18. Titik Balik

195 34 21
                                    

"Papi? Ini Felix."

"Masuk, Felix."

Felix membuka pintu ruang kerja papinya pelan. Chris terlihat sibuk dengan buku-buku tebal di tangan serta kacamata baca yang bertengger di hidungnya.

Dalam hati, Felix meringis. Menjadi tenaga pengajar berarti berurusan dengan buku-buku tebal seumur hidupnya. Felix tidak pernah bisa mengerti bagaimana papinya itu kuat terus-menerus berurusan dengan buku. Bahkan, cenderung menikmatinya. Pemandangan ini membuat Felix berjanji dalam hati untuk tidak menjadi pengajar di kemudian hari.

Felix meletakkan secangkir teh di atas meja Chris. "Ini, Bikinan Chaewon."

"Chaewon udah gak marah sama papi?"

"Masih marah. Makanya nyuruh aku yang ngasih."

Chris tertawa atas jawaban jujur Felix. Dalam hati merasa gemas pada anak gadisnya yang tsundere. "Makasih, ya."

Felix berdeham, kemudian tetap diam sambil memainkan barang apapun yang bisa ia temukan. Ia tengah mengumpulkan keberanian untuk berbicara. Setelah terkumpul, ia memutuskan duduk di kursi di hadapan Chris.

"Papi sebenernya kenapa?" Tanya Felix.

"Kenapa apanya?"

"Bu Yeji."

Gerakan tangan Chris yang tengah membalik halaman buku terhenti. Ia menatap anak lelakinya yang tengah menyorot lurus padanya. Chris baru membuka mulut, namun Felix menahannya. "Jangan bilang gak apa-apa. Basi."

Chris kembali mengatupkan mulutnya.

"Papi bisa jujur sama aku. Aku laki-laki, aku lebih bisa ngerti papi. Aku selalu tau kapan papi bohong." Felix berusaha membuat nyaman papinya. "Aku tau papi punya rasa ke Bu Yeji. Dan aku tau kalau papi tau Bu Yeji udah suka sama papi dari pertama kali beliau datang kesini. Yang aku gak tau, adalah kenapa papi malah nyuruh Bu Yeji ngejauh."

Chris mengamati anak lelakinya cukup lama. Chris selalu menganggap kedua anaknya adalah anak-anak yang rapuh, serapuh saat pisau Jihyo dulu nyaris membunuh keduanya. Chris selalu ingin melindungi mereka dari dunia selamanya. Tapi, Chris seringkali lupa kalau waktu telah bergulir. Kedua anaknya telah beranjak dewasa. Felix di hadapannya kini mulai menjadi seorang pria, yang selalu memahami papinya tanpa kata, yang mampu menembus kebohongan papinya hanya dari tatapan mata.

Chris akhirnya mengalah. "Semakin dewasa, urusan hati gak segampang 'aku cinta kamu' dan bahagia selama-lamanya, Felix. Ada banyak aspek untuk di pertimbangin." Ia tersenyum lelah. "Yeji gak akan bahagia kalau bareng papi. She deserves someone better. Much better."

Seungmin terlihat cocok untuk Yeji. Mereka serasi. Batin Chris dengan nyeri.

"Dan kenapa begitu?" Kejar Felix. "Apa papi bukan orang baik? Papi koruptor? Suka main perempuan? Gembong narkoba? Terlibat perdagangan manusia?"

Chris tertawa atas sarkas tajam Felix. "Gak semua yang nyakitin itu dari hal-hal besar. Terkadang, luka kecil bisa kasih efek yang lebih mematikan."

Felix mendengus atas pilihan kata Chris yang penuh kiasan. "Kalau yang papi maksud adalah gunjingan orang, Bu Yeji udah tau."

Satu alis Chris menukik tajam. Yeji tau?

"Ya. Bu Yeji udah tau, dan Bu Yeji gak peduli."

"Kenapa Yeji bisa tau?"

"Karena hampir seisi sekolah ngomongin Bu Yeji." Felix mengendikkan bahunya. "Temen-temen, guru-guru. Pokoknya semua yang kenal aku sama Chaewon."

Chris mengerjap, tidak mengerti kenapa Felix bisa bersikap sesantai ini.

Mr. Chris and I (Hwang Siblings Ft. Bang Chan)Where stories live. Discover now