PAGE 12 : Go to Heaven

50 21 2
                                    

⚠️Cerita nya bakal agak panjang. Hati-hati bosen hehehe

-





    Arsenio dengan sangat tergesa-gesa membereskan semua barang bawaan nya ke dalam tas. Setelah sudah memastikan tak ada yang tertinggal , ia pun keluar dari kamar untuk segera pergi dari motel ini sesuai arahan Rafen.

    Selama Arsenio melangkah kan kaki nya untuk segera tiba di parkiran motor , ia masih belum melihat ada tanda-tanda Chester ataupun Federick.

    Tapj tiba-tiba dia di kejutkan dengan keberadaan Hugo yang baru saja menutup kulkas dapur.

    “Nio , mau kemㅡ”

    “Ssstt...” Arsenio menempelkan jari telunjuk nya pada bibir nya untuk memperingati Hugo agar tidak berisik.

    “Lo mau kemana?” Tanya Hugo ulang yang saat ini menipiskan suara nya.

    "Gue pengen balik ke rumah. Gue ngerasa ada sesuatu yang gak beres di sini,” kata Arsenio sambil celingukan. Waspada jika Chester dan Federick datang.

    "Yaudah gue temenin lo ke depan,” inisiatif Hugo.

    Arsenio pun berjalan lebih dahulu dari Hugo dengan terburu. Setiba nya di motor , ia mengambil helm nya yang tergantung di stir sebelah kiri motor. Tapi dengan sangat tiba-tiba ,

    Buagh!!

    Hugo memukul nya menggunakan balok kayu , tepat di bagian kepala Arsenik hingga membuat tubuh lelaki jangkung itu limbung dan terjatuh tak sadarkan diri.

    “Cih , seenak nya lo mau lepas dari kita.”







-🌃-



    Arsenio sudah tersadar dari acara pingsan nya. Namun , yang ia lihat adalah , diri nya tengah berada di ruangan gelap dan pengap. Hanya ada penerangan minim yang tengah menyoroti diri nya.

    “Wah , dia udah bangun ternyata.”

    Chester masuk ke dalam kamar yang dimana ada Arsenio di sana sambil bertepuk tangan. Di ikuti dengan Joel , Federick , Rafen , dan yang lebih buat Arsenio terkejut lagi adalah Hugo yang juga ada di antara mereka.

    “Hah? Astaga ini sebener nya apa sih? Gue gak paham,” kata Arsenio.

    Chester berjalan mendekat ke arah Arsenio. Ia berjongkok dan mengusap rambut pirang lelaki berambut pirang di hadapan nya ini. “Nih ya gue jelasin. Lo tuh orang tolol dan goblok yang pernah gue temuin. Kenapa? Dari kata-kata aneh yang gue buat-buat aja lo gak paham.”

    Arsenio terdiam dan berusaha mengingat-ingat kalimat apa yang pernah Chester buat-buat. Dan Arsenio tahu jawaban nya.

    “Soal Calvin yang bakal bunuh gue itu?!”

    “Yes, you right darling...” jawab Chester dengan seringaian yang pernah Arsenio lihat sebelum nya. “Tau gak kenapa gue bisa bilang dia mau bunuh lo? Karena sebetul nya dia mau ngebongkar kedok kita-kita ini kalo kita lah yang bakal bunuh lo untuk the next target.”

    Jelas Chester. Arsenio ingin menangis rasanya. Ia merutuki diri nya , kenapa ia harus menyewa motel ini. Seharus nya ia dengar apa kata mama nya dan adik nya yang melarang Arsenio menyewa motel itu sebelum nya.

    “Jadi maksud nya kalian juga yang berarti udah bunuh Calvin?”

    Chester mengangguk. “Gak cuma anak sialan itu. Tapi beberapa penghuni kamar motel lain pun begitu. Sekarang tersisa berapa lagi sih yang belum?” Tanya Chester.

    “Ada 12 kamar lagi yang belum kena,” kata Federick menjawab.

    “Gue ada salah apa sih sama kalian? Gue penghuni baru di sini anjing , gue juga masih gak tau apa-apa!” sentak Arsenio yang sudah mulai mengeluarkan air mata nya.

    “Utututuu.. Jangan nangis dong. Lo emang gak ada salah apa-apa sama kita. Tapi siapa yang perduli sih masalah orang yang gak punya salah sama perut kita yang bermasalah?” Kata Chester.

    “Apa yang mau kalian lakuin sama gue hah?!”

    “Mau kita mutilasi. Terus kita makan deh HAHAHAHA,” Jawab Joel yang mengambil alih jawaban Chester , di akhiri dengan tertawa jahat.

    “Masih aja gak peka ya lo? Nih.. gue dongengin ya.. Aslinya pemilik motel ini udah lama meninggal. Tapi motel ini masih berdiri kokoh karena di kasih ke cucuk nya yang bertugas sebagai penerima penghuni motel,” kata Federick yang menjeda kalimat nya.

    “Cucuk nya ini gak rutin kerja di motel pemberian kakek nya. Makanya dia dateng kalo ada penghuni motel baru yang di kasih tau sama Hugo. Dulu sih pas pemilik nya masih hidup , kita semua di kasih makan. Tapi pas udah gak ada dan di alihkan ke cucuk nya , kita di terlantarin.”

    “Karena begitu , kita jadi gak dapet makan deh. Mau keluar juga gak bisa buat cari makan karena motor kita di hancurin sama cowok bajingan itu. Sejak kejadian itu , Chester yang punya banyak ide ini akhirnya berusul ke kita 'gimana kalo kita jadiin target aja nih penghuni motel ini. Nanti di mutilasi dan di jadiin makanan'. Awal nya kita gak setuju , tapi dari pada mati kelaparan , mending kita iya-in aja.”

    “Kita nih bukan kanibal. Tapi karena sikon yang gak memungkinkan ini , kita jadi berasa orang kanibal. Setelah target di mutilasi ya kita makan. Kalo ada sisa nya kita jadiin sup daging , daging asap , daging panggang dan segalanya.”

    Final Federick yang sudah tiba di akhir cerita.

    'Jancok! Berarti daging yang gue makan selama ini daging manusia dong?'

    “Biarin gue pergi please! Keluarga gue nungguin gue di rumah,” rengek Arsenio meminta permohonan.

    “Tenang aja, Arsenio. Ntar kita pulangin. Tapi setelah badan lo udah ke-koyak habis sama kita ya HAHAHAHA!”

    Arsenio bergidik ngeri saat Joel mengatakan hal itu. Arsenio tidak ingin nyawa nya berakhir di sini.

    “Hugo! Tolong lepasin gue Hugo.. gue mohon,” mohon Arsenio setengah terisak.

    “Buat apa? Ya kali gue lepasin target gitu aja.”

    Arsenio sukses di buat terkejut lagi. “Maksudnya, lo salah satu bagian dari mereka?!!”

    Hugo tersenyum sinis ke Hyunjin , “Menurut lo?”

    “BRENGSEK LO SEMUA!!” teriak Arsenio.

    “Jangan teriak dongo!!” seru Chester yang menendang kepala Arsenio dengan sepatu boots hitam nya.

    Kepala Arsenio terasa pusing. Dia juga baru sadar kalau diri nya ini di gantung dengan kaki di atas dan kepala di bawah. Arsenio tahu maksudnya. Pasti mereka memposisikan Arsenio seperti saat ini agar darah yang keluar ketika leher nya di potong nanti akan keluar lebih deras dan banyak.

    Sungguh, Arsenio benar-benar menyesali segalanya. Seharusnya Ia pulang ke rumah dan lebih mendengar nasihat dari mama dan juga adik nya.

    “Siapin alat-alat nya,” perintah Chester.

    Sebelum Arsenio akan siap mereka jadikan mainan , Rafen berjongkok di hadapan Arsenio dan berkata “Padahal udah gue suruh lo pergi , tapi ternyata ketangkep juga sama Hugo. Gue gak tau kalo dia turun ke bawah. Kayak nya dia sadar lo ini pengen pergi. Sayang banget ya , this isn't your lucky day, kak Sen.”

    Dan setelah itu Rafen berdiri dan menjauh dari Arsenio.

    “Kalian gak waras! Gue mohon jangan bunuh gue,” lirih Arsenio frustasi di sertai isakan tangis nya.

    “Harus lah! Kita udah pada laper goblok! Kayak nya daging lo ini kalo di makan enak juga!” seru Hugo.

    Arsenio menangis sejadi-jadi nya. Dan saat itu juga , Chester membacok leher nya hingga darah merembes dengan deras. Rafen menampung darah Arsenio pada baskom besar yang sudah tersedia sementara yang lain sibuk memutilasi Arsenio.

    Setelah selesai memutilasi tubuh Arsenio , mereka pun memakan nya. Mulai dari bagian tangan , kaki , perut , dan bahkan organ bagian dalam Asenio pun ikut dimakan.

    Mereka menikmat hidangan tubuh Arsenio selama 5 jam lama nya karena se-enak itu. Hingga akhirnya mereka merasa puas dan kenyang.

    “Target berikut nya kamar nomer 17,” kata Chester. "”Hugo , Rafen , kalian bawa baskom nya ke dapur. Bikinin kuah kayak daging asap yang gue kasih ke Arsenio. Terus buat kak Joel sama Federick , bawa sisa nya juga ke dapur dan masak sampe mateng. Nanti kita bagiin ke penghuni kamar yang masih bisa nikmatin kehidupan nya,” perintah Chester.

    Mereka ber-empat mengangguk mematuhi perintah Chester dan bergegas turun ke lantai dasar.

    “Hmh... gak sia-sia gue targetin lo untuk hari ini,” gumam Chester seraya mengelap bagian jari-jari tangan nya yang masih terdapat darah Arsenio di sana.





























 [ ✓ ] THE MOTELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang