Merah (1)

1.9K 469 126
                                    

"Aku mau keluar! Mau jalan-jalan! Pokoknya mau jalan-jalan!"

Taehyun sampai menutup telinganya dengan kedua tangan. Demi dewa, Jungwon berisik sekali. Sejak tadi pagi, Jungwon terus merengek minta diajak keluar jalan-jalan. Pantas baginya karena dia dikurung di sini selama hampir lima hari. Jungwon telentang di dekat pintu, menghalangi Heeseung dan Taehyun yang hendak pergi untuk menuntaskan tugas.

"Heeseung, keluarkan dia atau aku pecahkan semua gelas tehmu," ujar Taehyun dengan nada rendah.

"Kau tau, kan, di luar masih berbahaya. Kita belum memurnikan semua orang. Tapi, aku juga tidak bisa membiarkanmu memecahkan gelas tehku, aku harus menyembunyikannya," Heeseung malah kembali ke ruangannya dengan buru-buru.

Menepuk jidat, Taehyun dengan paksa membuat Jungwon berdiri. Dia merogoh tasnya untuk mengeluarkan sebuah batang berwarna oranye dan memberikannya pada Jungwon.

"Ini kembang api, kalau ada apa-apa nyalakan saja dan aku akan datang ke tempat kalian secepat mungkin. Jadi berhentilah merajuk karena itu lebih mengganggu daripada orang kerasukan."

Begitulah akhirnya Jungwon melengang dengan gembira di jalanan Udgar yang dipenuhi oleh pedagang dan pembeli. Jake dan Sunoo merasa seperti sedang mengasuh anak kecil. Anak kecil yang membeli semua makanan dengan uangnya sendiri.

Sunghoon masih harus istirahat, jadi sekarang dia pasti sedang tidur dengan tenang di kamar penginapan mereka.

"Woah!" Jungwon berbelok ke sebuah toko yang menarik perhatiannya. Di sana dia melihat kerikil atau serupa kerikil yang berbentuk manusia. Lengkap dengan kepala, tangan, kaki, dan tubuhnya. Benda itu membuat berbagai gerakan, entah menari atau mempraktekan beberapa pose bela diri.

"Apa ini?"

Sunoo membolak-balik beberapa lembar kertas di tangannya, "Golem. Batu yang disusun dan digerakkan dengan sihir."

Jungwon membuka mulutnya kagum, "Aku ingin membelinya!"

"Hei, kau tidak dengar? Ini batu yang digerakkan oleh sihir. Kamu tidak punya sihir. Ini hanya akan jadi batu biasa buatmu. Jangan beli benda aneh yang tidak berguna," tandas Jake, membuat Jungwon memajukan bibir.

"Omong-omong, Sunoo kamu dapat selebaran itu darimana?"

"Ah ini, waktu pertama kali masuk ke area pertokoan seseorang memberikannya padaku secara cuma-cuma. Ku pikir ini adalah semacam panduan untuk tur wisata."

"Panduan wisata?" Jake melihat selebaran itu dari samping Sunoo, "Rupanya klan ini menjadikan kota mereka sebagai tempat wisata. Cerdik juga karena sia-sia bila kemampuan mereka tak dimanfaatkan. Pantas saja mereka langsung menjatuhi hukuman mati pada para pemanggil roh jahat itu. Selain karena telah membunuh banyak nyawa, kasus itu membuat akses pundi-pundi uang mereka juga tertutup."

"Baru kali ini aku bertemu orang-orang yang begitu gila pada uang," tambah Jake.

Tak mempedulikan mereka, Jungwon melangkah lebih jauh ke dalam toko. Matanya menangkap sebuah gantungan berbulu yang terlihat cantik. Dia menunjuk benda itu lalu bertanya pada pemilik toko.

"Dreamcatcher –penangkap mimpi buruk. Kalau kau memasangnya di tempat tidurmu, niscaya mimpi buruk akan tersaring olehnya dan tidak akan pernah datang menghantui tidurmu lagi."

Jungwon melipat bibirnya ke dalam, menatap benda yang disebut dreamcatcher itu lama, "Berapa harganya?"

"Kamu beli apa?" Jake tiba-tiba muncul di belakang Jungwon dan mengintip benda apa yang ia beli.

"Katanya ini bisa menangkap mimpi buruk."

"Dan kau percaya hal seperti itu?"

Jungwon mengangkat dreamcatcher-nya ke atas kepala, lurus menghadap matahari yang bersinar terang, "Percaya atau tidak itu bukan masalah."

CLANS: The Revenge| ENHYPENWhere stories live. Discover now