02 • Dasi

2.4K 244 78
                                    

Sebenernya komentarnya belum sampai target, tapi gas ajalah 😭

Happy Reading Guys

🏍️🏍️🏍️

“Kak Atlas, Abel datang.”

Keadaan Apartemen Atlantas yang sepi menyambut Abel.

Setelah meletakkan barang belanjaannya di atas meja pantry, lalu Abel melangkah ke kamar Atlantas. Jam di dinding baru menunjukkan pukul tujuh pagi, sudah dapat dipastikan kalau Atlantas masih bergelung di bawah selimut.

“Kan, benar apa kata Abel.”

Abel menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu menyibak gorden dan membuka pintu balkon. Membiarkan sinar matahari masuk ke dalam kamar bernuansa Dark tersebut.

“Kak Atlas, sudah pagi. Ayo, bangun dan kerja.”

Atlantas mengernyitkan dahi. Sinar matahari mengusik tidurnya. Namun suara lembut Abel membuatnya ingin kembali tidur.

“Kak Atlas, bangun,” ucap Abel, lagi.

Abel menepuk-nepuk pelan pipi Atlantas. “Hari ini Kak Atlas kerja, kan. Kak Atlas harus siap-siap dan wajib sarapan.”

“Hm, sebentar lagi.”

Abel menghembuskan napas. Faktanya, membangunkan Atlantas itu sangat susah.

“Kak Atlas kalau tidur udah kayak simulasi meninggal. Susah bangat bangunnya, heran.”

Abel pun duduk di samping Atlantas dengan kepala yang bersandar di kepala ranjang. Matanya menatap wajah damai Atlantas. Benar-benar tampan. Pantas saja banyak cewek diluar sana yang menggilai kekasihnya ini.

“Oh iya Kak Atlas. Kayaknya hari ini Abel juga sibuk, deh. Abel mau ke hotel sama teman. Ada pekerjaan.”

Abel mengucir rambutnya.

“Jadi, hari ini Abel nggak bisa nemenin Kak Atlas di kantor, ya. Nggak papa, kan?”

“Hm?” gumam Atlantas.

Atlantas langsung membuka mata dan mengangkat kepalanya agar bisa berbaring di atas paha Abel. Seperti biasa, Abel mengusap pelan rambut Atlantas.

“Perginya sama siapa aja?” tanya Atlantas. Ia kembali memejamkan mata. Usapan Abel terlalu menenangkan.

“Sama teman satu kelas. Hari ini kita mau dekorasi hotel buat acara pesta. Disuruh sama Kepala Sekolah.”

“Ada cowok?”

“Iya, ada.”

Atlantas mendesis pelan. Melingkarkan tangannya ke pinggang Abel dengan erat sehingga wajahnya benar-benar tertempel dengan pakaian yang Abel pakai.

Abel tetap mengusap pelan rambut Atlantas.

“Nggak usah pergi,” larang Atlantas tiba-tiba posesif. “Banyak mata jelalatan di sana. Aku nggak suka.”

Abel tersenyum tipis. Mengetahui tabiat Atlantas yang posesif dan cemburuan.

“Di sana kan Abel cuman mau bantu-bantu. Abel juga pakai pakaian tertutup, kok. Jadi, boleh, ya?”

“Enggak.”

Sudah ditebak. Atlantas pasti akan melarang Abel. Namun, tidak ada salahnya untuk mencoba, kan?

Dan seharusnya Abel juga tau, jangankan ke hotel, ke supermarket aja cowok tersebut juga pasti akan melarangnya.

Usaha Abel pasti akan sia-sia. Sebab, bisa membujuk Atlantas itu sangatlah susah. Hampir mustahil.

Atlantas & ArabellaWhere stories live. Discover now