Lima puluh tiga🖤

504 36 2
                                    

Setelah acara tujuh harian mamanya mawar, mereka pulang ke jakarta untuk melanjutkan pekerjaan, langit dan senja sudah pulang duluan sejak tiga harian kemarin, karena langit tidak bisa meninggalkan kantor terlalu lama.

"Mas...aku ikut ngantor ya, mau ketemu temen-temen, kan kemarin kita pulang duluan". Ucap senja ditengah-tengah sarapan.

"Kan ketemunya bisa diluar kantor".

"Aku mau bantuin kamu loh mas, sekretaris kamu lagi cuti kan?".

"Hari ini aja, sekalian pulangnya mampir ke rumah mama, mama tanyain kamu".

"Oke siap pak suami". Balas senja dengan tangan seperti hormat pada bendera.

"Saya bukan bapak-bapak, saya masih muda loh". Elak langit.

"Udah mau kepala tiga masih muda? Tua kali mas".

"Kamu yang terlalu muda".

"Kenapa jadi bahas umur? Setau aku cinta tuh ngga Mandang umur loh, buktinya aja aku mau tuh sama kamu yang udah tua".

"Trus kalo misalnya kamu ketemu kakek dan kamu suka, apa kamu mau nikah sama dia?". Geram langit, kenapa pagi-pagi senja sudah membuatnya kesal seperti ini sih.

"Ya engga lah kan aku udah nikah sama kamu". Jawab senja asal yang membuat langit menghela napasnya pelan.

"Saya mau berangkat".

"Eh sebentar mas, make up aku ngga berantakan kan? Trus rambut aku juga udah rapi kan?".

"Hemm".

"Ih mas hemm doang, itu ngga ngejawab pertanyaan tau". Langit malah mengacak pelan rambut senja yang terlihat cemberut.

"Lah kok malah diacak-acak sih rambut aku". Senja menyusun kembali rambutnya yang dirusak langit, ia sudah menyisir rambutnya sejak subuh agar terlihat rapi dan lihat saja, sekarang senja terlihat sangat cemberut.

"Dasar anak kecil". Gumam Langit yang masih didengar senja.

"Dasar bapack-bapack". Balas senja yang juga didengar Langit.

"Ngomong apa? Ngga baik loh ngatain suami".

"Ngga ngatain, orang fakta kok, yaudah ayo berangkat". Ia menggandeng tangan langit untuk sampai ke mobil.

Berjalan beriringan sambil bergandengan tangan di koridor kantor, membuat hampir seluruh karyawan menatap mereka kagum.

"Wah ibu senja ikut ngantor? Ngga bisa jauh dari suaminya ya Bu?". Ledek angkasa.

"Saya mau jadi sekretaris nya mas langit, sementara sampai sekretaris ORI nya balik lagi". Angkasa tertawa.

"Loh berarti ini palsu?". Senja tertawa pelan .

"Ya engga papa lah buat nambah uang jajan". Celetuk senja.

"Emang uang bulanan yang saya kasih kurang?".

"Ngga sih, tapi kan ngga ada salahnya aku bantuin kamu".

Dari jauh senja bisa melihat melati yang menangis sambil berlari ke luar kantor.

"Melati...". Senja mengikuti kemana arah melati pergi.

"Gila ya, diem-diem hamil".

"Gue kira kalem beneran, ternyata hamil duluan".

"Parah si melati, ngga ada malunya tetep masuk kantor".

"Punya muka berapa tuh orang?".

"Gue kira cupu ternyata suhu".

Senja menutup kupingnya mendengar celotehan karyawan kantor.

Mas, I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang