Chapter 7

85 10 2
                                    

"Apa-apaan ini, kadet Bauer?! Setelah kami mengajak kalian berkeliling pagi ini, dan masih ada bocah yang tersesat?!"

Suara bentakan itu menggema ke seluruh ruang makan, sampai membuat seluruh anak disana menunduk ketakutan. Tapi aku masih menegakkan badanku, membuat gerakan hormat kepada orang yang membuat kebisingan, Instruktur Keith.

"Maafkan saya, Pak! Saya berjanji hal ini tak akan terulangi lagi." Ucapku tegas, diam-diam aku melirik Christa yang kebetulan juga menatapku dengan tatapan khawatir disana. Pandanganku teralih saat mendapati pergerakan kecil dari Instruktur.

"... baiklah. Kali ini saya toleransi. Tapi jika kau mengulangi kesalahan yang sama, kau tak akan mendapat makan malam." Instruktur berbalik, menatap anak-anak yang duduk di meja makan satu persatu. "Ini berlaku juga untuk kalian! Jadikan ini pembelajaran. Saya tak pernah menoleransi orang yang membuat kesalahan berulang kali. Paham?!"

Mendengar bentakan itu, anak-anak lantas duduk tegak dan membuat gerakan hormat, "paham, Pak!!"

"Bagus! Dan kau, Kadet Bauer!" Instruktur berbalik menghadapku, "segera ambil makan malam mu dan makan.

" Siap, pak!"

Instruktur Keith pergi, aku menghela napas lantas duduk di samping Bertholdt yang ternyata sudah mengambilkanku senampan makanan. Dia terlihat cemas, sedangkan Annie didepannya masih terus makan, tak memperdulikan hal yang baru saja terjadi.

"R-reiner... Kemana saja kau sore tadi? Kami bahkan mempelajari materi baru, dan aku mencatat untukmu. Bersyukurlah karena instruktur Keith lupa mengabsen kadet-kadetnya!"

Aku menghela napas, "ada sesuatu yang harus ku pastikan. Dan kali ini aku bisa melakukannya sendiri. Dari Kemarin aku ingin membicarakan banyak hal kepada kalian, tapi sepertinya akan ku tunda dulu karena aku ingin melanjutkan tugasku."

Tanganku menyambar roti gandum di atas nampan, lantas mengunyahnya seperti orang yang tak makan selama seminggu. Aku sangat kelaparan. Bahkan saat di atas kereta kuda tadi, aku mati-matian menahan lapar dengan menekan perutku. Bahkan kakiku sudah lemas, dan beberapa kali hampir terjatuh dari kereta hanya karena kelaparan.

Aku juga bingung dengan diriku, padahal waktu latihan jadi pejuang itu aku bisa menahan lapar sampai 3 hari. Dan kenapa sekarang hanya beberapa jam saja aku tak bisa? Aneh sekali, tak masuk akal.

Bertholdt terus menatapku yang sedang makan, sambil menunggu makananku habis. Jari telunjuk nya membuat gerakan memutar di atas meja, menyatakan bahwa dia sedang memikirkan sesuatu. Suasana ruang makan perlahan sepi, hawa dingin dari luar juga terasa mencekam. Tapi kami bertiga belum juga meninggalkan ruang makan. Sedangkan Annie terlihat bersedekap dada didepanku, tatapannya kosong melihat nampannya sendiri. Suasana aneh ini membuatku bingung.

"... Reiner... " Bertholdt menepuk pundakku pelan, aku yang sedang minum susu kembali meletakkan gelasku. Kali ini, Annie memalingkan wajah, membuatku semakin bingung akan situasi yang sedang terjadi.

"Di belakang asrama saja." Annie berucap singkat, lalu berjalan meninggalkan ruang makan. Disusul oleh Bertholdt, dan dia sempat memberi sinyal melalui kontak mata. Seakan paham, aku lalu mengikuti mereka berdua.

Ada apa? Apa yang ingin mereka bicarakan? Mereka terlihat serius sekali.

Bahkan saat kami sampai belakang asrama pun, mereka berdua tak langsung berbicara. Kami diam diterpa keheningan, dan entah kenapa suasana ini membuatku tak nyaman, sangat.

"Apa yang ingin ka-"

"Reiner... "

"Y-ya?"

Bertholdt tiba-tiba menepuk pundakku, dia membuat kontak mata sekilas dengan Annie, lalu si gadis pirang mengangguk.

Always want To Be WITH YOU || Reiner x Historia || INAWhere stories live. Discover now