Bagian 29, Permintaan Maaf

701 132 46
                                    

Maaf untuk luka yang pernah sengaja tercipta.
***

"Navaro memang salah, tapi apa boleh gue mengatakan kesalahan dia yang lain?"

"Kesalahan dia yang lain adalah gak bisa menjaga hatinya untuk gak jatuh cinta sama lo."

"Dan sebenernya, kita sebagai sahabatnya udah tahu perasaan dia, tapi kita sengaja diam karena ingin mendengar sendiri dia bicara jujur."

Perkataan Bisma kembali terngiang di benaknya. Shenza melirik Navaro lewat kaca spion. Sejak berangkat tadi, bibirnya sangat gatal untuk menanyakan kebenarannya, tapi ia tidak berani dan malah berharap cowok di depannya yang memulai membahas masalah tersebut.

Merasakan motor yang dikendarainya berhenti, Shenza mengernyit lalu bertanya, "Kenapa?"

Varo menunduk melihat ke arah ban motornya lalu mengumpat. "Sial! Bocor lagi."

Mengerti, Shenza segera turun.

"Terus ... gimana?" tanya cewek itu lagi. Ia menjadi gelisah dan sedikit takut melihat perubahan di wajah Varo.

Menyadari keberadaannya, Varo mengerjap, raut mukanya berangsur membaik. Ia melirik ke arah jalan raya. "Lo naik angkutan umum aja atau pesen Go-Jek."

Gilirian wajah Shenza yang berubah. Tiba-tiba saja perasaan kecewa melingkupi hatinya. Beberapa jam menghabiskan waktu bersama, ia menyia-nyiakan kesempatan untuk sekedar bertanya.

Cewek itu mengigit bibir bawahnya gusar. Ia menatap Varo yang tampak menunggu jawabannya. "Em ... tadi tante bilang, lo harus nganterin gue dengan selamat sampai kosan."

Varo cukup terkejut mendengar ucapannya. Matanya bahkan tampak melebar. Salah tingkah karena cowok itu terus menatapnya dengan menelisik, Shenza segera membuang muka.

"Tapi ... kalau lo gak mau-"

"Oke."

Shenza segera menoleh, tapi Varo malah menatap ke arah depan dan mulai berjalan. "Di belokan sana ada bengkel. Kalau gak sanggup jalan, lo boleh pulang duluan."

Varo mengatakan hal tersebut tanpa menatapnya sama sekali. Namun, Shenza yang berdiri di belakangnya tak bisa menahan senyum. Ia memandangi punggung cowok itu yang berjalan sembari mendorong motornya lalu ikut melangkah.

Menyadari apa yang baru saja dilakukannya, Shenza memukul dahi. Ia bahkan belum mendengar penjelasan secara langsung dari mulut Navaro, bisa saja Bisma kemarin berbohong.

Bagaimana kalau Navaro benar-benar sejahat itu?

"Cieee, kakaknya kayak di FTV, pacaran sambil dorong motor."

"Eh atau emang lagi syuting, Kak? Kameranya mana?"

"Cieee, romantis banget!"

"Suit ... suit!"

"Kiw kiw jadi pingin kayak gitu."

Shenza meringis mendapati sekumpulan anak seumuruan SD dan SMP yang menggodanya, padahal apanya yang romantis? Shenza bahkan mulai merasakan lelah. Varo seharusnya mengatakan seberapa jauh letak bengkel tersebut.

Matanya bertubrukan langsung dengan Varo yang kebetulan menoleh. Entah untuk melihat ekspresi yang ia tampakkan karena godaan tersebut atau memastikan bahwa dirinya masih berada di belakangnya.

Shenza berdehem, berusaha menekan rasa malunya. "Jalan," cicitnya mendorong tubuh cowok itu dengan tak sabaran. "Cepetan!"

Navaro hendak membuka suara, tapi melihat wajah Shenza yang memerah, ia akhirnya menuruti perintah tersebut. Namun, sebelumnya Varo sempat berkata, "Gak usah ikut dorong motornya."

TRIP-EX ✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora