Friendzone itu emang nggak enak. Kalau cemburu harus ditahan sendiri karena sadar diri kalau bukan siapa-siapanya.
Tapi hubungan pertemanan yang dialami oleh Bisma dan Jasmine ini berbeda.
Keduanya secara diam-diam tidak terima kalau salah satu dari...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jasmine: 5 menit lagi gue selesai kelas. Kalau lo belum ada di depan kelas gue pas gue keluar, siap-siap aja burung lo gue botakin.
"Waduh!" Bisma menepuk jidatnya. Ia menggeram kesal karena terlambat membaca pesan yang dikirim oleh Jasmine 2 menit yang lalu.
Selepas membaca pesan masuk dari Jasmine, buru-buru Bisma menghentikan pukulannya pada drum dan langsung bergegas meraih tasnya. Semua peralatannya ia simpan baik-baik dalam tas, termasuk stik drumnya yang ia selipkan di saku tasnya.
Di dinding pucat sedikit berlumut tepat pada gedung lama tempat latihannya itu, Bisma memarkirkan sepedanya. Langkahnya terburu-buru dengan napas tidak teratur, Bisma mulai mengayuh sepedanya sekencang mungkin menuju kelas Jasmine. Jam di tangannya ia lirik sekilas sebagai pengingat waktu. Tempo kayuhan sepedanya ia maksimalkan setelah menyadari waktu 5 menit yang diberi oleh Jasmine hampir tak tersisa lagi.
10 detik waktu tersisa, dan untungnya Bisma sudah berada di depan kelas Jasmine. Keringat membasahi kening dan sekitar lehernya tak ia indahkan. Manik matanya sibuk menyortir satu persatu orang yang berada di depan kelas gedung B fakultas sastra.
"Kemana tuh anak?" monolog Bisma sambil turun dari sepedanya.
Di antara banyaknya perempuan yang duduk di sana, tak terlintas siluet tubuh Jasmine yang telah ia kenali. Keningnya mengernyit bingung.
Bisma mengeluarkan ponselnya, hendak menanyai keberadaan Jasmine tetapi urung setelah melihat ada pesan masuk dari gadis itu.
Jasmine: Gue pulang sama Mita aja. Lo lama banget, sih 😤
Bisma berdecak sebal. Ia langsung menelepon Jasmine detik itu juga.
"Lo gimana sih?! Gue udah di depan kelas lo, nih!" kesalnya sedetik setelah sambungan telepon terhubung.
"Siapa suruh telat," balas Jasmine acuh.
"Gue nggak telat, kok. Gue tepat waktu."
"Gue kira lo nggak bakal jemput gue. Soalnya biasanya lo udah standby di depan kelas gue kalau gue udah keluar."
Bisma mengusap kepalanya kasar, mendesis kesal untuk kesekian kalinya.
"Ya udah ... Sekarang lo di mana?"
"Nih, udah ada di parkiran sama Mita sama Lutfi."
"Loh? Kok ada Lutfi? Katanya tadi nebeng sama Mita."
"Gue nebeng sama Mita, tapi Mita nebeng sama Lutfi. Ya... Gitu deh pokoknya."
"Nggak! Lo tunggu situ. Pulang sama gue aja."
"Kenapa? Nggak enak lho, Bis, sama Lutfi," tolak Jasmine terdengar berbisik.
"Pulang sama gue aja. Gue jajanin bakso, deh," rayu Bisma.
