Dua puluh delapan

1K 62 0
                                    

Senja merasakan perutnya lapar ditengah malam karena hari ini ia hanya makan bakso bersama mawar tadi siang dan sekarang Senja berniat untuk masak mie instan didapur.

"Mau kemana?". Ucapan Langit membuatnya kaget dan seketika menghentikan langkahnya.

"Eh? Saya mau kedapur mas, mau masak mie instan, kamu mau juga?". Langit melihat jam diponselnya dan menunjukkan pukul 11.30 malam.

"Kita cari makan diluar aja".

"Udah malem loh mas, emangnya masih ada yang jual?". Langit bangun dari tidurnya dan mengambil jaket di lemari lalu menggandeng tangan Senja untuk sampai di garasi.

"Tunggu sini, saya ambil motor dulu". Senja mengangguk nurut.

"Ayo naik". Senja naik di jok belakang motor sport Langit yang jarang dipakai.

Senja yang merasakan dinginnya angin malam membuatnya memeluk tubuh Langit, ia lupa memakai jaket karena tadi Langit langsung menggandeng tangannya keluar.

Mereka mencari penjual makanan disekitaran komplek yang masih buka dan tertuju pada satu penjual nasi goreng yang masih lumayan ramai pembeli.

"Kamu mau kan mas? Di bungkus aja ya, takut kelamaan kalo makan disini". Kali ini Langit yang mengangguk nurut, bangku pembeli sudah penuh dengan pasangan-pasangan yang mungkin merasakan lapar ditengah malam seperti dirinya.

"Pak, nasi goreng nya 2 dibungkus ya". Pesan Senja.

"Iya neng, tunggu sebentar ya".

Langit yang melihat tubuh Senja hanya berbalut baju tidur tipis lantas melepas jaketnya dan memberikannya pada Senja.

"Pakai". Sambil menatap Langit, tangan Senja mengambil alih jaket ditangan Langit.

"Tapi nanti kamu kedinginan". Ucap Senja pelan.

"Yang penting kamu ngga kedinginan". Senja merasakan pipinya menghangat, perhatian kecil seperti ini mampu membuatnya yakin jika kini ia telah mencintai lelaki cuek seperti Langit.

"Makasih ya mas".

"Maaf ya mas, ngidam aku aneh-aneh untung aja malem-malem gini masih ada tukang nasi goreng yang buka". Senja dan Langit mendengar percakapan pasangan suami istri yang tengah memakan nasi goreng dibelakang mereka.

"Ngga papa sayang, aku ngga mau nanti anak kita ileran". Jawab sang suami.

Senja tidak dapat membayangkan jika diperlakukan seperti itu nanti dengan Langit, ah apa iya ia dan Langit akan seperti itu nanti?.

"Istrinya juga lagi ngidam ya mas?". Tanya penjual nasi goreng pada Langit yang terlihat kaget dengan pertanyaannya.

"Eh? Belum pak, istri saya belum isi". Senja tersenyum malu mendengar jawaban Langit, mengapa lelaki itu terlihat begitu menggemaskan saat menjawab pertanyaan penjual nasi goreng.

"Oalah kirain, soalnya hampir setiap hari yang tengah malem beli ya para suami yang memenuhi ngidam istrinya". Balas penjual nasi goreng.

"Gitu ya pak?". Langit menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal.

"Iya mas, saya doain deh biar istrinya cepet isi ya". Langit menatap Senja canggung.

"Aamiin, terimakasih ya pak".

Selesai membeli nasi goreng, mereka langsung pulang kerumah karena perut Senja sudah tidak bisa diajak kompromi lagi.

"Kamu duluan aja kekamarnya mas, saya mau ambil piring dulu". Senja berjalan sendirian kearah dapur.

Saat sampai didapur, Senja melihat seorang wanita yang tengah sibuk mencari sesuatu dikulkas.

"Mba Jingga? Cari apa?". Tegurnya.

"Eh? Kamu? Saya laper, tapi dikulkas ngga ada makanan". Jawab Jingga.

Senja melirik kearah kantung plastik berisikan nasi gorengnya dan Langit.

"Kebetulan saya beli nasi goreng, nih satu buat mba". Senja menyerahkan sebungkus nasi gorengnya pada Jingga.

"Okey, makasih ya, saya langsung balik kekamar ya". Senja mengangguk dan hanya mengambil satu piring.

Ia langsung bergegas masuk kekamarnya dan menemui Langit yang sudah menunggunya.

"Satu bungkus nasi gorengnya saya kasih mba Jingga, soalnya tadi dia didapur cari makanan tapi ngga ada makanan".

"Masih ada satu bungkus kan?". Senja mengangguk mengiyakan.

"Kita makan berdua". Langit mengambil alih piring ditangan Senja dan mengajak Senja untuk makan bersama.

Senja tersenyum bahagia malam ini, makan sepiring berdua dengan Langit rasanya sebahagia ini.

Tepat pukul 12.30 malam mereka selesai makan, tetapi tidak ada tanda-tanda mereka akan tidur.

"Kenapa saya jadi ngga ngantuk ya?". Senja berpikir untuk turun keruang keluarga sekedar menonton tv agar rasa kantuknya datang.

"Mau kemana lagi?". Tegur Langit yang ternyata belum tidur juga.

"Saya ngga bisa tidur, jadi saya mau kebawah nonton tv".

"Saya temenin". Senja kaget mendengar Langit.

"Kamu kalo mau tidur ngga papa tidur aja mas, saya berani kok sendiri". Tolak Senja.

"Saya temenin". Ulang Langit.

"Yaudah deh kalo kamu maksa, yuk". Mereka berjalan bersisian menuju ruang keluarga.

Senja menyalakan tv dan duduk disamping Langit.

Setengah jam menonton tv Senja mendengar suara orang yang mengorok ditelinganya, seketika ia menoleh kesamping dan mendapati Langit yang sudah tertidur pulas dengan posisi duduk.

"Hari ini kayanya kamu cape banget ya mas, sampe ngorok tidurnya". Senja mengelus pelan pipi Langit.

Saat dirinya sudah mulai mengantuk ia menidurkan kepalanya di dada Langit dan akhirnya tertidur bersama di sofa tanpa mematikan tv sampai pagi.

Akhirnya aku update lagi gaisss, karena sekarang aku sibuk kerja jadi kayanya bakalan jarang update huhu, dan bener-bener keabisan ide, makanya aku minta sama kalian kalo kalian ada ide dm aja ke Instagram aku biar alur yang kalian mau juga bisa ada di part selanjutnya, jangan malu buat menyampaikan ide kalian, btw ada yang setuju ngga kalo Mas I'm Yours ada versi cetaknya?🤭

Komen dibawah yaa gaisss😘

Mas, I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang