Dua puluh dua

1.1K 81 8
                                    

Senja disambut dengan hangat oleh mama mertuanya, Angkasa, Mawar, Melati bahkan ada mamanya disana.

"Mama..". Senja berlari memeluk mamanya yang sudah hampir dua bulan tidak ia temui.

"Sayang, akhirnya kamu pulang, kita semua khawatir sama kamu nak, kamu baik-baik aja kan?". Senja mengangguk pelan.

"Aku baik-baik aja mah, mama apa kabar? Senja kangennnn banget sama mama".

"Mama juga kangen banget sama kamu sayang".

Senja beralih kehadapan mama mertuanya.

"Akhirnya kamu selamat ya Senja, kamu tenang aja biar mama hukum Langit nanti". Senja tertawa pelan.

"Ngga usah mah, biar Senja aja yang hukum mas Langit nanti". Balasnya sembari memicingkan mata pada lelaki yang masih betah menatapnya sejak tadi.

"Nja, Lo ngga diapa-apain kan sama Galaksi? Sumpah ya gue jadi benci banget sama Galaksi". Timpal Melati.

"Iya Nja, Lo juga tenang aja ya, gue udah suruh polisi tangkap dia, biar dia ngga bisa ganggu Lo sama pak Raja lagi". Ucap Mawar.

"Makasih ya, kalian udah bantuin gue. Oh iya gue masih penasaran deh sama surat cerai palsu itu, beneran palsu kan?".

"Kamu ngga percaya sama saya?". Tanya Langit dengan suara tegasnya.

"Eh? Bukan gitu mas...".

"Iya itu palsu, Lo masih kakak ipar gue kok". Timpal Angkasa.

"Masuk, kamu harus istirahat". Suruh Langit yang membuat semua mata tertuju pada mereka.

"Saya mau kumpul-kumpul sama mereka, istirahat nya nanti aja". Elak Senja.

"Istirahat". Tegas Langit yang membuat Senja menghembuskan napasnya kasar.

"Iya-iya". Mereka hanya geleng-geleng melihat pasutri didepannya.

'Gemes banget sih mereka, jadi pengen punya istri deh gue'. Batin Angkasa.

'Kapan ya gue ada yang perhatiin kaya pak Raja perhatiin Senja?'. Batin Mawar.

'Ikhlas kok gue ikhlas Nja'. Batin Melati.

Senja menaiki tangga untuk sampai kekamarnya.

"Terus kamu ngapain masih disini Langit? Sana temenin istri kamu". Suruh mamanya.

Langit mengikuti langkah Senja dan masuk kekamar Senja.

"Ngapain kamu mas? Mau istirahat juga?". Tegur Senja.

"Kamar kamu bukan disini lagi".

"Hah? Terus barang-barang saya kamu taro dimana? Tega banget sih kamu mas". Langit geleng-geleng mendengar balasan Senja.

"Kamar kamu dikamar saya".

"Kok bisa? Terus kamar kamu disini gitu?".

"Kita satu kamar". Senja memandang Langit tidak percaya.

"Serius?". Langit mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Jangan deh mas, saya ngga mau ganggu ketenangan kamu, biar saya disini aja ngga papa".

"Senja, mama saya dan mama kamu sudah tiga hari menginap disini, kamu mau mereka tau kalo selama ini kita pisah kamar?".

Senja terlihat sedikit berpikir.

"Yaudah, biar saya tidur dibawah ya".

"Ngga ada yang tidur dibawah". Elak Langit.

"T-tapi mas...".

"Tapi apa?".

"Kalo kamu khilaf gimana?". Tanyanya malu.

"Ngga usah GeEr, saya ngga tertarik sama tubuh kamu".

...

Seperti biasanya, Senja menyiapkan sarapan dan juga secangkir kopi untuk suaminya.

Setelah semuanya selesai, Senja bergegas kekamarnya untuk membangunkan Langit yang masih tertidur pulas.

"Mas, bangun yuk udah siang, nanti telat".

"Hmm". Tidak sengaja Langit menarik tangan Senja hingga Senja terjatuh di atas ditubuhnya.

"M-mas,...". Senja menunduk malu dengan wajah blushing nya.

"Ngapain kamu peluk-peluk saya?".

"Loh tadikan kamu yang narik tangan saya". Bantah Senja.

"Trus? Masih betah dengan posisi seperti ini sampai kapan?". Senja buru-buru bangun dan pura-pura merapikan rambutnya karena salah tingkah.

"Ehem...kenapa ngga dikunci sih pintunya?". Goda Angkasa yang tidak sengaja melihat kemesraan Abang dan kakak iparnya.

Langit melotot kearah Angkasa.

"Lanjutin aja bang, biar gue yang handle kantor hari ini". Angkasa manarik knop pintu dan menutupnya secara perlahan.

"Jangan lupa ponakan buat gue ya". Teriak Angkasa saat dirinya sudah benar-benar pergi dari kamar Senja Langit.

"Pipi kamu merah?". Tanya Langit pada Senja yang langsung memegang pipinya.

"E-engga".

Suara Langit yang tertawa membuat Senja semakin salah tingkah.

"Ketawain saya ya? Emangnya ada yang lucu?".

"Baru kali ini saya liat kamu salting". Balasnya disisa tawanya.

"Ih mas, maluuuuu".

"Malu kenapa? Udahlah omongannya Angkasa ngga usah dipikirin, saya juga ngga akan maksa kamu".

"Maksa? Maksa untuk apa?". Otak Senja tiba-tiba saja tidak sinkron membicarakan hal seperti ini.

"Maksa buat ponakan untuk Angkasa".

"Emangnya kamu mau?". Tanya Senja dengan wajah kagetnya.

"Saya ini lelaki, gampang untuk saya melakukan hal seperti itu tanpa cinta".

Deg, jantungnya serasa berhenti berdetak, ucapan Langit sangat menusuk hatinya pagi ini.

"Saya juga ngga akan melakukan itu, kecuali dengan lelaki yang mencintai saya". Senja keluar dari kamarnya dan pergi ke dapur.

'Kenapa sih mas? Susah banget ya untuk belajar mencintai saya?'. Batinnya menangis.

Mas, I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang