Dara dan Karpet Mapala.

4.8K 825 51
                                    

Selain jadi sekretaris Mapala, gue ini sering didapuk sebagai tukang suruh yang anehnya gue turutin. Disuruh beli cilor, nurut. Disuruh ngapus papan tulis, nurut. Disuruh bawa panci, nurut juga. Abel bilang gue tuh dibego-begoin, tapi kalau kata Bang Yongki dulu, tandanya mereka percaya sama gue.

Bokis abis.

Dulu sih iya gue terhasut sama alasan Bang Yongki, tapi sekarang...

"Mak Iza urus karpet dong, udah dipinjem anak BEM nih kaga dibalik-balikin."

Selain Maiza dan Iza, mereka juga manggil gue Mak Iza. Kurang setan apa lagi mereka?

"Ambil sendiri anjir, kenapa nyuruh gue?"

"Kalo sama kita-kita ujungnya malah main remi."

Brengsek.

Itu Pongki, Bang Pongki. Mau sesibuk apapun dia ngurus skripsi, tetep aja selalu main ke sini. Pantesan ngga lulus-lulus.

"Bang, mending lo aja. Karpet tuh berat anjeng, ntar malah gue yang kegulung."

"Ruangan sebelah doang Za ebuset dah Masha Allah ribet bat ni bocah."

Kan, kan. Udah mana logat Tambunnya keluar, ngeselin pula.

"Gofood-in banana nugget dulu, kalo drivernya otw ntar gue ambilin karpetnya."

"Bajigur ya lo sekarang."

Hehehe. Bodo amat. Dikatain juga tetep aja tuh sama dia dipesenin. Lagian, enak aja nyuruh-nyuruh.

Setelah Bang Pongki bilang kalau pesenannya udah di jalan, gue pun beranjak keluar dari ruang Mapala. Cuma empat langkah dan sekarang gue udah di depan ruang BEM. Gue tuh jarang banget ke sini meski ruangannya sebelahan, males aja bawaannya kalau masuk ke ruang BEM.

"Permisi." Gue mengetuk pintu beberapa kali dan langsung buka, kelamaan nunggu bisa membuang-buang waktu.

Kepala gue melongok masuk ke dalam, ngga ada siapa-siapa tapi ada suara lagu samar-samar.

"Permisi..." kata gue lagi dengan lebih pelan lalu melangkah masuk. Ruangannya dingin, pantesan pintunya jarang dibuka. Gue celingak-celinguk, mana sih karpetnya?

"Nyari apa?"

"Ayam eh ayam!"

Latah kan gue, malu-maluin anjir Dara nih emang kebiasaan.

"Hahaha ga elit banget lo latahnya."

Ternyata si cowok yang kemarin. Err, siapa namanya?

"Lo daritadi di sini?"

Dia mengangguk. "Tuh tiduran di sana," katanya sambil menunjuk sofa. Gue mengangguk.

"Ada karpet punya Mapala, ngga?"

"Karpet?"

"He'euh."

"Bentar."

Dia berdiri dan membuka lemariㅡatau lebih tepatnya tempat penyimpanan karena ngga rapi sama sekali. Gue cuma berdiri sambil ngeliatin dia yang sibuk bantuin nyari karpet.

"Emang muat ya ditaruh di situ?"

Dia berhenti dan nengok ke gue.

"Yang punya Mapala kan?"

Gue mengangguk.

"Yang warna hijau?"

Gue mengernyit. "Ngga tau yang warna apa."

Dia mengeluarkan sesuatu. "Satu-satunya barang yang dipinjem dari Mapala cuma ini."

Gue menyipitkan mata dan mendekati dia. Lah, ini mah namanya tiker. Dasar Bang Pongki sialan, ngambil ginian aja manja banget.

[1] 2958 MdplTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon