O7.

1.3K 213 90
                                    

"Kau gadis yang ceroboh, ya."

Kening sang puan mengerut tidak suka usai penuturan lawan bicara. Bukan karena kalimatnya─untuk yang kesekian kalinya, ia tidak salah. Tetapi cara penyampaian serta raut yang terukir di wajah pemuda itu entah kenapa sukses memancing emosi [Name]. Tahan, tahan...

"Ahaha! Begitu?" [Name] mengusap belakang kepalanya, berusaha tidak mengambil kata-kata Albedo terlalu serius. Yah, barangkali ia sedang bergurau.

Albedo mengendikkan bahu seraya berjalan memasuki ruangan, melewati figur [Name] dengan santainya dan berkata─ "orang sepertimu tidak akan pernah lepas dari masalah jika kau tidak bisa berhati-hati." ─dengan suara pelan.

"Apa maksudmu?"

"Bukan apa-apa, kau hanya mengingatkanku pada seseorang."

Baiklah, kesampingkan itu... kenapa ia tidak melihat Sucrose...?

"Dimana Sucrose?" tanya [Name] sambil mengedarkan pandangan, membuat Albedo yang sempat berkutat dengan dokumen di meja kembali mengangkat kepala untuk menatap penanya.

"Dia baru saja pamit meninggalkan ruangan."

"Bisa-bisanya dia meninggalkanku denganmu begitu saja?!"

"Kau ada masalah dengan itu?"

"Memangnya kau tidak?" Ketimbang menjawab langsung, [Name] justru melempar balik pertanyaan tersebut sambil berkacak pinggang.

Tidak ada jawaban terlontar, justru hening yang menjeda percakapan keduanya selama beberapa saat, yang mana waktu itu dihabiskan oleh Albedo untuk menatap sang puan dengan intens. Seolah sedang menelaah sesuatu, mencari tahu lebih dalam, juga memutar otak untuk menentukan jawaban. Merasa telah ditatap cukup lama, [Name] berdeham cukup keras.

"Permisi? Aku tahu aku menawan, tapi tolong berhenti menatapku terlalu lama. Kau membuatku risih."

"Matamu."

"Eh?"

Albedo kembali melangkah mendekati sang gadis, membuatnya reflek mundur selangkah dengan kebingungan. Namun, sebisa mungkin ia bertahan di posisi meski sang pirang terus menghapus jarak hingga wajah mereka berhadapan. Sambil menyilangkan kedua lengan di depan dada, Albedo kembali membuka suara,

"Ada sesuatu yang berbeda di matamu, tapi aku tidak tahu apa."

Oh, ayolah─itu sama sekali tidak menjawab pertanyaannya!?

"Aku tidak mengerti," dan sepertinya [Name] tidak akan pernah mengerti Albedo.

"Begitu juga denganku," sahut Albedo tenang. "Apa kau memiliki kegiatan lain setelah ini? Jika tidak, aku ingin kau tetap di sini untuk sementara waktu."

"Untuk apa!?"

"Mengobrol?"

[Name] mengerjapkan matanya dengan bingung. Rasanya saat pertama kali ia melihat Albedo, pemuda itu tampak dingin dan acuh terhadap sekitar. Kenapa Albedo di hadapannya ini seperti anak kecil dengan rasa penasaran yang tinggi? Ia tidak berhadapan dengan Albedo yang berbeda, 'kan?

"Sepertinya aku sudah membuatmu kebingungan, ya?" tanya Albedo.

Ia beralih mengambil buku sketsa yang tersimpan di antara tumpukan dokumen, kemudian merobek salah satu halaman dan menyerahkannya pada [Name] tanpa mengatakan apapun.

Dengan sebelah alis terangkat, [Name] menerima selembar kertas tersebut. Kedua maniknya sukses dibuat berbinar. "Gambaranmu?"

"Ya."

Cantik, perlu ia akui. Meski hanya berwujud sketsa sederhana dengan media pensil, disertai arsiran di beberapa bagian tanpa campuran pewarna. Jemari seorang pelukis yang berbakat memang tidak perlu diragukan, ya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

мємσяια ╱ Genshin Impact School!auTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang