7. Dufan

202 35 15
                                    


Ditunggu comment dan votenyaaa










"Butuh bawa payung?"

"Bawa, takut hujan."

"Bawa sunglasses?"

"Boleh, takutnya silau."

"Bawa coat?"

"Felix, Dufan itu panas. Rain coat boleh, tapi coat musim dingin gak usah."

Felix terkekeh, "oke, bu!"

Yeji ikut terkekeh.

Hari kemarin, Yeji baru saja dapat rezeki berupa empat lembar tiket gratis masuk Dufan. Ia mendapatkannya dari Nancy dan Haechan yang kebetulan memenangkan doorprize di acara family gathering kantornya yang diselenggarakan di Ancol. Namun, karena kedua sejoli tersebut sama-sama tidak suka wahana-wahana seram Dufan, tiket itu dilelang cuma-cuma kepada Chaeyeon, Lia dan Yeji. Meski sempat sikut-sikutan, Yeji berhasil memenangkan keempat tiket itu sekaligus.

Kepala Yeji otomatis memikirkan Chris dan kedua anaknya. Pas sekali, empat tiket untuk mereka berempat. Jadi hari ini, Yeji mendatangi rumah Chris dan mengajak Chaewon dan Felix untuk bermain di Dufan.

Si kembar girang bukan main. Karena papi mereka selalu sibuk, seumur hidup mereka belum pernah mengunjungi Dufan walaupun tinggal di provinsi yang sama. Mereka buru-buru berkemas ditemani Yeji. Yeji dengan gesit membantu si kembar yang terlalu semangat sampai hampir membawa seransel penuh seolah akan menginap.

Setelah memastikan si kembar sudah bisa berkemas sendiri, Yeji mulai mengitari rumah mencari Chris. Chris baru saja pulang saat Yeji tengah di kamar Chaewon, jadi ia belum sempat bertemu dan memberikan satu tiket yang tersisa.

Setelah berjalan kesana-kemari, Yeji menemukan Chris di halaman depan, sedang sibuk mencuci mobilnya. Ia memakai pakaian santai berupa kaus tanpa lengan dan celana pendek. Sebagian tubuh dan rambutnya basah, menjadikan pria itu berkali-kali lipat lebih tampan. Yeji lagi-lagi menemukan dirinya terpesona.

"Ganteng banget..." gumam Yeji tanpa sadar.

Rupanya, Chris mendengar gumaman Yeji, karena pria itu langsung menoleh cepat ke arahnya.

"Kamu ngomong apa, Yeji?"

Yeji gelagapan, "Uh..anteng! Anteng banget!" ralatnya dengan panik. "Pak Chris anteng banget nyuci mobilnya!"

Chris tertawa, matanya melengkung membentuk bulan sabit. "Udah lama gak nyuci, sekalian refreshing.

Yeji manggut-manggut. "Oh iya, tentang refreshing, saya mau ajak anak-anak main ke Dufan, boleh kan, pak?"

"Dufan? Boleh-boleh. Anak-anak sama sekali belum pernah main ke Dufan,kasian."

"Eum..." Yeji berpikir keras, kata-kata apa yang tepat untuk menyampaikan ajakan tanpa terlihat jelas kemupengannya? "P-pak Chris mau ikut? Kebetulan saya dapat empat tiket gratis."

"Oh ya?" Chris menoleh, kemudian meringis kecil. "Wah, maaf banget,nih, tapi saya habis ini harus balik ke kampus, ada jadwal ngajar."

"O-oh," Yeji berusaha menyembunyikan raut kecewanya. "Di Hari Minggu?"

"Iya, Yeji. Maaf, ya?"

Yeji ingat betapa sengitnya ia memperjuangkan empat tiket itu. Tapi mau bagaimana lagi? "Iya, gapapa, pak."

Dalam hati Yeji mendesah kecewa. Kesempatan seperti ini, bepergian berempat dengan Chris dan anak-anaknya, akan sulit ia dapatkan lagi. Tiket Dufan cukup mahal, ia tidak punya uang sebanyak itu untuk mengajak mereka pergi di lain waktu. Pun ia akan kesulitan mencari alasan yang bagus untuk mengajak Chris keluar, menghabiskan waktu untuk lebih mengenalnya.

Chris kembali fokus pada kesibukannya mencuci mobil, sementara Yeji jadi salah tingkah sendiri, bingung mau melakukan apa. Kalau terus berdiri disitu, rasanya canggung sekali. Tidak ada percakapan lagi. Tapi kalau masuk ke dalam, ia takut Chris akan berpikir ia sebegitu kecewanya karena ditolak. Walaupun kenyataannya memang begitu, tapi ia tidak mau Chris merasa bersalah.

Untungnya, Chaewon dan Felix segera keluar dari rumah dan berdiri di samping Yeji dengan ransel di punggung masing-masing. "Kita siap, bu!"

"Loh, papi kok masih basah-basahan?" Protes Chaewon melihat keadaan papinya. "Kita udah mau berangkat,nih!"

Chris memasang senyum menyesal. "Papi gak bisa ikut, Chaewon. Kalian seneng-seneng disana, ya?"

"Eh? Terus kita kesana gimana caranya kalau papi gak ikut?" Chaewon masih merajuk.

"Sama pak Ali, ya? Pake mobil satunya." Chris menunjuk mobil lain yang sedang tidak dicuci, beserta sopir keluarga mereka yang sudah siap sedia.

Chaewon masih merengut walaupun sudah kehabisan argumen. Sementara Felix diam, matanya memicing.

"Emang kenapa papi gak ikut?" Tanya Felix.

Chris sepertinya tidak mendengar suara Felix, jadi Yeji yang menjawab. "Pak Chris ada jadwal ngajar habis ini." Ucapnya menenangkan. Yeji membuat senyum seceria mungkin supaya Chaewon dan Felix kembali bersemangat. "Udah, berangkat, yuk! Keburu siang, nanti makin panas."

Yeji berjalan dengan ceria sambil merangkul Chaewon. Felix mengikuti di belakangnya, masih sambil memicingkan mata. Penjelasan Yeji tidak membuatnya puas.

"Papi gak pernah ambil jadwal di Hari Minggu." ucap Felix ketika ia tepat melewati tubuh Chris. Ia melemparkan tatapan curiga ke arah Chris, yang dibalas Chris dengan raut datar dan senyum tipis.

"Have fun," balas Chris, kemudian matanya mengikuti sampai Felix masuk ke mobil, sampai mobil itu keluar gerbang, dan sampai mobil itu hilang dari pandangan.

Setelahnya, Chris menghela nafas. Selang air ditangannya ia matikan sejenak. Berbohong sedari dulu bukanlah keahliannya, dan Felix baru saja memojokkannya dengan tepat.

Chris sudah berbohong sejak awal. Ia sengaja pulang terlambat hari ini, agar tidak bertemu Yeji yang akan mengajak anak-anaknya pergi ke Dufan. Ia dengan jelas mendengar pujian Yeji akan parasnya, tapi ia memilih pura-pura tidak mendengar. Dan seperti kata Felix, ia tidak memiliki jadwal mengajar di Hari Minggu.

Semua itu semata karena usahanya untuk menghindari Yeji.

Chris bukanlah pria naif. Ia tahu sejak awal bahwa Yeji menaruh hati padanya. Ia tahu Yeji mengaguminya sejak pandangan pertama, dan mulai jatuh cinta setelahnya. Ayolah, bimbingan privat di rumah tanpa dipungut biaya? Itu suatu hal yang mustahil, kecuali ada niat tertentu. Dan Chris tahu, niat Yeji sejak awal adalah dirinya.

Masalahnya, ia tidak bisa menerima Yeji.


To Be Continued

18/5/2021


Mr. Chris and I (Hwang Siblings Ft. Bang Chan)Where stories live. Discover now