𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝟒𝟕

934 264 18
                                    

[Name] terbangun oleh sesuatu yang kedengarannya seperti tembakan meriam ketika pintu menjeblak terbuka. Kaget sampai terduduk tegak, dia mendengar geseran gorden yang dibuka; cahaya matahari yang menyilaukan seakan menusuk keras kedua matanya. Melindungi kedua
mata dengan satu tangan, dia mengerjap untuk membiasakan cahaya yang masuk. "Ada apa sih?"

Bayangan panjang tampak bergetar di depannya beberapa saat; dia mengerjapkan mata dan Hermione muncul di fokus, menunduk tersenyum kepadanya. "Oke?"

"Belum pernah sebaik ini," kata [Name], mengusap-usap puncak kepalanya dan merosot kembali di atas bantalnya. "Kau?"

"Tidak buruk," kata Hermione, menarik sebuah kotak dan duduk di atasnya. "Kapan kau sampai? Mrs. Weasley baru saja memberitahu kami."

"Sekitar pukul satu pagi ini, bareng dengan Harry,"

"Jadi, ada kejadian apa saja nih?" tanya Ron.

"Tidak banyak, aku kan berdiam diri di hotel,"

"Ayolah, ngaku saja!" kata Ron. "Kamu dan Harry baru keluar dengan Dumbledore!"

"Tidak begitu seru. Dia cuma menginginkan kami membantunya membujuk guru tua untuk meninggalkan masa pensiunnya.
Namanya Horace Slughorn."

"Oh," kata Ron, tampak kecewa. "Kami kira..."

Hermione melempar pandang memperingatkan ke arah Ron dan Ron secepat kilat mengubah haluan. "kami kira sesuatu seperti itu."

"Kalian kira begitu?" ujar Harry, geli.

"Yeah... yeah, setelah Umbridge pergi, jelas kita perlu guru baru Pertahanan terhadap Ilmu Hitam, kan? Jadi, er, orangnya seperti apa?"

"Tampangnya agak mirip beruang laut dan dia dulunya Kepala Asrama Slytherin," kata Harry.

"Jadi, apakah kelihatannya Slughorn akan jadi guru yang baik?" tanya Hermione.

"Entahlah," kata Harry. "Dia tak bisa lebih parah dari pada Umbridge, kan?"

"Aku tahu orang yang lebih parah dari pada Umbridge," terdengar suara dari pintu. Ginny berjalan masuk dengan lesu, tampak kesal. "Hai, [Name]."

"Kenapa kau?" tanya Ron.

"Dia tuh," kata Ginny, mengenyakkan diri di tempat tidur [Name]. "Dia membuatku sebal."

"Kenapa lagi dia?" tanya Hermione
penuh simpati.

"Caranya ngomong denganku itu lho kalian akan mengira umurku tiga tahun!"

"Aku tahu," kata Hermione, merendahkan suaranya. "Dia menganggap dirinya penting sih."

[Name] tercengang mendengar Hermione bicara tentang Mrs. Weasley seperti ini dan tak bisa menyalahkan Ron yang berkata berang, "Tidak bisakah kalian berdua tidak menjelek-jelekkannya lima detik saja?"

"Oh, bagus, bela dia," bentak Ginny. "Kami semua tahu kau tak puas-puasnya memandangnya."

Sungguh komentar aneh kalau itu untuk ibu Ron. Merasa ada yang tak diketahuinya, [Name] berkata, "Siapa yang kalian?"

Namun pertanyaannya sudah terjawab sebelum dia menyelesaikannya. Pintu kamar terbuka lagi. Seorang gadis berdiri di pintu. Gadis yang kecantikannya luar biasa sehingga kamar rasanya jadi kehilangan udara. Dia jangkung dan langsing dengan rambut pirang panjang dan tampaknya memancarkan sinar lembut keperakan. Menyempurnakan penampilan ini, dia membawa nampan penuh sarapan.

"[Name]," katanya dengan suara serak-serak basah. "Sudah kelewat lama!"

Ketika dia melangkahi ambang pintu menuju [Name], tampaklah Mrs. Weasley berjalan dibelakangnya, kelihatan agak jengkel. "Tak perlu membawa naik nampan itu, aku baru saja akan membawanya."

A Silent Girl [X Hogwarts Boy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang