Dua puluh empat

1.1K 77 5
                                    

Senja menatap pantulan dirinya di cermin, dress selutut berwarna hijau tosca sudah melekat dengan indah ditubuhnya, dipadukan heels berwarna hitam dan tas mini berwarna senada dengan heelsnya.

Tidak lupa Senja memoleskan sedikit make up diwajahnya, ia tersenyum menatap dirinya sendiri.

Sejak siang tadi Senja terus memikirkan ada apa gerangan Langit mengajaknya makan diluar? Tidak ada hari istimewa untuk hari ini, tapi justru Senja senang sekali malam ini, karena malam ini bagaikan kesempatan untuk dirinya dan Langit untuk semakin dekat.

Ia berniat menunggu Langit diruang tamu, karena jam sudah menunjukkan pukul 7 malam.

Suara klakson dari luar terdengar di telinganya, Senja segera keluar menghampiri Langit dan menengok Langit dari kaca mobil dengan memberikan senyum terbaiknya.

"Cantik". Gumam Langit.

"Hah?! Kamu ngomong apa barusan?". Tanya Senja yang mendengar samar ucapan Langit.

"Ah engga, makasih udah mau pakai dress dari saya".

"Ya engga mungkin sih dress secantik ini ngga saya pakai". Balasnya malu-malu.

'Perfect'. Batin Langit.

"Ayo masuk". Senja masuk kedalam mobil Langit.

Rasanya gugup sekali berdampingan dengan lelaki yang sangat tampan disampingnya.

"Tumben banget kamu ajak saya dinner, ada apa sih?". Tanya Senja.

"Saya minta maaf, mungkin ucapan saya tadi pagi menyakiti hati kamu". Senja mengangguk mengerti.

"Okey, trus tadi siang kan kamu bisa telpon saya untuk bicara, kenapa harus pulang?". Lagi-lagi Langit terlihat salah tingkah.

"Kayanya kamu hari ini banyakan salting deh mas, gapapa kalo kamu ngga mau jawab pertanyaan saya".

"Eum...saya cuma mau liat keadaan kamu, saya takut kamu pergi". Jawabnya pelan.

Senja tidak dapat menahan senyumnya kali ini, sikap Langit yang seperti ini terlihat sangat menggemaskan dimatanya.

"Saya ngga akan pergi, karena kamu adalah rumah saya".

"Walaupun saya tau kamu belum mencintai saya". Gumam Senja yang didengar Langit.

Sekitar dua puluh menit mereka sampai dicafe mewah yang terlihat sangat sepi.

"Ini kenapa sepi banget ya mas? Udah tutup kali ya?". Langit sedikit tertawa mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Senja.

"Saya sewa cafe ini".

"Hah?! Mas, cuma mau makan malem aja harus sewa cafe? Plis deh mas, makan ketoprak depan komplek aja saya udah bahagia loh".

Langit meraih kedua tangan Senja yang membuat gadis itu terlihat sedikit kaget.

"Semua ini spesial, untuk wanita spesial".

"Ratu Senja Arbella, ijinkan saya untuk mencintai kamu ya?". Hatinya begitu terenyuh mendengar perkataan Langit.

"Mas...kamu serius?". Langit mengangguk pelan.

Senja menghambur ke pelukan Langit dan menangis disana.

"Senja, Hellow ngelamun nih orang, senyum-senyum sendiri lagi, serem amat". Angkasa mencolek bahu Senja.

"Buseng dah punya kakak ipar, rada-rada gini, udah tau lakinya lagi urgent". Mau tidak mau Angkasa menepuk bahu Senja sedikit keras daripada tadi.

"Aduh...". Ringis Senja.

"Kok ada kamu? Mas Langit nya mana?". Senja tidak sadar dengan kehadiran Angkasa.

"Udah ngelamunnya?".

"Ngelamun? Jadi dari tadi saya ngelamun?". Senja memukul kepalanya pelan, pantas saja, mana mungkin Langit bisa dengan mudah mencintai nya.

"Yaampun, maaf ya, ada apa kamu kesini? Disuruh mas Langit jemput saya?".

"Kayanya dinner kalian batal". Ucap Angkasa pelan.

"Batal? Mas Langit ngga bilang batal kok".

"Tadi dijalan pas mau jemput Lo, bang Langit nabrak orang". Senja menutup mulutnya kaget mendengar penjelasan Angkasa.

"Terus mas Langit ngga papa kan? Dia baik-baik aja kan?". Angkasa diam.

"ANGKASA JAWAB!! MAS LANGIT BAIK-BAIK AJA KAN?!!". Teriak Senja saat melihat Angkasa yang hanya diam.

"Bang Langit baik-baik aja, cuma sedikit luka di kepala nya".

"Anter saya ke mas Langit sekarang". Ucapnya gemetar.

Dengan cepat Angkasa membawa Senja kerumah sakit tempat Langit berada.

"Mas...". Senja berlari kearah Langit yang kepalanya sudah diperban.

"Sakit ya?". Senja mengelus pelan luka Langit yang membuat lelaki itu meringis pelan.

"Kenapa bisa kaya gini? Kenapa kamu ngga hati-hati bawa mobilnya?". Langit menatap kagum pada Senja yang menemuinya dirumah sakit masih dengan dress yang diberikannya tadi siang, bahkan make up gadis itu masih sedikit terlihat diwajahnya walaupun sudah dilalui air mata.

Langit memeluk Senja dan mengucapkan kata maaf.

"Maaf". Lirihnya.

"Ngga papa, yang terpenting kamu harus sembuh dulu ya, saya ngga suka liat kepala kamu diperban gini, pasti sakit".

"Saya seneng liat kamu pakai dress ini, cantik".

"Ini ngga halu kan ya? Kamu bilang saya cantik?". Langit mengangguk sebagai jawaban.

"Angkasa, omaygat mas Langit bilang saya cantik".

"Lah? Emang Lo cantik kan? Bang Langit aja baru nyadar". Langit melotot kearah Angkasa, bisa-bisanya adiknya sefrontal itu.

"Eum...trus orang yang kamu tabrak gimana keadaan nya?". Tanya Senja.

"Lagi ditanganin sama dokter". Senja mengangguk mengerti.

Langit membisikkan sesuatu pada Angkasa yang dijawab anggukan oleh lelaki itu.

"Yaudah, biar cewe itu jadi urusan gue".

"Thanks Sa".

Langit menggandeng Senja dan mengajaknya keluar dari rumah sakit mencari pedagang kali lima yang masih berjejer dipinggir jalan.

"Ketoprak?". Tebak Senja yang mendapat anggukan dari Langit.

"Mau?". Giliran Senja yang mengangguk sambil tersenyum malu.

"Maaf ya, dinner dicafenya harus dipending dulu".

"Iya ngga papa, makan dimana pun saya seneng kok,yang penting makannya sama kamu".

...

Terkhusus yang masih setia membaca Mas i'm yours sampai saat ini, terimakasih banyak ya.

Aku mau tau, coba tulis atau DM ke Instagram aku @septi_amilia adegan apa yang kalian pengen banget ada dalam cerita Mas i'm yours ini.

Dan kalo kalian ada cerita atau mau curhat bisa yuk kita berbagi cerita lewat DM😉

Salam hangat
Author

Mas, I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang