ABARA 36

104 10 0
                                    

Hallo-hallo ... Aku come back nih!
Udah siap baca ABARA? Sebelum baca di harapkan untuk vote terlebih dahulu biar enggak kelupaan🐣. Udah?

Selamat membaca cerita ABARA💛

🐣
🐣
🐣
🐣
🐣

Keadaan terbaik adalah ketika kita tidak mengenal apa itu cinta.

-Aditya Putra Arya
_______________________________

Bara duduk termenung di taman rumahnya. Hari sabtu ini ia tidak berniat keluar sama sekali. Padahal Vanno tadi sudah mengajaknya untuk ke Ancol bersama yang lain, tapi ia tolak. Bahkan ia sengaja mematikan ponsel miliknya.

Bara menatap taman bunga milik Dinda. Dinda dan juga Leo hari ini juga tidak ada di rumah. Kedua orang tuanya itu pergi ke rumah neneknya.

Untuk kesekian kalinya Bara menghela napas kasar. Kemarin, saat ia berniat membeli sesuatu di supermarket ia bertemu dengan Papah kandungnya.

Lagi dan lagi papahnya itu meminta dirinya untuk tinggal bersama. Bara tentu saja menolak hal itu. Tak hanya sampai di situ, papahnya masih saja membela mama tirinya itu dari pada mama kandungnya.

Karena saking emosinya, Bara sempat memberikan satu pukulan telak untuk papahnya itu. Masa bodo jika ia dicap sebagai anak durhaka.

"Aghh  ... kenapa hidup gue rumit banget kayak gini sih? " erang Bara frustasi.

"Astaghfirullah, kaget, "

Reflek Bara membalikkan badannya untuk melihat siapa yang datang. Air muka Bara seketika berubah datar saat mengetahui bahwa sahabatnyalah yang datang.

"Niat mau ngangetin malah gue sendiri yang kaget," kesal Vanno.

"Hahah, goblok sih lo, "ejek Adit.

"Bukannya lo semua ke Ancol? " tanya Bara heran melerai perdebatan.

"Gak jadi, gak seru kalo gak ada lo, " ucap Delva.

"Oh, terus kanapa lo pada kesini? Adek gue juga kemana? " tanya Bara saat tidak mengetahui keberadaan Ara.

"Ohh, dia lagi di rumah temennya alias gebetan lo, " jawab Vanno.

Bara mengangguk paham, "kenapa lo pada kesini? "

"Gak papa sih, dari pada keluar abisin duit mending ke rumah lo, Bar. Gak ngabisin duit dapat makanan gratis pula, " jawab Adit.

"Yaudah, have fun, " ucap Bara.

Vanno dan Adit bersorak senang. Lantas kedua cowok itu segera berlari menuju kamar Bara untuk bermain play station diikuti oleh Bian.

Sekarang tersisalah Delva dan Bara. Delva yang sedari tadi berdiri pun duduk di sebelah Bara.

"Lo tadi kenapa? Ada masalah? " tanya Delva.

Bara tidak menjawab. Karena menurutnya ini masalah pribadi dan bisa ia selesaikan sendiri.

"Kalo lo gak mau cerita it's okay, tapi tak semua masalah bisa lo pendem, Bar, " ucap Delva.

Bara menghela napas kasar, "lo tau? Menikmati kebohongan orang saat lo udah tau kebenarannya seru banget,"ucap Bara.

"Hm, you never speak up karena lo bisa tau serandom apa cerita hiperbolanya dan setega apa dia kedepannya, "ucap Delva.

"Jadi, kalo baik buruknya gue sama seseorang tergantung seseorang itu salah gak? "tanya Bara.

"No, gue pun juga gitu, Bar. Lo baik, gue juga akan  baik sama lo, tapi kalo lo sebaliknya, gue akan lebih kejam dari apa yang udah lo perbuatan sama gue, "

"Lo boleh benci sama orang, tapi jangan dendam. Bikin penyakit hati, "

🐣🐣🐣🐣🐣

Ara sedari tadi hanya memandangi Ica yang sibuk dengan novel yang sedang gadis itu baca. Ara memang tidak terlalu suka dengan novel tapi ia sangat suka nonton.

Ara mengdengkus sebal, "Ca, ayo nonton, " rengek Ara.

"Ara duluan aja ya? Nanti kalo Ica udah selesai baca nyusul, lagi seru nih, " ucap Ica tanpa menatap Ara.

"Ck, lagian apa asiknya baca sih? Bikin pusing yang ada, " kesal Ara.

Ica menutup novelnya tak lupa menandai halaman terakhir ia baca, "semua orang punya kegemarannya masing-masing, Ra. Kamu gak bisa maksa aku buat suka sama yang kamu suka, mau pun sebaliknya. Kalau kamu tanya kenapa aku lebih suka baca, karena dengan baca aku bisa ngerasain kebahagiaan yang belum pernah aku dapat, "

"Kalo suatu saat nanti kamu ketemu orang yang bahagia karena kegemarannya. Tolong jangan anggap dia berlebihan dan alay meski itu hal yang kamu gak suka, karena kamu nggak tau alur hidup dia sampai dia bisa ngerasain apa itu definisi bahagia walaupun sederhana, " jelas Ica.

Ara mengatupkan mulutnya. Ia merasa bersalah karena telah menyinggung Ica tadi, "sorry, Ca. Gue gak akan ulangin lagi kok, " ucap Ara.

"Oke, lain kali jangan gitu lagi ya? "

"Siap! "

🐣🐣🐣🐣🐣

Setelah berbincang sedikit dengan Delva tadi, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menyusul ketiga sahabat yang berada di kamar Bara.

Bara berdiri kaku di ambang pintu saat melihat kamarnya yang sudah seperti kapal pecah. Bara memandang Vanno dan Adit yang asik bercanda di atas kasur kesayangannya.

"Bersiin kamar gue, bangsat! " kesal Bara.

Vanno terlanjak kaget karena suara Bara, "astaghfirullah, iya nanti gue bersiin, " ucap Vanno.

Bara mengangguk dua kali lalu masuk dan duduk di karpet bulu.

"Eh, lo ternyata belom ngikhlasin, Raina, ya Bar? " tanya Adit.

"Tau tuh, masa foto mantan masih dipajang aja, foto pacarnya malah gak ada sama sekali, "cibir Vanno.

"Siapa bilang gue bisa ikhlas? Gue gak pernah ikhlas di pergi dari gue, gue hanya terbiasa aja. Dan soal foto itu, gue belum buang, "jawab Bara.

"Lo gak sedih gitu? "tanya Vanno.

"Ya iyalah! Masa gue gak sedih ngelepas orang yang udah ngisi hari-hari gue dulu, " ucap Bara.

"Hahah, terus kenapa lo harus putus sama dia, dodol? Kalo masih suka mah mending balik aja, " ucap Adit.

"Karena bukan dia yang gue mau, gue emang sayang sama dia, tapi takdir gak merestui buat kita bersatu, "jawab Bara.

"Lo gak kangen gitu sama, Raina? " tanya Delva.

"Kangen itu pasti, Del. Gak mungkin gue gak kangen sama seseorang yang selalu gue rindukan dulu, tapi sekarang gue udah gak sama dia lagi, "

"Terus—"

"Berisik, anjir! Lo semua cerewet banget sih?! Kayak ayam baru bertelur tau gak?! " kesal Bian yang merasa terganggu.

"LO JUGA BERISIK, ANJIR! "

__________________________________

Loh, kok ngamok? Wkwkwk😆😆holla guys 
... gimana sama part 36 nya? Kurang apa? Kasih tau ya! Jangan lupa vote dan komen nya ya ☺percaya deh vote dan komen kalian yang buat aku semangat nulis☺babay!

See you next part 💛

ABARAWhere stories live. Discover now