41

1K 108 6
                                    

Anjing, anjiiiiiing, Gue malu, goblok!

-Sevien Rovella Collins-

•••

Drap drap

Suara langkah orang-orang yang begitu terburu-buru terdengar di sepenjuru lorong rumah sakit lantai dua. Beberapa orang mengamati singkat beberapa remaja dengan jaket bertuliskan Salvadore di sana, dan Mereka tahu apa artinya itu. Beberapa orang yang merasa menghalangi jalan Mereka pun memutuskan untuk segera menyingkir seakan-akan segan dan tak ingin mempunyai masalah dengan Mereka.

"Heran, tadi bukannya udah ada Pasific yang datang ke rumah sakit? Kok sekarang malah ada Salvadore?"

"Apa ada anggota Mereka yang dirawat di sini?"

"Anggota-anggotanya ganteng banget!"

"Pengen deh jadi pacar salah satu dari Mereka."

"Mimpi!"

Dan sempat-sempatnya Sammy mengedipkan mata pada salah satu dari Mereka yang sialnya adalah gadis-gadis. Mereka memekik girang, lalu segera berlari menjauh dengan pekikan alay yang masih terdengar. Sammy terkekeh puas, lalu kembali fokus ke depan.

Dezan memutar bola matanya malas, "Tobat, dasar bodoh! Kasian anak orang Lo goda terus. Mending Lo tanggung jawab, lah ini nggak." Tegurnya dan hanya dibalas angkat bahu acuh darinya.

"Salah sendiri baperan."

Ctak

Adhka menjitak kening sahabatnya tanpa belas kasih, "Ya iyalah! Namanya cewek pasti pake hati kalau mau ngapain aja, beda sama Kita yang pasti pakai logika. Tapi inget, sekalinya cewek pakai logika, nggak ada lagi belas kasih." Katanya yang berakhir adalah sebuah peringatan keras. Benar, kan buat cewek? Atau salah?

Sammy berdecak kesal, "Iya, iya! Yang udah naksir sama cewek mah beda, dibela terooos!" Sindir laki-laki itu lalu memutuskan menjauhi ketuanya itu dan berjalan di sebelah Langit yang sedari tadi entah melamunkan apa.

Laki-laki tengil itu pun memutuskan menepuk punggungnya, "Woy! Lo kesurupan arwah di sini apa? Diem mulu perasaan." Langit terkaget dibuatnya, tapi ekspresinya berubah malas. Terlihat saat melihat wajah sahabatnya yang satu itu. Ia pun bergumam pelan, "Masih gantengan Gue."

"Hah? Lo ngomong apaan?!"

"Ck, Lo bisa kurangin frekuensi suara Lo nggak sih, Sam? Kasian nanti pasiennya bukannya cepet sembuh malah nambah sakit kena denger suara Lo." Komentar dari Dezan membuat Sammy memutuskan menutup mulutnya saja. Menurut. Daripada kena bogem, kan?

Tapi, yah, yang namanya anak hiperaktif pasti nggak mudah untuk hanya diam dan tenang. Seperti yang Sammy lakukan sekarang, Dia malah sibuk memberikan banyak pertanyaan aneh pada sang wakil ketua Salvadore, Dezan, yang terlihat jika Dia sudah sangat tertekan. Mukanya itu loh, sangat sangat-- ekhem, oke, lupakan penderitaannya. Bayangkan saja sendiri seberapa tertekannya Dezan yang tenang dan teratur memiliki sahabat perusuh yang tidak mudah diatur seperti Sammy.

Yah, seperti sekarang ini.

"Zan, tahu gak? Cp Gue di RP polos bat cuy! Kyud lagi."

"Zan, Lo tuh sebenernya kulkas berjalan atau apa? Jarang ngomong, ngopi ngapa, ngopi."

"Btw kemaren Gue ketemu Bu Bohay nambah cantik ae, pengen Gue embat tapi kagak mau kena semprot suaminya. Galak beut, cuy!"

"Eh, Gue laper deh, serasa pengen berak."

"Ah, elah! Kagak asik Lo, Zan. Idup Lo kaku banget!"

"Senyum napa, senyum!"

"Gue herman deh, sebenernya gantengan Gue apa kucing peliharaan si Jamet sih?"

Dan pertanyaan lainnya yang tidak berfaedah keluar dari mulutnya. Jujur, Langit yang berada di sebelahnya tak kalah kesal dengan Dezan yang sudah menampilkan ekspresi suram. Ingin sekali Dia memasukkan kaos kaki milik Aries yang jarang dicuci itu ke dalam mulut sahabatnya agar diam. Tapi apalah daya, Dia masih punya otak.

Ada saran untuk menutup mulut jelmaan Burung Beo di sampingnya itu?

Segala umpatan di dalam hati Dezan lemparkan untuk laki-laki bebal do sampingnya. BISAKAH DIA TENANG SEHARI SAJA?! Oh, sepertinya tidak. Haish!

"Sam, Lo nggak tutup mulut sekarang juga atau Gue tutup pake plester?" Tawar Adhka yang sudah jengah dengan sikap Sammy yang terus merusuh itu. Apa Dia nggak tahu tempat? Oh, tentu saja, TIDAK.
Dan si pelaku kerusuhan itu pun hanya menampilkan cengiran bodohnya. Ah, dan satu lagi, yaitu sebuah elakan miliknya setiap terpojok.

"Jangan dong, Ad, nanti bibir seksi Gue jadi berkurang nilainya. Kasian nanti cewek yang jadi istri Gue nanti, nggak bakal kissable gitu loh."

"Gila." Umpat Langit lalu bergegas meninggalkan ketiga sahabatnya. Mumpung masih waras kabur saja, ya kan? YA IYA DONG! Lagian siapa juga yang mau jadi gila, ck.

•••

Sevien, Hanna, dan Amira sedang berada di sebuah mall yang ramai. Tepatnya di salah satu restoran yang menjadi alasan Mereka kemari. Ditambah dengan beberapa belanjaan berisi pakaian, sepatu, dan alat make up yang tak lupa wajib Mereka borong di toko langganan masing-masing. Yah, namanya juga kaum hawa, Mereka tak akan pernah lepas dari yang namanya make up walau selalu membantah dengan kata-kata tidak bisa atau risih, kan?

Karena nyatanya, tanpa disadari, Mereka membutuhkan bahkan memakai alat-alat itu.

Sevien menyedot habis milkshake stroberi kesukaannya sembari men-scroll aplikasi Tiktok. Keningnya berkerut saat sebuah pesan dari nomor tidak dikenal masuk. "Siapa, sih?" Gumamnya pelan, tanpa butuh sedetik gadis itu menekannya dan membaca sekilas. Seketika kedua matanya melotot.

"Anj-"

"Lo kenapa dah, Sev? Hampir aja Lo ngegas di tempat umum." Hanna segera memotong umpatan tiba-tiba sahabatnya itu. Ingatlah semuanya, netizen bisa berada di mana saja dan mengkritik sikap Mereka yang menurut Mereka salah.

NETIZEN SELALU BENAR.

Amira yang sudah kepo akut pun mengerucutkan bibirnya, "Ihh, Sev, ngomong dong! Aku kepo, tahu!" Rengeknya seraya menggoyangkan tubuh Sevien yang masih kaku. "Apa ihh!"

"Bentar, dongo! Allahu, punya bestie kagak ada akhlak bat, sih!" Keluhnya lalu memberikan ponselnya pada Amira dengan raut wajah tak ikhlas sama sekali. SAMA SEKALI TAK IKHLAS, OKE?! Dan ingatkan dirinya agar mematahkan kepala keduanya jika ada apa-apa dengan ponsel kesayangannya itu.

OKE, READERS?!!

Amira membaca kata-kata di tiap kalimat dengan cermat. Sama seperti yang dilakukan oleh Hanna. Kedua gadis itu sibuk dengan dunia Mereka sampai menyadari sesuatu. Kedua mata Mereka membulat sempurna dan kemudian keduanya saling tatap tak percaya.

"PENGUSAHA RAGA LEAMAN DIBUNUH?! WHAT THE HELL?!"

Dan alhasil, sebagian orang menatap tajam ke arah meja bagian pojok dekat kaca. Sevien memutuskan menutup wajahnya dengan buku menu dan menganggap tak ada siapapun di dekatnya, Ia terus merapalkan umpatan-umpatan yang keluar dari mulutnya.

"Anjing, anjiiiiiing, Gue malu, goblok!" Ucapnya dengan amat lirih, namun tetap penuh penekanan. Haah, sesulit itukah mencari teman yang waras?

"Ih, berisik banget sih, Mereka."

"Cantik sih, cuma toa."

"Cewek kok nggak ada kalem-kalemnya."

Sevien menghela napas pasrah. Nah kan, baru aja dibilangin. Dan sialnya, Hanna dan Amira hanya menampilkan cengiran bodoh yang membuat gadis itu gemas dengan Mereka.

Pas kecil Gue punya pikiran apa sahabatan sama Mereka, Ya Tuhan. Haish!
-Sevien

Malu Gue, oasu!
-Hanna

Kenawhy???
-Amira



The Transmigration of Souls : The Same World [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang