20|Hukuman

39 2 0
                                    

Suara keributan sudah terdengar pagi-pagi dikediaman keluarga Namoru. Natasha dibuat jengkel karena tidak ada yang membangunkannya. Alhasil dirinya telambat masuk sekolah. Jam sudah menunjukan pukul 07.14 dan dirinya masih berada di rumah. Kalo saja nanti tidak ada praktek di laboratorium dirinya memilih tidak berangkat.

"Dari sekian banyaknya penghuni rumah kenapa gak ada yang bangunin gue?!" teriak Natasha melampiaskan amara."Kalian tidur juga apa gimana!?" kesalnya sembari memakai sepatu.

"Maaf Non, tadi sudah saya bangunin tapi Non Tasya tidak bangun." Salah satu pekerja yang melayani rumah keluarga Namoru meminta maaf.

Natasha hanya mendengus kesal, sedang tidak ingin menerima alasan apapun. Ia bergegas lari menuju pintu depan. Pak tejo sudah siap dengan mobil putih didepan halaman rumah.

"Pak Tejo, kenapa ganti mobil lagi? Jangan gonta-ganti mobil. Nanti ada yang curiga sama saya," dumel Natasha dengan tetap menaiki mobil itu juga.

"Maaf Non, mobil yang biasanya dibawa Mbak Anna."

"Lho, bukannya dia ambil cuti hari ini?"

"Iya, tapi tadi pagi-pagi dia sudah keluar rumah. Katanya ada acara mendadak."

"Ya, terus kenapa harus pake mobil gueeee!???" Natasha semakin dibuat jengkel.

Pak Tejo memilih diam, tidak lagi merespon tuannya.

Mobil putih mulai memasuki kawasan sekolah HSIW. Roda itu berhenti didepan gerbang yang telah di tutup. Natasha keluar dari mobil dengan perasaan campur aduk, dia telambat 40 menit.

Seorang satpam mendekati gerbang saat melihat Natasha. Ia membuka sedikit gerbang, namun tubuh tinggi besarnya menghalangi sela yang terbuka seolah melarang Natasha untuk masuk.

"Pak, izinin saya masuk," bujuk Natasha.

"Iya boleh, tapi saya panggilkan dulu yang berjaga piket hari ini."

Satpam itu kembali masuk dan menutup gerbang meninggalkan Natasha di luar. Natasha mengerutu pelan, kenapa dirinya mesti menunggu di luar? tidak sopan membiarkan murid serajin dirinya menunggu tanpa dipersilakan masuk lebih dulu.

Tak lama satpam itu kembali, namun kini ia bersama dengan seseorang yang membuat Natasha lebih memilih untuk kembali pulang saja.

"Ini Mas murid yang telat."

Natasha terdiam bungkam, ia hanya menatap tajam pemuda itu. Entah lah Natasha menjadi sedikit tidak suka saat melihat keberadaannya.

"Masuk."

Mendengar perintah itu Natasha melangkah masuk melewati gerbang yang dibukakan oleh satpam. Ia berhenti di hadapan laki-laki itu, yang kini menatapnya lamat dari ujung kaki hingga tatapan itu berhenti tepat dikedua lensa matanya. Natasha menahan nafas, dia tidak bisa berbohong. Mata hitam legan itu entah mengapa sanggup membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Ia meremas tangan, mencoba mengusir perasaan asing dihatinya.

"Kenapa telambat?"

"Bangun kesiangan," jawab Natasha jujur.

"Tidak bisa ditoleransi." Suara itu bulat dan tegas, "sebagai hukuman lari 10x memutari lapangan basket sepulang sekolah selama satu minggu."

"Apa? Gak! Gue gak mau!" tolak Natasha mentah-mentah. Enak saja dia hanya terlambat 40 menit tapi hukuman seberat itu.

"Protes? Hukuman ditambah." Mata hitam itu menatap semakin tajam seolah mengatakan dirinya tidak ingin dibantah.

Natasha menipiskan bibir kesal, menguatkan kepalan tangan yang kini menadakan emosi. Devano hanya tersenyum sinis, tau gadis didepannya tengah menahan emosi.

SWEET SEVENTEEN; Devano DanendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang