Bagian 20, Double Date?

540 116 66
                                    

Apa yang kamu dengar, apakah sudah tentu benar?
***

"Shenshen duluan!"

Cewek itu mengangguk, membiarkan sahabatnya berlalu. Septian tampak tergesa-gesa karena harus menghadiri acara akikahan saudaranya.

Shenza melangkah dengan lesu. Hari ini ia benar-benar merasa tidak bersemangat. Ingin cepat sampai kosan, tapi ia memiliki janji dengan seseorang.

"Kak Shenza!"

Shenza balas tersenyum, menghampiri Langit yang melambaikan tangan, sudah duduk di atas motornya. Ya, semalam setelah Langit menelepon dan curhat tentang patah hatinya, cowok itu mengajak Shenza jalan-jalan, katanya sebagai ucapan terima kasih karena sudah menjadi pendengar yang baik.

Biasanya Shenza akan menolak ajakan lawan jenisnya kalau itu bukan Septian, tapi pikirannya yang sedang kacau membuatnya mengiyakan dengan mudah.

"Yuk naik!" ajak Langit setelah menyerahkan helm padanya. Shenza menurut tanpa banyak bicara. Beberapa siswa yang masih berada di sekolah sempat memperhatikan keduanya, tapi memang dasarnya Shenza tidak mau peduli.

"Nonton yuk, Kak!"

"Ayo aja asal filmnya seru," ucap Shenza yang diangguki oleh cowok di depannya. Turun dari motor, mereka memasuki sebuah mall. Namun, baru beberapa langkah, seseorang sudah memanggil Langit.

Keduanya menoleh. Shenza sempat membeliakkan mata mendapati sepasang muda mudi tengah berjalan ke arah mereka. Mentari tampak ceria, menghampiri cowok yang baru saja dibuat patah hati. Di belakangnya, Varo berjalan santai mengikuti sang pacar.

Jadi, beneran pacaran? tanya Shenza tanpa sadar, padahal Langit sudah mengatakan lewat curhatannya malam tadi. Tapi, tetap saja melihat keduanya secara langsung membuat Shenza terusik.

"Lo ... di sini juga?" tanya Langit dengan suara pelan.

Mentari mengangguk cepat lalu melirik ke arahnya. "Jadi, gebetan yang lo maksud itu ...," Tatapan Mentari berubah tak suka. "Kalian udah-"

"Enggak!" potong Shenza cepat. Langit mengembuskan nafas berat. "Iya, cewek yang gue maksud emang dia."

Mata Shenza membola. Cowok di sebelahnya memang tidak serius, tapi ia merasa Langit tidak harus melakukan itu di hadapan sepasang kekasih tersebut.

"O-oh ya? Wuah, keren banget!"

Shenza memicingkan mata melihat raut cewek itu yang berlawanan dengan ucapannya. Datar dan agak sinis. "Oh, ya btw kalian mau ke mana?"

"Nonton." Langit menjawab dengan singkat.

"Sama dong!" seru cewek itu membuat Shenza mendesah pelan. Dari ujung matanya ia melirik Varo yang tampak anteng, tak berniat masuk ke dalam pembicaraan.

Cowok itu menoleh, Shenza segera membuang muka.

"Ya udah ayo!"

Ayo apa? Shenza tak mendengar apa yang dibicarakan keduanya. Yang jelas saat ini tangannya sudah berada dalam genggaman Langit. Hendak bertanya, tapi Shenza kembali mengatupkan bibirnya. Memutuskan mengikuti cowok itu. Namun, kenapa Mentari dan Varo berjalan di belakangnya?

"Lang mereka ...," Shenza berbisik pelan. Langit yang seolah paham dengan apa yang hendak ia tanyakan mengangguk. "Mereka mau bareng nonton sama kita."

"Dan lo mau aja?" sinis Shenza.

Langit tersenyum miris. "Gue gak bisa nolak permintaan Tari."

"Bucin," dengkus cewek itu lalu membalas genggaman Langit. Biar saja kedua orang di belakangnya beranggapan yang tidak-tidak. Shenza hanya ingin memperlihatkan bahwa mereka cukup dekat.

TRIP-EX ✓Where stories live. Discover now