JJM16: Menghapus rindu

895 108 3
                                    

Pagi itu Jasmine dibangunkan oleh suara-suara berisik dari arah taman samping rumahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi itu Jasmine dibangunkan oleh suara-suara berisik dari arah taman samping rumahnya. Ia sangat mengenali dua suara yang sedang mengobrol itu. Matanya perlahan terbuka dan langsung menajamkan pendengaran.

Jasmine bangkit dan langsung menuju jendela kamarnya, menyingkap kain gorden segera. Pemandangan pertama yang ia dapati adalah ayahnya yang sedang membersihkan dahan dan ranting kayu patah karena hujan deras semalam.

Aneh. Jasmine yakin ia mendengar suara Bisma sebelumnya tapi setelah ia menyapu pandangan ke seluruh pekarangan rumahnya, ia tak mendapati sosok laki-laki itu.

"Papa."

Cakra menoleh lalu kemudian menengadah ketika menyadari asal suara dari kamar putrinya.

Cakra mengangkat alisnya, bertanya, "Apa?"

"Bisma nggak ke sini?"

Cakra tak menjawab apa-apa membuat Jasmine menghela napasnya. Padahal Jasmine yakin kalau suara yang ia dengar tadi bukan berasal dari mimpi.

Jasmine putus asa. Ia hendak menutup jendela kembali tapi siluet yang muncul dari arah belakang rumahnya menghentikan gerakan tangannya.

"Jasmine? Tumben bangun pagi."

"Bisma?!"

Mata Jasmine melotot sempurna. Di bawah sana, Bisma dengan pakaian santainya berdiri menatapnya dengan senyum terkembang sempurna. Laki-laki itu memakai sarung tangan menandakan kalau ia sedang membantu Cakra memindahkan dahan-dahan patah ke belakang rumah.

Secepat kilat Jasmine menuruni tangga. Ia berlari tergesa-gesa setelah yakin kalau Bisma memang berada di rumahnya. Tak bisa digambarkan betapa senangnya ia melihat senyum Bisma lagi setelah beberapa hari terlewat tanpanya.

"Bisma!"

Jasmine berteriak lagi setelah sampai di teras rumah. Tak menemukan sandal di depannya, Jasmine menerobos rerumputan dan tanah yang masih basah dengan bertelanjang kaki. Ah ... Masa bodo. Ia sungguh tak sabar ingin memeluk sahabatnya.

"Astaga, Jasmine."

Bisma terbatuk karena Jasmine menghambur ke pelukannya dengan sangat cepat. Perempuan itu menempel seperti koala dengan tangan melingkar di leher Bisma.

"Tangan gue kotor, Jasmine. Nanti baju lo kotor juga," kata Bisma. Belum membalas pelukan Jasmine karena tangannya yang kotor.

"Gue kangen banget sama lo. Jangan pergi lagi, Bisma. Sunyi banget tau nggak ada elo di sini."

"Uhuk ... Iya, iya. Jangan kenceng-kenceng dong. Kalau gue mati gara-gara lo cekek, gimana tuh?"

"Lo nggak akan mati, kok. Gue yang bakalan mati kalau lo pergi lagi."

Perkataan Jasmine sukses meruntuhkan pertahanan Bisma. Sarung tangannya ia lepas sembarangan dan langsung membalas pelukan Jasmine saat itu juga.

Sebelah tangannya bergerak teratur, mengelus surai panjang Jasmine yang menggantung bebas di punggung.

Jasmine, Just Mine! Where stories live. Discover now