O4.

848 194 26
                                    

Entah guru-guru memang tidak tahu apapun atau berpura-pura tuli, namun tidak ada di antara mereka yang menyinggung perkelahian murid pagi tadi. Mereka tetap bekerja seperti biasa, seolah tidak pernah terjadi apa-apa. [Name] yang terbiasa dididik dalam lingkungan sekolah yang damai dan ketat aturan hanya bisa mengerutkan kening dengan heran.

Baiklah, ini baru hari pertama. Seharusnya dia menikmati masa-masa beradaptasi di sekolah barunya.

[Name] diletakkan di kelas 2-1. Wali kelasnya sempat menjelaskan bahwa sistem pembagian kelas di sekolah Teyvat adalah berdasarkan kemampuan akademik murid. Setiap angkatan terbagi menjadi 7 kelas. Misalnya, kelas 2-1, berisi anak-anak murid dengan nilai akademik yang kurang. Sementara kelas 2-7 berisi anak-anak murid jenius dan berprestasi, sehingga nilai akademiknya tak perlu diragukan.

Benar-benar berbeda jauh dengan sekolah lamanya. Tapi, jujur, dia tidak terlalu membenci sistem pembagian kelas ini─selain fakta bahwa dirinya diletakkan di kelas terendah.

Oh, ngomong-ngomong, Amber ada di kelas 2-4.

"Maa, maa! Jangan sedih begitu, [Name]. Masih ada waktu setengah semester untuk mengejar ketertinggalanmu, aku yakin nilai akademikmu akan meningkat saat kelas 3 nanti!" Memang hanya gadis bermahkota cokelat ini yang tahu bagaimana cara memotivasi [Name], ya.

Jam pelajaran pertama sudah berlalu, karena itulah lorong penuh dengan murid yang berlalu lalang. Entah yang ingin pergi ke kantin, atau sekedar mengobrol dengan teman mereka. Tidak jarang beberapa murid melempar tatapan tidak biasa pada [Name]. Ah... mungkin mereka yang sempat menyaksikan kejadian pagi tadi. Dia mencoba untuk acuh namun juga risih pada saat yang sama. Sial sekali [Name] sudah mencoreng nama baiknya sendiri di hari pertama bersekolah.


Gadis itu menghela napas. Ayolah, dia benci menjadi pusat perhatian.

"Amber," yang dipanggil lekas menoleh, "entah kenapa aku merasa seperti baru saja melakukan dosa besar."

Hening, Amber mengerjap kebingungan. "Apakah ini perihal Xiao-senpai?" Menerima anggukan sebagai respon lawan bicara, Amber terkekeh pelan. "Dia memang agak menyeramkan dan sulit didekati, karena itulah orang-orang terkejut melihat keberanianmu. T-tapi aku yakin Xiao-senpai bukan orang yang pendendam─terutama pada seorang gadis. Aku yakin dia tidak akan melakukan hal yang macam-macam padamu!"

"Bukan Xiao-senpai yang aku khawatirkan," ucap [Name] mengelus tengkuknya, "aku... tidak suka menjadi bahan perbincangan orang-orang, jadi...."

"Ah, begitu." Amber mengangguk pelan tanda paham, walau di sisi lain ia tak tahu harus bagaimana. Toh, [Name] terlanjur berbuat dan itu tidak menutup kemungkinan orang-orang akan membicarakannya. "Jangan khawatirkan itu, oke? Kalau ada orang yang membicarakan hal buruk tentangmu, biar aku yang melawan!"

Tertegun, [Name] perlahan kembali mengembangkan senyum. "Terima kasih."

Untuk sejenak dia bisa melihat Amber hanya tersenyum padanya, sebelum perlahan ia menjatuhkan senyum itu. "Uhm, [Name]?"

"Ya?" Apakah perasaannya saja atau pandangannya perlahan memburam─?

Amber menghentikan langkah, membuat [Name] mau tak mau juga berhenti. "[Name], k-kau baik-baik saja?"

"Ah, aku baik-baik saja, kok," ucapnya pelan, seraya memijat pangkal hidung. Setengah berbohong, setelah Amber bertanya demikian dia bisa merasakan tubuhnya begitu ringan, seolah akan ambruk kapan saja. "Mungkin."

"Tidak, kau tidak baik-baik saja!" Pemilik surai cokelat itu memegang kedua bahu kawannya dengan raut khawatir. "Wajahmu pucat, lho."

Tidak dengar.

мємσяια ╱ Genshin Impact School!auWhere stories live. Discover now