JJM3: Dijemput di kafe

1K 130 3
                                    

Bisma tak lantas pulang pada sore tadi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bisma tak lantas pulang pada sore tadi. Sebelum benar-benar memastikan Jasmine naik di mobil hitam mengkilap milik Lutfi, ia belum meninggalkan kampusnya itu.

Bisma bukannya egois melarang Jasmine ini dan itu, hanya saja, baginya terlalu merepotkan jika suatu saat nanti, Jasmine harus disakiti lagi. Ia harus menemani Jasmine lagi untuk menata ulang hatinya yang berantakan.

Jasmine itu ceroboh.

Berulang kali ia dekat dengan laki-laki, tapi selalu berakhir ia yang dicampakkan. Dan pengaduan terakhir tempatnya menangis bagai anjing melolong hanyalah Bisma.

Jasmine memang sudah sembuh dari sakit hatinya terakhir kali dengan Dion, tapi tidak dengan Bisma. Bahkan jika Tuhan memberinya kesempatan untuk bertemu lagi dengan laki-laki bejat itu, sudah dipastikan tinjunya melayang merontokkan gigi-gigi mantan kekasih sahabatnya itu. Sayang sekali, sebab Dion kabarnya telah pindah ke Surabaya memilih memulai ulang kehidupan mahasiswanya sebagai mahasiswa baru di kampus swasta tak terkenal.

Petang telah berlalu, sekarang jalanan gelap gulita saat Bisma menyusuri jalan pulang. Lorong rumah Jasmine sudah ia lalui. Bisma sempat melirik dari kejauhan rumah Jasmine tapi tak mendapati lampu kamar gadis itu menyala. Itu artinya, kemungkinan Jasmine belum pulang sampai saat ini.

"Kenapa juga gue peduli sama dia?" monolog Bisma bergedik geli setelah merasa sedikit kekhawatiran muncul dalam relung hatinya.

"Ah, udahlah!"

Bisma melanjutkan mengayuh sepedanya. Baru beberapa saat, ia kembali berhenti. Bisma menunduk, menimang-nimang keputusan yang harus ia ambil.

"Udah pulang belom, sih?" monolognya lagi berdecak kesekian kalinya.

"Putar balik pastiin dia udah sampai atau pulang aja, ya?"

Bisma diam.

Kendaraan bermotor silih berganti melewatinya yang masih bergeming di atas sepedanya. Ia ragu, harus jalan lurus atau memutar balik setir sepedanya.

"Mampir 5 menit aja, deh," putusnya kemudian memutar arah sepedanya memasuki lorong rumah Jasmine.

Sesampainya di teras rumah Jasmine, Bisma lantas memarkir sepedanya. Ia memberi salam terlebih dahulu dan langsung disambut Wala dengan hangat.

Cakra— ayah Wala juga berada di sana. Sepertinya baru pulang dari luar kota setelah hampir 2 minggu lamanya tidak terlihat. Ayah Jasmine seorang arsitek sedangkan ibu Jasmine mengelola butik pribadi.

Tangan Cakra juga tak luput Bisma salami, diikuti tepukan pelan di punggungnya, Bisma kemudian ikut duduk bersama.

"Jasmine belum pulang, Tante," tanya Bisma tanpa basa-basi.

Biasanya, jika Jasmine tak terlihat di lantai bawah, sudah pasti akan terdengar musik dengan volume keras yang berasal dari kamarnya di lantai atas. Tapi kali ini tidak. Senyap.

Jasmine, Just Mine! Where stories live. Discover now