19| Bertemu

49 2 0
                                    

"Lo gak inget gue sama sekali, Kak?"

Ingatan itu lagi-lagi mengusik pikiran seorang pemuda yang kini tengah bersantai di balkon rumahnya. Angin malam berhembus lumayan kencang, tapi tidak sedikitpun mendingikan badan laki-laki itu.

"Kita pernah ketemu sebelumnya?"

"Sering malah. Kita berangkat sekolah bareng, makan bareng, tidur bareng, main bareng, sepedaan bareng."

"Waktu kecil?"  Ia masih ingat anggukan gadis cantik itu.

"Tapi, gapapa itu semua emang gak penting buat diinget."

Devano termangu, pikirannya berkecamuk terus menerus. Berulang kali mengulangi ucapan Natasha malam pesta itu. Meski Natasha sudah mengatakan untuk melupakan, tapi Devano tidak pernah lupa. Dia bahkan ingat secara jelas detailnya.

"Apa lagi yang gue lupain?" gumam pemuda itu pelan.

Ia memejamkan matanya, hembusan angin malam menerpa wajah lelahnya. Ingatannya kembali pada masa itu. Saat yang telah merengut semua yang ada dalam memorinya. Kecelakaan kecil yang memberikan dampak besar dalam hidupnya.

Seorang anak kecil berlari dengan tawa khasnya yang riang. Ia mengejar sosok anak anjing yang terus menghindar darinya, anak anjing itu menggonggong seolah menyuruhnya untuk terus mengejar. Anak itu tertawa senang, berusaha menangkap seekor hewan mungil berbulu putih lembut itu. Tanpa mendengar orang taunya memanggil namanya berkali-kali.

"Nono, stop! Jangan lari-lari. Nanti kamu jatuh!" Seorang ibu yang masih tampak muda berusaha mengejar langkah putranya. Namun, kondisi jalan tokyo yang saat itu ramai membuatnya kesulitan menerobos kerumunan dengan tubuh dewasanya, berbeda dengan anaknya yang dengan lihai menyelinap diantara kaki-kaki jenjang.

Tubuh kecil itu terus berlari membawa kaki mungilnya. Ia tertawa ketika buntut anjing itu berhasil ia tangkap. Anjingnya menggonggong lebih cepat, ia memutar badannya berusaha melepas pegangan si anak. Namun, anak itu berhasil menangkap si anak anjing.

"Nono, kan sudah Mama bilang jangan nakal!" Seorang wanita membentak anaknya, tapi tak bisa dipungkuri ia mengela nafas lega.

Meraih salah satu tangan anaknya untuk ia gandeng. Anak kecil yang dipanggil 'Nono' masih asik memperhatikan anjing jenis pomeranian digendongannya. Dia ikut melangkah ketika tangannya di tarik.

"Anjing itu harus dibelikan tali. Jika tidak akan sangat merepotkan," keluh wanita itu tentang anjing milik pamannya yang baru saja dia peliharaan belum lama.

Guk! Guk! Guk!

Guk-gukannya terdengar lucu, tapi diluar dugaan anjing itu meloncat turun dari gendongan anak laki-laki. Berlari ke arah jalan raya yang saat itu baru ramai-ramainya. Anak itu berteriak panik.

"Mama, puppy!!"

Ia berusaha melepas gandengan tangannya dari Sang Mama. Lantas ia berlari ke jalan, mengejar anjingnya yang kini terlihat menggonggong ketakutan diantara laju kendaraan. Wanita yang melihat anaknya berlari ke jalan berteriak panik, memanggil namanya.

"Devano, kembali!" Ia berusaha menyalahkan tombol menyebrang agar menyala, matanya tak bisa beralih dari anak kecil yang kini semakin jauh ketengah jalan. Keringat dingin mengucur deras, jantungnya berdetak kencang.

Ia ingin melangkah ke jalan, tapi klakson kencang dari kendaran yang melaju membuat ia kembali melangkah mundur. Beberapa orang melihat kejadian itu ikut merasa panik.

Ditengah jalan sana, anak kecil itu seolah tidak peduli dengan sekitarnya. Ia berhasil menangkap anak anjingnya, menggendongnya dengan senyuman yang seolah lega.

SWEET SEVENTEEN; Devano DanendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang