Penyergapan (1)

1.6K 442 144
                                    

Sayup-sayup, Jay mendengar seseorang memanggil namanya dari balik pintu. Baik Sunghoon maupun Jungwon terlihat sama sekali tidak terganggu dengan suara itu dan tetap tertidur dengan tenang. Jay menyibak selimut lalu pergi untuk memeriksa.

"Jake belum pulang," gumamnya lirih kala mendapati Jungwon masih terlelap sendirian di kasurnya.

Saat pintu itu terbuka, muncullah seorang pria tua yang membawa temaram redup di tangannya. Dia adalah kepala pelayan kediaman Rossen. Yang Jay tahu, orang ini sudah bekerja di rumah ini bahkan sebelum Kei lahir. Itu artinya, dari seluruh orang rumah yang dihabisi Kei saat kepulangannya, pria ini adalah satu-satunya yang selamat.

"Ada apa?"

"Tuan meminta kalian untuk segera bersiap."

Mata Jay mendadak segar kembali, dia melirik jam dinding di salah satu sisi ruangan, "Jam segini?'

"Dari pembicaraan kita tadi siang, harusnya kau tahu kalau kita hampir tidak punya waktu lagi. Informanku berhasil menemukan tempat tinggalnya dan kita akan menyergap mereka sekarang juga," Kei tiba-tiba muncul di belakang sang pelayan. Sudah siap dengan jubah dan pedang tersampir di pinggang.

"Mana Jake?"

Jay menggeleng, "Dia pergi dari sejak makan malam dan belum kembali."

"Baiklah, kita tinggal."

Jay membangunkan Sunghoon dan Jungwon. Mereka hanya mencuci muka, memakai jaket, dan membawa pusaka masing-masing. Tidak sampai 30 menit mereka sudah sedia di halaman rumah bersama pasukan Kei yang lain. Ada sedikit rasa kantuk yang merayap, tapi untuk sementara mereka harus menahannya.

"Ternyata latihanmu ada hasilnya juga," tegur Jungwon. Ia yang tidak bisa menunggang kuda, terpaksa harus menebeng Sunghoon di belakangnya.

Belum sempat Jay membalas, Sunghoon menyahutnya lebih dulu, "Tentu saja. Kau pikir siapa tutornya?"

Dengan satu tanda dari Kei, mereka memecut kuda masing-masing dan bergerak cepat ke rumah Guesta. Suara kaki kuda berderap di jalan-jalan Central. Kuda yang mereka bawa adalah kuda-kuda terbaik milik keluarga Rossen. Memiliki mata yang tajam dan tubuh yang kuat.

Sunghoon tidak ingin mengakuinya, tapi kuda milik Rossen jauh lebih baik daripada Berry-nya di rumah.

"Sunghoon," panggil Jay dari samping Sunghoon.

"Jangan bicara saat sedang di atas kuda, lidahmu bisa tergigit."

"Tentang pembicaraan kita tadi siang.."

"Menghidupkan Taki lalu membunuhnya dan mendapatkan kekuatan istana? Begitukah maksudmu?"

Kei mengangguk, "Aku yakin itu yang akan dia lakukan."

"Kejam sekali. Meskipun Taki adalah saudara tirinya, bagaimana manusia bisa melakukan hal itu? Menghidupkannya kembali hanya untuk membunuhnya lagi? Aku tidak habis pikir," Jungwon mengepalkan tangannya.

"Yah, seberapa pun kejamnya bagimu, bisa jadi itu adalah satu-satunya kebenaran bagi orang lain," kata Jake.

"Jadi, mereka membawa Sunoo untuk menghidupkan kembali si Taki ini?" tanya Yeonjun yang dibalas dengan anggukan dari mereka semua, "Tapi, itu tidak bisa."

"Huh?"

"Maksudku, si Taki atau siapalah dia kan meninggal waktu pemberontakan dan itu sudah lebih dari setahun lalu. Dia pasti sudah membusuk,"

"Ada beberapa cara untuk mengawetkan tubuh mayat, dengan membekukannya misalnya," balas Sunghoon.

Yeonjun menggeleng, "Bukan tubuhnya, jiwanya. Jiwanya sudah membusuk bila sudah selama itu."

CLANS: The Revenge| ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang