Chapter 6

94 9 2
                                    

Kami semua sedang duduk dibawah pohon sekarang, memperhatikan bagaimana para tentara itu latihan menembak, dan kami menulisnya dibuku hal-hal yang penting sesuai instruksi Instruktur Keith. Tak banyak yang ikut mencatat bersama kami, karena tak semua anak bisa menulis dan membaca. Hanya sekitar 30 orang yang berada disini, sedangkan anak yang lain berada di kelas untuk berlatih membaca.

Hari sudah siang, tapi para tentara itu masih terus berlatih. Sinar matahari yang menyengat kulit, tak membuat mereka menyerah untuk segera istirahat. Beberapa tentara wanita juga terlihat di sana. Walau kulit mereka mulai mencoklat, tapi itu tak menghilangkan kecantikan para tentara wanita. Sungguh latihan yang mengerikan, mereka sungguh-sungguh bekerja keras agar dapat mengalahkan kami, para Marleyan.

"... Ingat! Kita harus punya fisik, mental, dan imun yang kuat! Peperangan tak akan berakhir hanya dalam beberapa jam saja, tapi kita bisa saja seminggu berada di medan perang melawan musuh tanpa makanan." Instruktur berjalan mondar-mandir didepan kami yang duduk di tanah, seorang anak angkat bicara dan bertanya, mengalihkan pandangan kami.

"Pak! apa mereka tidak mati kelaparan?"

"Pertanyaan konyol!" Instruktur sedikit menaikkan nada suaranya, "Kami akan selalu adakan pelatihan bertahan hidup di luar dinding, dan kami juga adakan puasa massal untuk mengukur tingkat ketahanan tubuh kalian."

Anak-anak berbisik dibelakang ku, aku hanya menghela napas. Yah, kami sudah menjalani pelatihan bertahan hidup juga. Baiklah, bukannya aku sombong atau merasa lebih kuat dari mereka semua. Aku hanya memberitahu kalian disini.

Karena peperangan adalah situasi yang genting, bahkan kita tak akan sempat untuk sekedar buang air kecil. Biasanya kita akan makan snackers, atau terpaksa puasa dan menahan lapar. Snackers di adalah makanan pokok berbentuk semacam biskuit asin yang tebal, penuh protein dan karbohidrat untuk menahan lapar. Aku yakin snackers di Marley dan Paradise berbeda. Tapi yang pasti, aku tak mau memakan hal-hal seperti ini lagi. Setidaknya makanan Marley lebih enak.

Instruktur Keith mengeluarkan bungkusan. Benda itu berbentuk balok dengan dibalut kertas. Beliau membukanya, dan memperlihatkan isinya. "Ini namanya Snackers! Jika kita tak sempat makan di medan perang, kita akan memakan ini untuk menahan lapar! Ada yang mau mencoba?!"

Seorang anak maju, pak Keith mempersilahkan anak itu untuk menggigit biskuit ditangannya. Tapi sepertinya anak itu kesusahan karena biskuit itu terlihat keras.

"Hei! Dimana tenagamu, anak muda?!" Anak itu ketakutan, lantas duduk kembali. Pak Keith lalu memanggil salah satu tentara dan menyuruh tentara itu memakan bungkusan yang lain. Krauk! Bunyi gigitan yang kuat, tentara itu makan snackers ditangannya dengan kelaparan, sampai remahan-remahan kecil berjatuhan ke kakinya.

"Katakan padaku, bagaimana rasanya?!" Pak Keith menepuk pundak tentara itu. Yang ditepuk menoleh dan melakukan hormat.

"Tidak terlalu saya pikirkan, pak!"

Teman-temanku bingung, pak Keith hanya mengangguk lalu menyuruh tentara itu pergi. "Benar! Jika kita terlalu lapar, kita akan memakan apa saja yang bisa dimakan. Kita tak akan terlalu memperdulikan rasa makanan itu, asal itu bisa mengganjal perut kita!" Kami semua mencatat apa yang dikatakan pak Keith di buku tulis.

"... Snackers ini sebenarnya memiliki rasa yang asin, penuh protein dan karbohidrat. Mereka adalah zat sumber tenaga, yang mampu menahan lapar sampai seharian. Itulah kenapa mereka sangat keras! Dan-"

Klang! Klang! Klang! Klang!

Lonceng asrama berbunyi, menandakan bahwa jam pelajaran sudah berakhir. Kami semua berdiri dan melakukan hormat. "Jam pelajaran sudah berakhir. Sudah saatnya makan siang. Segera cuci tangan setelah meletakkan alat-alat tulis kalian dan pergilah ke ruang makan, mengerti?!"

Always want To Be WITH YOU || Reiner x Historia || INAWhere stories live. Discover now