayi kecil itu bertepuk tangan dengan girang.

Akaashi mendekati istri dan anaknya lalu memeluk mereka berdua di waktu yang bersamaan.

"Arigatou untuk semua kebahagian yang telah kalian berikan padaku."

(name) menatap Akaashi seraya tersenyum. "Aku merasa beruntung bisa memiliki kalian berdua."

***

"Zzzzz..."

"Lihat... Bidadari kecil kita tertidur dengan sangat lelapnya."

"Umm... Pekerjaanmu sudah selesai?"

"Belum... Tapi aku ingin melanjutkannya besok agar malam ini aku bisa tidur bersama kalian."

"Baiklah... Kalau begitu ayo kita tidur."

"Tapi sebelum itu..."

"Hm? Apa?"

Cuppp

"Aku ingin mendapatkan ciuman selamat malam darimu terlebih dahulu."

"K-Keiji-kun bagaimana kalau putri kita bangun tadi?!"

"Tidak akan. Toh aku melakukannya dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkannya."

"Hishhh!! Kau ini!"

...kami diberkahi seorang bayi cantik yang hadir di dalam keluarga kecil kami.

-END-

Hallo!!! Makasih banyak udah ngikutin cerita Akaashi dari awal sampe selesai...

Next yang terakhir tapi bukan yang terakhir aku bakal bikin ceritanya MIYA OSAMU!!!

Pantengin terus ya biar gak ketinggalan!! Sampai jumpa di cerita selanjutnya!!!

Terima kasih karena sudah mengikuti kisah kami. Seperti yang kalian tau, kami akan fokus pada kehidupan keluarga kami dan kami juga akan memberikan yang terbaik pada putri kesayangan kami.
-Akaashi Keiji & Akaashi (name)

My Husband {Akaashi Keiji}Where stories live. Discover now