ABARA 7

218 18 0
                                    

Sebelum baca di harapkan untuk vote terlebih dahulu biar enggak kelupaan🐣. Udah?

Selamat membaca cerita ABARA💛

🐣
🐣
🐣
🐣
🐣

Mungkin disaat pertama kali kita bertemu rasa itu sudah ada, hanya saja rasa itu ditentang oleh waktu

~Abara Achilo Manata

___________________________

"Yaampun  ... Ara kenyang banget, Ca, " ucap Ara yang baru saja keluar dari kantin.

"Ya jelas sih, orang kamu makan dua mangkuk bakso, gila kalo kamu enggak kenyang, " ucap Ica.

"Heheh, namanya juga orang laper, Ca, " ucap Ara.

"Laper apa doyan?"cibir Ica.

"Laper dong, "

"Iyain biar seneng, " ucap Ica dengan senyum paksa.

Ara menyengir kuda. Mereka berdua berjalan beriringan menuju kelas mereka yang berada di lantai satu sedangkan mereka tadi ke kantin yang berada di lantai dua karena kantin di lantai satu sangat ramai.

"Eh, itu bukanya pacarnya Abang ya?" tanya Ara.

Ica mengikuti arah pandangan Ara. Dan benar saja, di sana terlihat Raina dengan kedua temannya yang sedang membully adik kelas yang mereka tidak tau siapa.

"Ihh   ... Abang mau aja sih pacaran  sama tukang bully kayak gitu! " gerutu Ara.

"Dari pada kamu gerutu enggak jelas, mending kita samperin, Ra, " ucap Ica.

"Yang ada kita nanti juga ikut di bully, Ca, " ucap Ara.

Benar juga apa yang dibilang oleh Ara. Otak Ica mulai memikirkan cara lain supaya adik kelas itu cepat pergi dari sana.

Manik mata Ica tak sengaja melihat Bian yang baru saja keluar dari kantin sendirian. Entah pergi kemana para sahabat cowok itu.

Ica segera menarik tangan Ara untuk menemui Bian yang sibuk dengan ponselnya.

"Kak Bian! "panggil Ica.

Bian yang awalnya asik bermain ponsel kini melirik Ica dan Ara dengan tatapan binggung, " Hm? "balas Bian.

"Kak Bian mau bantuin kita enggak? " tanya Ica.

Bian menaikkan sebelah alisnya pertanda bertanya, "jadi, tadi Ara lihat Kak Raina bully adik kelas di ujung sana, kita mau  lerai tapi takut kita sendiri yang di bully nanti, " jelas Ara.

"Betul! Jadi, Kak Bian bantu kita lerai ya? " pinta Ica.

Bian sebenarnya malas jika bertemu dengan Raina dkk yang memiliki mulut lemes. Tapi, karena melihat tatap memohon dari Ara ia jadi tidak tega.

Bian menghembuskan napasnya, "di mana? " tanya Bian.

Tanpa meminta izin dari Bian. Ara segera menggandeng tangan cowok itu menuju lorong ujung. Ica yang ditinggal pun hanya bisa menghela napas lelah.

ABARAWhere stories live. Discover now