05 • Lebaran 2

1.7K 199 149
                                    

Sudah hampir satu jam lebih Atlantas membujuk Abel, nihil tidak mendapatkan hasil apapun. Atlantas hampir pasrah dibuatnya karena membujuk perempuan bukanlah pekerjaannya.

“Jangan marah.” Atlantas menggeram erat kedua tangan Abel. “Aku minta maaf. Aku nggak bermaksud membuatmu marah. Soal ciuman tadi ... aku pikir kamu nggak akan marah.”

Abel mendesah pelan, lalu melepaskan pegangan Atlantas. Entahlah, moodnya benar-benar berantakan saat ini.

“Abel udah nggak marah lagi, kok. Abel cuman lagi badmood doang.”

“Kamu marah sama aku,” kekeuh Atlantas. Wajahnya tampak frustasi karena tak kunjung mendapatkan maaf dari Abel.

Abel menggeleng-gelengkan kepalanya. “Nggak lagi. Tadi Abel emang marah sama Kak Atlas, terus kesal, dan sekarang? Cuman badmood.”

“Aku benar-benar minta maaf, Bella.”

“Hm,” gumam Abel.

“Kamu mau apa? Aku kabulin.”

“Abel nggak min—ada!” Abel menjentikkan jarinya di depan muka Atlantas. Ia tersenyum geli.

“Abel mau Kak Atlas ikutan main tiktok nanti sama Callyn,” ucap Abel, bersemangat.

Soal Callyn, dia juga salah satu sepupu Abel yang cukup terkenal di kalangan jejaringan sosial media.

Tubuh Atlantas jadi kaku.

“Kita nanti buat tiktok bareng. Mau, kan? Ya, harus maulah! Kalau enggak mau ya jangan harap Abel maafin.”

“Jangan bercanda.”

“Siapa juga bercanda. Ayo, keluar. Kita cari Callyn.”

Atlantas meraup wajahnya sendiri. “Demi Tuhan, main tiktok? Mendingan kamu pukul aku, Bella.”

“Malas. Nambah dosa aja. Yuk ah, buruan keluar.”

Abel pun keluar dari kamar dengan semringah. Sedangkan Atlantas hanya bisa memasang wajah pasrah.

“Definisi suami nurut istri, nih,” celetuk Anggi tiba-tiba. Ia tertawa terpingkal-pingkal di balkon.

Atlantas sempat kaget, namun depan cepat ia mengatur ekspresi wajahnya. Ia menatap Anggi dengan kening yang mengerut.

“Lo Atlantas si ketua Bandidos, kan? Bandidos apa kabar? Gue udah nggak dengar apa-apa lagi beritanya di jalan.”

“Lo siapa?”

Anggi mengibas tangannya di depan wajah. “Dengar ya, lo nggak perlu tau gue siapa. Tapi, awas aja kalau gue sampai lihat lo nyakitin Abel. Gue cincang-cincang lo!”

Anggi langsung melompat dari jendela dan Atlantas mengabaikannya saja.

“Dia siapa, ya, gue kayak pernah lihat,” batin Atlantas.

“Kak Atlas, buruan!” teriak Abel dari luar pintu, menyentak kesadaran Atlantas.

“Iya, Sayang, sebentar.”

🏍️🏍️🏍️

Atlantas mengangkat tubuh mungil Abel ala bride style menuju kamarnya yang berada di Apartemen. Atlantas merasa sedikit kesal karena Abel terlalu banyak beraktivitas hari ini sehingga Abel kelelahan.

Setelah meletakkan badan Abel di atas ranjang, mengatur suhu AC, merapikan selimut serta mengusap pelan pipi Abel, Atlantas langusng bergegas menuju kamar mandi.

Tak selang kemudian, Atlantas keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar. Dengan cepat ia mengambil kaos hitam di lemari dan ikut bergabung dengan Abel di bawah selimut.

Dibaliknya badan Abel dengan pelan. Memperhatikan wajah damai itu dengan lekat.

“Kamu selalu cantik,” gumam Atlantas. Menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Abel.

Di peluknya badan Abel yang benar-benar pas. Sesekali bibirnya mendarat di atas kepala Abel.

Atlantas geregetan. Dengan gemas ia menggigit pipi Abel secara berulang-ulang kali lalu beralih ke leher.

Hembusan napas bercampur geli itu membuat Abel membuka matanya.

“Kak Atlas ....”

“Hm?”

“Kita sudah pulang?” tanya Abel. Suaranya terdengar sangat lirih. Khas orang baru bangun tidur.

“Sudah. Kamu lanjut tidur aja.” Atlantas mengecup sudut bibir Abel.

Abel mengangguk. Semakin merapatkan badannya ke Atlantas. Rasanya nyaman dan hangat. Tanpa sadar Abel tersenyum.

“Tidur. Besok kita ke Bandung.”

“Ngapain?”

“Kita jenguk Ibu. Lebaran di sana selama beberapa hari. Nggak papa, kan?”

Abel mengangguk. ”Abel juga kangen sama Ibu.”

“Hm.”

Abel sedikit menjauh dari badan Atlantas dengan wajah yang tidak santai.

“Kenapa, hm?”

“Abel lupa sesuatu.”

Atlantas menaikkan sebelah alisnya.

“Selamat hari lebaran, Kak Atlas. Maaf ya Abel baru ucapin sekarang. Abel kelupaan tadi, hehehe. Maafin Abel ya kalau selama kita berhubungan Abel selalu .elakukan kesalahan, mau itu secara disengaja ataupun gak disengaja.”

Atlantas tertawa pelan. Mencium bertubi-tubi seluruh muka Abel membuat cewek tersebut ikutan tertawa.

“Aku maafin.”

Abel mengangguk dengan wajah semringah.

Atlantas kembali memeluk Abel dengan erat. Dagunya bertumpu di atas kepala Abel. Ternyata bahagia itu sangat mudah.

Banyak kebahagiaan yang tertampang jelas di depan matanya, dulu. Tapi, ia selalu mengabaikannya dengan pendirian bahwa ia bisa hidup tanpa kebahagiaan ataupun tawa.

Dan sekarang Atlantas sudah mendapatkan semua kebahagiaannya. Cukup bersama Abel, maka semuanya akan terasa sangat sempurna.

Atlantas bahagia.

Dengan cepat Atlantas mendorong badan Abel, mendusel dalam ke cerucuk leher cewek tersebut.

Abel yang memang sebelumnya belum sepenuhnya tertidur sontak terpekik kaget.

“Kak Atlas ....”

“Jangan larang aku,” serak Atlantas. Mengantarkan gelayar aneh ke perut Abel. Terlebih-lebih lagi saat Atlantas meninggalkan kecupan-kecupan basah di leher Abel.

Tubuh Abel jadi meremang. Ia mencengkeram kuat kedua pundak Atlantas.

“Pukul aku kalau sudah kelewatan,” bisik Atlantas sebelum akhirnya menyatukan bibir mereka. Melumatnya kecil.

🏍️🏍️🏍️

Please, tangan aku gatal banget mau up ini. Yuk, next part harus bisa 100 komentar biar aku cepat up ><

Bye, see u

Atlantas & Arabellaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن