Semua Yang Tertinggal Di Masa Lalu P2.

1.2K 300 29
                                    

Content Warning :
Depression, cheating, suicidal, eating dissorder.

.

Dia adalah Banyu, laki-laki yang sempat begitu ia cintai selama tiga tahun. Laki-laki yang menerima banyak kehangatan Dara. Laki-laki yang katanya begitu beruntung bisa bersamanya.

Juga, laki-laki bajingan yang menghancurkan seluruh hati Dara hingga tidak tersisa sekeping pun.

Pada saat itu hubungan mereka berjalan sangat baik, sangat lancar, dan sangat dekat. Kenal sejak SMAㅡdari salah satu tempat bimbingan belajar, Banyu menjadi satu-satunya pengisi hati Dara. Banyu adalah laki-laki pintar dan atletis, terlihat dari bentuk badan dan penghargaannya selama menjadi kapten tim sepak bola dulu. Meski tidak kuliah di tempat yang sama, karena jarak kampus keduanya tidak jauh memudahkan Banyu menjemput Dara setiap hari. Di mana ada Dara maka di sana juga ada Banyu.

Hubungan mereka yang terlalu baik bahkan sesekali mencapai tahap pembicaraan masa depan, entah pertunangan atau pernikahan. Terlebih setelah keluarga Banyu dengan tangan terbuka menerima eksistensi Dara. Abel sempat berkata bahwa mereka bisa menikah kapan saja.

Tapi sayangnya semua itu salah.

Di tahun ketiga hubungan mereka, Dara merasa ada yang janggal dari Banyu. Semua dimulai dari salah satu teman laki-laki Dara yang katanya melihat Banyu di sebuah hotel. Katanya, waktu sudah terlalu malam dan Banyu membawa tas belanja merk pakaian wanita ke dalam hotel. Dara berasumsi itu untuk keluarga Banyu, tapi perasaannya tidak tenang.

Dara mencoba menghubungi ibu dari Banyu untuk bertanya apakah keluarga mereka sempat pergi ke hotel tersebut beberapa waktu ini. Namun ibu Banyu menjawab bahwa mereka datang ke hotel itu sudah cukup lama.

Lalu laporan lain datang, sekali lagi dari teman Dara yang berkata Banyu bersama dengan seorang perempuan di depan hotel. Hotel yang sama. Untuk apa Banyu ke sana?

Dara menelan kecurigaannya, namun hal itu sulit di saat sikap Banyu berubah drastis. Pesannya jarang dibalas, teleponnya jarang diangkat, ajakan bertemunya sering ditolak dengan alasan sibuk bekerja dan kuliah.

Dara frustasi sendirian, jutaan asumsi memenuhi kepalanya. Satu-satunya cara yaitu Dara yang menghampiri Banyu.

Tapi, keputusan itulah yang ia sesali.

"Banyu?"

Dia masih Banyu, tapi rasanya Dara tidak mengenal laki-laki itu. Pakaiannya berbeda. Banyu yang ia kenal lebih suka memakai kemeja, vest rajut, atau kaos yang dibalut kardigan. Tapi Banyu malam ini berbeda. Jaket kulit hitam dengan sebatang rokok di antara jarinya. Belum cukup, ada perempuan lain yang tangannya ia genggam selain Dara.

Banyu kaget, jelas ia panik karena ketahuan. Dara berpikiran pendek, semua asumsi baiknya hilang. Sudah sangat jelas perempuan itu bukan salah satu kerabat Banyu.

Kekasihnya sudah selingkuh.

Berbulan-bulan setelah insiden itu, Dara menutup semua jalur komunikasi dengan Banyu. Abel hampir setiap saat di sisi Dara. Ia seperti kerasukan jiwa lain, tiba-tiba menangis, tiba-tiba termenung. Dara cuti dari kegiatan UKM, nilainya mengalami dampak paling ekstrim di mana jatuh sangat dalam. Biar itu ia pikirkan nanti, entah dengan mengulang mata kuliah atau mengemis pada dosen. Dara berada di lubang terjal yang tidak bisa ia tangani.

Hingga suatu hari setelah hampir setengah tahun Dara memutus kontak dengan Banyu dan berhasil menata hati sedikit demi sedikit, laki-laki itu justru datang ke rumahnya. Saat itu, sekali lagi Banyu bukan lagi sosok orang yang Dara kenal. Tatapannya putus asa, gelisah, dan cemas. Tapi ada satu yang Dara yakini.

Tidak ada penyesalan di antara tatapan itu.

"Mau apa?"

"Izaㅡ"

"Jangan maju, di sana aja."

Dara bergeming di depan pintu rumahnya, tidak membiarkan Banyu menginjak lebih dari batas teras rumahnya.

"Iza, aku minta maaf udah nyakitin kamu."

Sungguh Dara merasa tidak butuh ucapan seperti itu, semua tidak akan kembali. Kesalahan Banyu membuat hatinya tidak lagi berdebar, melainkan berdenyut kesakitan.

"Benar, aku salah. Aku selingkuh, Iza. Tapi semua itu di luar kuasa aku."

"Bullshit."

"Tolong dengerin dulu."

"Terus kalo udah denger, apa semua bakal balik kaya dulu?"

Banyu menunduk. "Aku juga mau kita balik kaya dulu, tapi masalahnyaㅡ"

"Apa?"

"Dia hamil, Za."

Dara merasa seluruh tulangnya menghilang, ia akan ambruk kalau saja tidak berpegang dengan gagang pintu. Lalu, sisa hari itu hilang dari ingatan Dara. Terlalu menyakitkan, seolah otaknya tidak sanggup menyimpan memori itu.

Setelah itu Dara jatuh sakit, ia harus dirawat selama kurang lebih sepuluh hari. Ia menolak seluruh makanan dan mengakibatkan Dara terkena malnutrisi. Tekanan darahnya jauh di bawah yang seharusnya. Namun yang terparah, beberapa kali Dara mencoba mengakhiri hidupnya. Ia menenggak beberapa pil sekaligus, namun bukan kematian yang datang melainkan kondisi ginjalnya yang bermasalah. Beberapa sayatan di pergelangan tangan juga menjadi pilihan Dara. Semua dilakukan dengan tatapan kosong.

Semakin bertambah parah saat berita pernikahan Banyu terdengar telinganya.

Saat itu seperti dunianya runtuh, seluruh pertahanan terakhirnya hancur begitu saja. Dara tidak menangisi cintanya, ia sakit akibat pengkhianatan dan penyesalan luar biasa karena telah memberi seluruh hatinya pada laki-laki yang justru mematikan detaknya.

Itu adalah dua tahun lalu, Dara susah payah bangun dari keterpurukan mengerikan itu. Hatinya nyaris mati rasa, ia tidak bisa mengharapkan cinta apapun. Semua rasa sakit itu abadi di sudut hatinya.

Dara menyimpannya sebagai pelajaran hidup paling bajingan yang pernah ia alami.

️️ ️️
️️ ️️
ㅤㅤ
️️ ️️
Dara masih duduk di tempat yang sama, tidak tahu sudah berapa menit atau jam ia di sana. Pikirannya kosong. Sungguh sikap berbahaya di tempat rawan kejahatan. Stasiun masih seramai biasanya, tidak peduli sekusut apa perasaan orang-orang di dalam gedungnya.

Padahal tidak tau ia menunggu apa, atau siapa. Tapi kakinya tidak mau meninggalkan tempat. Mungkin akibat syok, mungkin karena ia benar-benar sedang menunggu sesuatu. Tidak ada yang menjamin Satrio akan datang setelah telepon singkat dan ambigu yang Dara lakukan tadi. Tapi nyatanya, ia masih di situ.

Dara merasa kasihan dengan dirinya sendiri, betapa malang hatinya yang harus mengharapkan kedatangan dan pertolongan orang lain setelah merasakan kehancuran dari pengkhianatan.

Tidak seharusnya Dara berekspektasi.

Begitu napasnya sudah tenang dan degup jantungnya kembali normal, Dara berdiri dari kursi itu. Ia baru berpikir, untuk apa dirinya berlari ke stasiun tadi? Sekarang, mau ke mana ia? Pulang ke rumah dengan keadaan berantakan? Dara pasti jadi bintang utama wawancara dari keluarganya. Pulang ke kos? Rasanya ia tidak ingin sendiri. Ke rumah Abel? Ah, ya. Dia masih punya sahabat.

Dara keluar dari stasiunㅡyang akhirnya hanya jadi tempat menumpang tangis, sebab rumah Abel lebih sulit dijangkau dengan KRL dari jaraknya ke stasiun lain. Dara memilih transportasi mobil online, ia pun berdiri di depan pintu stasiun untuk memesan mobil.

Tapi, mungkin benar hidup Dara seperti sinetron.

Beberapa meter di depannya, tampak Satrio dengan ranselnya keluar dari taksi dan berlari menuju stasiun. Dara diam, laki-laki itu sungguh datang kepadanya.

Dalam waktu sesingkat itu hatinya merasa lega.

Mata Satrio bertemu dengan miliknya, dapat terlihat bahwa ia juga menghela napas lega.

"Dara."

Satrio, pada saat itu, sedang menahan diri untuk menarik Dara ke dalam pelukannya.

☆☆☆☆☆

YEEEYYY TRIPLE UPDATE SELESAI. SELAMAT DINIKMATI MASA-MASA KONFLIK INI.

[1] 2958 MdplWhere stories live. Discover now