𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝟓𝟔

578 179 1
                                    

Bidang-bidang langit biru cerah mulai bermunculan di atas menara-menara kecil kastil, namun tanda-tanda bahwa musim panas telah mendekat tidak membuat suasana hati [Name] lebih cerah. Usahanya gagal, dua-duanya, baik upaya untuk mengetahui apa yang dilakukan Mattheo, Elena, dan Malfoy maupun usahanya untuk memulai percakapan lagi dengan Dumbledore.

Mereka sedang duduk dengan Ron di sudut halaman yang tertimpa sinar matahari setelah makan siang. [Name], Hermione dan Ron memegang selebaran Kementerian Sihir: Kesalahan-kesalahan Umum Apparition dan Bagaimana Menghindarinya, karena mereka akan ujian sore itu, namun secara umum selebaran itu tidak menenangkan saraf.

Ron mendadak kaget dan berusaha bersembunyi di belakang Hermione ketika ada anak perempuan muncul di kelokan.

"Bukan Lavender," kata Hermione jemu.

"Oh, bagus," kata Ron, santai lagi.

"Harry Potter?" kata anak perempuan itu. "Aku diminta memberikan ini kepadamu."

"Terima kasih..."

[Name] merebut surat itu dari tangan Harry, mengira bahwa mungkin surat dari Dumbledore. Ternyata alih-alih menemukan tulisan Dumbledore yang panjang, pipih, dan miring. Dia melihat tulisan yang berantakan, sangat sulit dibaca karena adanya bercak-bercak besar di perkamen yang tintanya luntur.

Dear [Name], Harry, Ron dan Hermione, Aragog meninggal semalam. Harry dan Ron, kalian pernah bertemu dengannya dan kalian tahu betapa istimewanya dia. [Name], Hermione, aku tahu kalian akan suka dia. Akan sangat berarti bagiku kalau kalian bisa datang untuk pemakamannya malam ini. Aku rencanakan selepas senja, itu saat yang paling dia sukai. Aku tahu kalian tidak boleh keluar malam-malam, tapi kalian bisa pakai Jubah Gaib. Tak akan minta sebetulnya, tapi aku tak tahan hadapi ini sendirian. Hagrid.

"Lihat ini," kata [Name], menyerahkan surat itu kembali pada Harry yang malah langsung direbut lagi oleh Hermione.

"Oh, astaga," kata Hermione, membaca cepat surat itu dan menyerahkannya kepada Harry dan Ron, yang membacanya dan makin lama makin tampak tak percaya.

"Dia gila!" kata Ron berang. "Binatang itu menyuruh teman-temannya memakan Harry dan aku! Mempersilakan mereka melahap kami! Dan sekarang Hagrid mengharap kita ke sana dan menangisi bangkainya yang berbulu dan mengerikan!"

"Bukan hanya itu," kata Hermione. "Dia meminta kita meninggalkan kastil pada malam hari, dan dia tahu pengamanan sudah diketatkan sejuta kali dan kita akan dalam kesulitan maha besar kalau sampai tertangkap."

"Kita sudah pernah mengunjunginya di malam hari sebelumnya," kata [Name]. "Dan aku tidak pernah ketahuan sama sekali selama bersekolah disini..."

"Ya, tapi untuk sesuatu seperti ini?" kata Hermione. "Kita sudah mempertaruhkan banyak untuk membantu Hagrid, tapi bagaimanapun juga Aragog sudah mati. Kalau ini soal menyelamatkannya—"

"Aku akan semakin enggan pergi," kata Ron tegas. "Kau tidak bertemu dengannya, Hermione. Percayalah, mati jauh lebih baik."

Harry mengambil kembali surat itu dan menunduk memandang bercak-bercak tinta yang bertebaran. Kentara sekali air mata besar-besar bercucuran di atas perkamen itu.

"Harry, masa sih kau memikirkan mau pergi," kata Hermione. "Tidak lucu kalau sampai kena detensi karena itu."

Harry menghela napas. "Yeah, aku tahu," katanya. "Kurasa Hagrid terpaksa mengubur Aragog tanpa kita."

"Ya," kata Hermione, tampak lega. Dia bangkit dengan cepat dan melakukan gerakan memutar yang anggun. "Destinasi... determinasi... deliberasi..." gumamnya.

A Silent Girl [X Hogwarts Boy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang