7| Si Sialan

94 13 0
                                    

Natasha turun dari mobil dengan terburu-buru. Bahkan tanpa sadar dia menutup pintu mobil dengan keras. Mengundang lirikan penasaran dari siswa yang berada di halaman sekolah.

Ini benar-benar rekor untuk Natasha yang selama ini tidak pernah datang terlambat. Namun, hari ini tepat hari jumat dia baru datang pukul 07.30 memang hanya kurang 30 menit, tapi tetap saja ini bukan sifat Natasha. Hanya karena tadi pagi dia bangun terlambat dan harus membuat jus melon sialan itu dia menanggung resikonya saat ini.

Natasha berlari menuju koridor, pikirannya hanya satu 'sampai di kelas secepat mungkin' bahkan dia tidak menyadari atau berfikir mengapa murid-murid lain masih bebas berkeliaran pada saat jam masuk.

Bruk!

"Sialan! Mata lo dimana ha?!" Natasha yang salah dia sendiri yang berteriak.

Natasha bangkit dari lantai, benturan tadi mengakibatkan pantatnya jatuh mencium ubin. Sakit enggak, malu iya.

"Bodoh."

Natasha melotot tidak terima.

"Lo ngapain diluar kelas? Bukannya belajar! Ketua OSIS tuh harus jadi teladan yang baik!" cibir Natasha lupa berkaca, bahwa dirinya juga bukan teladan yang baik.

Cowok itu mengangkat satu alisnya. "Buru kelapangan," perintahnya.

Natasha mengerutkan dahi bingung, "Ngapain? Lo mau hukum gue? Hahaha, gak mau! Gue mau ke kelas! Minggir."

Natasha mendorong tubuh cowok itu hingga menepi dari harapannya. Tanpa penolakan cowok itu minggir, memberi jalan bagi Natasha. Dia menatap punggung cewek itu sekilas, lalu menggeleng heran. Tidak percaya bisa-bisanya dia bertemu dengan cewek seperti itu. Bodoh, ceroboh, dan... lucu.

* * *

Natasha sampai didepan kelasnya, dia berhenti sejenak. Menghela nafas dalam, menyiapkan alasan yang pas mengapa di bisa sampai terlambat. Setelah cukup, dia memutar kenop pintu. Matanya langsung membulat kala dia melihat suasana kelasnya.

"Lah kenapa kosong?" tanya Natasha bingung.

Dia tetap melangkah masuk, heran menatap sekeliling. Tas teman-temannya memang berada disini, tapi tidak dengan raga mereka.

"Celsa?" panggil Natasha.

Tapi, tidak ada jawaban kelasnya benar-benar kosong seperti kelas mati.

Natasha menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Perlahan dia meletakkan tasnya lebih dulu. Duduk disana sendirian. Masih bingung dengan keadaan sekitar.

Ting!

Notif dari ponsel mengalihkan perhatian Natasha sesaat. Itu pesan dari grup kelasnya. Karena penasaran Natasha membuka pesan yang tersampaikan.

From: Bu Herin

Ini kok anak-anak ibu kurang satu? Siapa yang belum berangkat?

Natasha terdiam membaca pesan dari wali kelasnya. Tangannya mengetik pesan.

To: Bu Herin

Saya masih di kelas bu.

From: Bu Herin

Lho, ngapain masih di kelas? Sini buruan ke lapangan. Acaranya mau dimulai.

Natasha semakin mengernyit bingung. Namun, tanpa pikir panjang ia bangkit dari duduknya. Berlari kecil menuju lapangan yang tadi ia lewati. Dia seketika tertegun. Rasa malu terbendung diraut wajahnya.

SWEET SEVENTEEN; Devano DanendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang