O3.

919 201 20
                                    

[Name] yang sudah bertekad menghabiskan waktu libur untuk mencari tahu sekolah barunya, kenyataannya malah menggunakan waktu tersebut 'tuk bermalas-malasan. Sudah beberapa hari berlalu, dan sebagian besar waktunya dia habiskan untuk tidur.

Ah, jangan khawatir. Dia tetap mengerjakan pekerjaan rumah sesuai jatah serta jadwal yang sudah disepakati ia dan ketiga rekan seatapnya. Namun setelahnya dia hanya tidur dan bermain ponsel.

"Aku sedang mengumpulkan energi," alasannya, sih, begitu. "Tenang saja, aku juga tengah mencari informasi lewat internet."

Setidaknya dia tahu transportasi dan jalur yang tepat untuk sampai ke sana. Lokasi sekolah Teyvat lebih jauh dari sekolah lamanya yang bisa ditempuh hanya dengan bersepeda, sehingga mulai besok dia harus menaiki kereta. Dia juga terpaksa bangun dan berangkat lebih awal dari biasanya.

Merepotkan, tapi mau bagaimana lagi?

Dia belum sempat mendatangi gedung sekolah Teyvat sebelumnya, jadi butuh waktu untuk memastikan bahwa lokasi yang didatanginya tidak salah.

Kenapa sepi sekali, ya ... benar-benar tidak terlihat satupun murid berlalu lalang. Dia tidak terlambat datang, 'kan? Atau justru terlalu awal? Atau yang lebih buruk─hari ini sebenarnya hari libur!?

Apapun kemungkinan terburuknya, dia harap itu semua salah. Dengan gugup, dia kembali melangkah memasuki gerbang yang masih  dibiarkan terbuka lebar. [Name] agak tidak menyangka bahwa lapangan depan sekolah Teyvat lebih luas dari sekolah lamanya.

Mengesampingkan hal itu─[Name] langsung menghembuskan napas lega mendapati keberadaan beberapa murid di sekitarnya. Ah, ternyata kebanyakan dari mereka sudah masuk lebih dulu.

Tapi, tunggu. Tak jauh di depannya terlihat segerombolan murid tengah mengerubungi sesuatu. Mereka sampai berhimpitan untuk bisa menyaksikan di tempat paling depan, bersorak ke satu sama lain. Meski tak sedikit pula yang hanya menyaksikan dari jauh, tak mau mengikuti rasa penasaran ; terutama para siswi.

"Ada perkelahian, ya?" gumam [Name] menyimpulkan sendiri, sebelum mendecakkan lidahnya tidak suka. "Kenapa tidak lapor guru, sih."

Jadi seperti ini yang orang sebut 'Sekolah yang bebas'? Apakah [Name] harus bersyukur dipindahkan ke sekolah seperti ini atau menyesal?

"[Name]?"

Rungu menangkap vokal tak asing, sukses mencuri segala fokusnya. Amber, puan bermahkota cokelat gelap dengan bando kelinci yang menjadi ciri khasnya. Gadis itu tersenyum berseri-seri, langsung menerjang [Name] dengan pelukan seolah baru saja menemukan harta karun.

"Aaaa, ternyata benar [Name]! Senang bisa melihatmu!"

Pelukan erat yang [Name] terima dari gadis itu membuatnya terkekeh, turut merasa senang. Sebelah tangan dia gunakan untuk mengelus punggung Amber.

"Ayolah, biasa saja." Setelah beberapa saat, pelukan akhirnya terlepas. Seakan mulai merasa penasaran, [Name] menunjuk gerombolan murid yang sejak tadi belum membubarkan diri. "Amber, ada apa di sana?"

Jujur, dia mulai penasaran. Murid seperti apa yang berkelahi? Sayang sekali dia tidak bisa mendekat atau sekedar menjijit untuk melihat dari jauh, dia terlalu pendek untuk itu jadi percuma saja.

"Ah," Amber tertawa kikuk, "i-ini sudah biasa terjadi, abaikan saja! Ayo, biar kuantarkan ke ruang kepala sekolah!" Dengan cepat merangkul lengan [Name] dan menariknya, membawa gadis itu pergi dari lokasi.

Sejujurnya [Name] tak begitu mengindahkan hal tersebut dan lebih memilih mengikuti Amber─

Bugh!

мємσяια ╱ Genshin Impact School!auWhere stories live. Discover now