Bagian 11

3.2K 635 20
                                    

"Ibu-ibu dan Bapak-bapak... Selamat datang di final Piala Dunia Quidditch yang keempat ratus dua puluh dua!"

Para penonton menjerit dan bertepuk. Ribuan bendera melambai-lambai, kumandang kedua lagu nasional yang berbeda menambah bisingnya suasana.

Pesan terakhir di papan raksasa di depan kami sudah dihapus (Kacang Segala Rasa Bertie Bott-Setiap Butir Mengandung Risiko!) dan sekarang muncul tulisan BULGARIA: 0, IRLANDIA: 0.

"Dan sekarang, tanpa banyak komentar, saya perkenalkan... Maskot Tim Nasional Bulgaria!" Bagian kanan stadion, yang merupakan lautan warna merah, bersorak riuh.

"Apa ya yang mereka bawa?" kata Mr. Weasley, mencondongkan diri ke depan. "Aaah!" Mendadak dia mencopot kacamatanya dan buru-buru menggosoknya pada jubahnya. "Veela!"

"Apa sih Veel—" pertanyaan Harry terpotong.

Dan seratus Veela sekarang melayang memasuki lapangan, membuat pertanyaan Harry terjawab. Veela adalah perempuan. Perempuan paling cantik yang pernah aku lihat... hanya saja mereka bukan—mereka tak mungkin manusia. Kulit mereka terlihat  bercahaya seperti bulan, dan rambut mereka melambai ke belakang tanpa tiupan angin... tetapi kemudian musik mulai berbunyi.

Para Veela sudah mulai menari. Dan sementara Veela-veela itu menari semakin lama semakin cepat, aku memperhatikan masing-masing wajah para anak laki-laki.

Dan aku membulatkan mataku ketika melihat Harry, dengan mulut ternganga, mengangkat kakinya untuk melompat dari boks.

''Harry, apa yang kau lakukan?" teriakku sambil memukul kepala belakangnya dengan keras.

Musik berhenti. Harry mengerjapkan mata. Dia mengusap kepala belakangnya dan memandang kepadaku dengan bingung. Sedangkan Ron di sebelahnya membeku dalam sikap seakan mau terjun dari papan loncatan.

Jeritan-jeritan marah memenuhi stadion. Penonton tak ingin Veela-veela pergi. Ron, sementara itu, seperti orang linglung, mencabuti shamrock-shamrock di topinya. Mr. Weasley, sedikit tersenyum, maju dan menarik topi dari tangan Ron.

Bahkan Fred, George, Charlie dan Bill membuka mulut mereka dan hampir mengeluarkan air liur. Hanya Jacob yang tampak biasa saja.

"Kau akan menginginkan topi ini," kata Mr. Weasley, "kalau Irlandia sudah muncul."

"Hah?" kata Ron, ternganga memandang para Veela yang sekarang berderet di salah satu tepi stadion.

Aku berdecak keras, menarik Harry agar duduk kembali. "Astaga!"

"Dan sekarang," raung suara Ludo Bagman, "silakan angkat tongkat kalian... untuk Maskot Tim Nasional Irlandia!"

Saat berikutnya, sesuatu seperti komet besar hijau meluncur ke dalam stadion. Komet itu mengelilingi stadion sekali, kemudian terbelah menjadi dua komet lebih kecil, masing-masing melesat ke tiang gawang.

Tiba-tiba pelangi melengkung menghubungkan dua ujung lapangan, menghubungkan dua bola cahaya. Penonton ber-ooooh dan aaaah, seperti kalau menonton pertunjukan kembang api.

Sekarang pelangi memudar, dan kedua bola cahaya bergabung menjadi satu lagi, membentuk shamrock besar berpendar-pendar, yang mengangkasa lalu terbang di atas tribun seraya mencurahkan hujan emas.

"Hebat!" teriak Ron, ketika shamrock itu melayang di atas kami, dan koin-koin emas besar berjatuhan, menghujani kepala dan tempat duduk kami.

Menyipitkan mata memandang tajam shamrock, aku menyadari bahwa shamrock itu sebetulnya terbentuk dari ribuan laki-laki kecil mungil berjenggot, memakai rompi merah, masing-masing membawa lampu kecil bercahaya keemasan atau hijau.

A Silent Girl [X Hogwarts Boy]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora