Chapter 15

19 4 2
                                    

"Tempat-... Tempat apa ini?"

Kedua kakiku terpaku begitu lorong gelap tadi berubah menjadi tempat yang sangat luas. Dinding dan penopang seperti terbuat dari kristal biru yang berkilauan. Walau di dalam tanah dan tanpa penerangan, kristal-kristal ini seperti memiliki cahayanya sendiri. Inikah tempat tersembunyi itu?

Aku benar-benar terasa di dunia lain. Tempat ini terasa sejuk dan terang. Tapi kristal-kristal ini bukan terbuat dari es. Hanya saja memang terasa dingin. Tak pernah menyangka kalau ada tempat seperti ini di dunia nyata, bahkan di Marley tak ada hal seperti ini sebelumnya. Mengingat para Marleyan yang suka melakukan penelitian, aku yakin jika mereka menemukan tempat ini, mereka akan meneliti setiap butiran kristal yang ada.

Kesadaranku kembali begitu aku mendengar suara beberapa orang pria tertawa, aroma alkohol begitu kuat menguar di segala arah. Tawa bahagia bak manusia tak memiliki dosa juga menggema memenuhi tempat ini. Membuatku ingin menodongkan pistol di tangan dan menembak rongga mulut mereka agar tak ada suara tawa lagi yang mengusik sepasang telingaku.

Perlahan aku mendekat, tak lupa melihat sekitar dan melihat anak-anak itu berada jauh sekali di sudut sana, di balik jeruji besi. Kaki tangan mereka terantai dan mata mereka ditutup kain hitam. Kondisi mereka sangat mengenaskan, bahkan beberapa anak menderita busung lapar. Bisa dilihat dari kondisi fisik mereka yang kurus kering dengan perut buncit. Apa mereka bahkan tidak memberi anak-anak itu makan?!

"Yak, aku menang!"

"Sialan kau, Georg! Aku tak akan menyerahkan bir seharga 20 koin emas ini kepadamu!" Pria yang kalah itu murka, melempar kartu miliknya ke segala arah hingga membuat kartu itu berterbangan dengan bebas. Sedangkan temannya yang lain hanya tertawa.

"Huh? Itu perjanjiannya! Apa kau yakin akan menuruti kami atas pelanggaran yang akan kau lakukan jika kau tak menyerahkan birmu?" Pria bersurai coklet kegelapan itu menanggapi santai, bahkan tanpa sadar membuat temannya yang mabuk berat itu semakin murka.

"Keparat!"

Dan akhirnya mereka mulai bertengkar, bahkan teman yang tak ikut hanya menyoraki mereka. Ini kesempatanku untuk mengambil senjata yang tersandar di bawah tangga. Dengan cepat aku mengecek isi pelurunya, dan isinya lebih dari cukup untuk menghabisi mereka. Begitu aku mengambilnya, aku langsung berlari ke depan dan menembak mereka dengan brutal.

Bang! Bang! Bang! Bang!

Bahkan mereka tak sempat membuat perlawanan. Ketiga tubuh menyedihkan itu jatuh tersungkur dan tak berbentuk, darah merah kental nan segar yang kontras dengan biru lantai kristal menciptakan seni yang tak terduga sebelumnya. Ku hampiri mayat-mayat itu, mencari kunci untuk menyelamatkan para anak malang. Aku bisa melihat Annie yang juga diam di dalam kurungan, dengan tebakan bahwa dia sedang menajamkan pendengarannya dan memproses apa yang sedang terjadi pada para penjaga itu. Anak-anak itu juga terlihat semakin meringkuk dengan ketakutan.

"Annie!"

Teriakanku membuat Annie refleks menoleh, mencari sumber suara. " ... ?"

Dengan panik aku segera berlari menghampiri kurungan dan membuka pintu, tak lupa membuka kunci rantai yang mengikat Annie. Annie dengan tak sabar menarik penutup mata dan mulutnya begitu dia melihatku.

"Kita harus segera pergi dari sini!"

"Bagaimana kau bisa sampai sini?"

"Yang terpenting, kalian harus segera bebas. Aku akan menceritakan hal ini nanti! Karena yang pasti, Bertholdt sedang tak baik-baik saja di luar sana!"

Annie dengan lincah membuka kunci rantai mereka. Beberapa anak bisa berdiri, tapi ada 3 anak yang tak kuat berdiri lagi karena penyakit busung lapar yang di dideritanya. "K-kakak, kalian bisa pergi tanpa aku."

Always want To Be WITH YOU || Reiner x Historia || INAWhere stories live. Discover now