prolog

7.4K 504 49
                                    


"Tas gue di mana?" tanya seorang gadis berkulit putih menghentikan langkahnya di bangku belakang.

Gadis itu baru saja selesai berganti baju di toilet karena baru selesai mengikuti jam olahraga. Namun saat kembali ke kelas, ia di hadapkan pada pemandangan yang tidak mengenakan. Buku dan bolpoinnya sudah berceceran di atas meja sementara tasnya sudah entah berada di mana.

"Itu anu.. gue tadi liat..tas lo anu.. di bawa keluar sama Galang," jelas seorang gadis berkacamata dengan gugup.

Gadis dengan name tag yang tertempel di baju bertuliskan Natasya Olivia kini melempar baju olahraganya di atas meja dengan kasar lalu mengepalkan tangan kanannya dan langsung berlari keluar penuh emosi begitu mendengar nama Galang di sebutkan.

"Galang, keluar lo sekarang!" teriaknya memasuki ruang kelas sebelas IPS lima dengan napas memburu membuat semua penghuni kelas menoleh ke sumber suara.

Seorang cowok dengan penampilan urakan terlihat menarik smirk saat mendengar namanya di panggil. Ia sudah memiliki firasat kalau hal ini pasti akan terjadi.

Galang geraldo. Siapa sih yang tidak mengenalnya? Dia adalah ketua geng 'Black devil'  yang begitu populer di mandala high school karena kadar cool dan kegantengannya yang bisa di bilang berada di atas rata-rata. Gaya yang selalu menjadi ciri khasnya adalah baju yang di keluarkan dan rambut yang di biarkan berantakan.

Ketika semua cewek mengagung-agungkan sosok Galang. Hal itu nampaknya tidak berlaku untuk Natasya.

Gadis itu menatap sinis ke arah Galang yang kini berjalan semakin mendekat sembari mengunyah premen karet lalu meniupkannya seperti balon tepat di depan wajah Natasya tanpa ragu.

"Di mana tas gue?" tanya Natasya datar sedikit memundurkan badanya karena takut terkena cipratan air liur Galang. Seganteng apapun juga mulutnya tetep bau jigong. Pikir Natasya.

Galang menaikkan satu alisnya lalu mengarahkan jari telunjuknya ke luar. Tepatnya ke arah atap ruang perpustakaan.

"Di sana," jawabnya datar lalu terkekeh.

Natasnya menoleh. Dan benar saja tas hitamnya sudah berada di atas atap sedang kepanasan terkena sinar matahari yang semakin terik.

"Ambil sekarang!" titah Natasya menaikkan atensi membuat cowok itu hanya menanggapinya dengan acuh.

"Ambil sendiri!" jawabnya datar tapi penuh penekanan.

"Lo maunya apa si?" tanya Natasya yang sudah muak berhadapan dengan manusia seperti ini.

"Gue mau lo nggak usah ikut campur sama urusan gue dan temen-temen gue!  Lo yang ngaduin ke Pak Bagas kalo kita kemarin bolos dan ikut balap liar kan? Gara-gara lo, kita di datengin sama pihak sekolah ke sana. Dan lo tau? Gara-gara lo, kita berlima di anggap cemen sama lawan kita."

"Kalo iya kenapa? Kalo lo nggak mau gue ikut campur sama lo, mulai sekarang lo juga jangan pernah lagi manfaatin Raka buat jadi babu lo!" tegas Natasya menaikkan atensi.

Seseorang yang baru memasuki ruang kelas dengan membawa beberapa bungkus rokok terlihat langsung berjalan menghampiri Natasya yang masih berdebat dengan Galang. Tidak lupa, ia memasukkan bungkus rokok itu di saku celananya terlebih dahulu.

"Nata, ngapain di sini? Cepat sana balik ke kelas bentar lagi bel masuk!" titahnya hendak menarik lengan Natasya tapi langsung di tepis kasar oleh gadis itu.

"Raka, lepasin! Gue bakal balik ke kelas kalo lo berhenti mau di suruh-suruh sama bajingan tengik kaya dia!" ucapnya menunjuk Raka kemudian beralih menunjuk Galang.

"Apa lo bilang? Tadi lo bilang gue apa?" tanya Galang mengulang sambil mendekatkan telinganya pura-pura tidak mendengarkan.

"Natasya udah Nat, ayo gue anterin lo ke kelas," Lagi-lagi Raka hendak menarik Natasya, tapi gadis itu malah maju beberapa langkah menatap tajam ke arah Galang.

"B.a.j.i.n.g.a.n," ucap Natasya menekan setiap kata-katanya sambil menonjok-nonjok dada Galang dengan jari telunjuknya dan tidak menghiraukan Raka yang semakin panik.

Cih!

Galang berdecih lalu menarik smirk. "Pantas aja lo nggak pernah punya pacar sampai sekarang. Karena lo itu nggak ada manis-manisnya jadi cewek. Lo itu pantesnya jadi babu kaya sepupu lo itu," ucap Galang seraya melirik ke arah Raka.

BUGH

Tonjokan keras dari kepalan tangan Natasya berhasil lolos mengenai wajah Galang hingga hidungnya langsung mengeluarkan darah segar.

Seluruh penghuni kelas nampak memekik dan tercengang saat melihat ada yang berani melakukan hal itu pada seorang Galang ketua geng 'Black devil'.

Padahal selama ini Galang adalah orang yang paling di takuti satu sekolah. Bahkan kakak kelas juga tidak ada yang berani macam-macam dengannya.

Empat orang yang sedari tadi berdiri di belakang sana terlihat berlari mendekat.  Mereka adalah Vano,Glen, Altar, dan Firza yang tak lain teman satu gengnya.

Galang mengangkat tangan kanannya seolah memberi kode agar teman-temannya tidak ikut campur.

"Dari pada lo nggak laku, mendingan lo jadi jalang aja deh buat om-om hidung belang di luar sana," ucap Gilang sambil terkekeh memegang hidungya yang kini memar.

BUGH

Pukulan keras kini mengenai wajah Gilang kembali. Tapi kali ini bukan Natasya yang melakukannya, melainkan Raka yang sudah naik pitam.

Tubuh Raka mendadak gemetar setelah melakukan itu. Ia tidak akan melakukan hal ini jika bukan karena perkataan Galang yang keterlaluan. Selama ini Raka memang hidup seperti remaja pada umumnya yang enggan membuat masalah. Namun ia juga buka pendiam yang bisa seenaknya di tindas seperti ini.  Apalagi sampai membawa nama Natasya. Sepupu kesayangannya.

"ADA APA INI?"

Suara bariton seseorang dari ambang pintu terdengar begitu jelas membuat semuanya kicep dan menunduk takut.

"Haduh kalian lagi," gumamnya sambil mendengus lalu berjalan mendekati ketiga muridnya yang masih berdiri di depan papan tulis.

"Saya yang salah pak, saya yang sudah pukul Galang duluan," ucap Raka tiba-tiba pada guru BK yang sering di sapa pak Bagas.

Natasya melotot ke arah Raka lalu beralih menatap pak Bagas dengan sedikit menunduk. "Saya yang salah pak, tapi Galang yang sudah mulai duluan,"  jelas Natasya membuat Pak Bagas hanya mendengus.

"Kalian bertiga ikut ke ruang BK, SEKARANG!"

Natasya dan Raka mengangguk.  Sementara Galang hanya terdiam tapi sorot matanya begitu mengeluarkan amarah besar.

"Galang, kamu juga ikut bapak sekarang!" titah Pak Bagas lalu keluar dari kelas sebelas IPS lima.

"Gue pastikan setelah ini hidup kalian berdua gak akan tenang!" bisik Galang dengan nada penuh intimidasi di telinga Natasya.

"Gue gak takut!" balas Natasya melotot tajam dan tidak merasa gentar sama sekali meskipun ia tau kalau Galang adalah tipe orang yang tidak pernah main-main dengan perkataannya.

TBC ❤️

Cerita ini adalah sequel dari cerita Oh "My Killer Teracher."
Bagi kalian yang mau membaca cerita ini alangkah lebih baiknya membaca cerita "Oh My Killer Teracher" terlebih dahulu biar lebih nyambung.

Meskipun cerita ini bukan lagi menceritakan kisah Kesya dan Darel, tapi beberapa tokoh di cerita sebelumnya akan masuk ke cerita ini.

Sebelumnya terimakasih untuk yang sudah meninggalkan jejak ❤️

prickly flower (Tamat)Where stories live. Discover now