Mari ke Pantai (part 2)

456 62 34
                                    

Let's go to the beach 🏖️🏖️

Happy reading

.
.

Beberapa waktu berlalu, dan hujan masih belum juga ada tanda-tanda akan berhenti. Malahan semakin deras, langit semakin menghitam, anginnya juga semakin kencang.

Menurut para pegawai hotel, ini adalah hujan yang pertama di pantai Haeundae sejak memasuki musim panas. Tentunya sangat diharapkan karena memberikan kesegaran dan kesejukan di kawasan ini. Namun berbeda halnya dengan anak-anak. Mereka sama sekali tidak menginginkan ini terjadi.

"Gimana ini, Hwun? Kita jadi nda bisa main kelual," Jimin menatap keluar jendela. Langit masih tidak bosan mencurahkan air.

"Iya, Chim. Gimana lagi." Tangan Yoongi mengelus punggung Jimin berusaha meredakan kegelisahan kawan kecilnya. Tapi sorot matanya tidak bisa berbohong, ia juga sangat kecewa.

"Padahal kan Hwun sudah 2 kali datan ke Busan, masa sekalan nda bisa main lagi sih," bibir tebal Jimin semakin cemberut. Kesal pada keadaan yang tak mampu dirubah. Yang hanya dijawab Yoongi dengan dengusan lemah.

"Kawan-kawan, menurut berita, sepertinya hujannya baru akan reda nanti malam," Namjoon menatap lesu ke siaran televisi lokal yang menayangkan situasi terkini.

"Kalau sudah gelap mana bisa pergi memancing," keluh Hoseok sambil berpandangan dengan Seokjin dan Geumjae. Mereka bertiga sama-sama sudah kehilangan semangat.

"Kalau sudah gelap, mana bisa main pasil." Taehyung yang berdiri di sebelah Jimin tidak kalah sedih. Di tangannya dia masih memegang ember kecil dan penggaruk pasir.

"Kookie penen main di lual!" teriak yang terkecil. "Huweeeee," tiba-tiba tangisnya pecah. Ia terduduk di lantai lobby hotel dengan air mata berlinangan, tidak dapat menahan perasaan kecewanya.

Demi mendengar tangisan itu, kakak-kakaknya segera datang menghampiri. "Kookie janan nanis, sebental lagi hujannya belenti," Taehyung ikut berjongkok di samping adiknya.

"Kalau Kookie nanis, Hwun juga ikut nanis," Jimin bergegas memeluk si maknae.

Yoongi mengusap punggung Jungkook. "Jangan sedih, Jungkook. Besok pagi pasti cuacanya cerah."

"Ya betul, begitu kata berita di TV," Namjoon berlari dari kursinya di depan televisi. Ia mengelus kepala si bungsu yang masih tertunduk. "Kita bisa pergi cari kepiting. Mereka pasti keluar dari sarangnya."

"Kita juga bisa pergi mancing. Aku dengar setelah hujan, ikannya malah semakin mudah ditangkap." Keceriaan Hoseok sudah kembali karena ingin menghibur Jungkook. "Iya kan, Hyung?" Dia berpaling pada Seokjin.

Seokjin meremas lembut bahu Jungkook, mengangguk semangat. "Pasti. Memancing ikan memang paling pas di pagi hari."

Bahkan Geumjae yang pendiam pun ikut menjawab,"Jangan menangis, Kookie. Kita semua jadi ikut sedih."

Jungkook berhenti menangis, karena mendapat perhatian yang begitu besarnya. "H-hiks, Hwun janan ikut cedih gala-gala Kookie," isaknya masih sedikit tersisa. Dia mengusap ingus yang mengalir di ujung hidung.

Kami para orang tua yang menyaksikan merasa kagum sekaligus terharu. Tadi ruangan lobby ini sangatlah muram karena cuaca yang tiba-tiba memburuk. Namun dalam sekejap, kekecewaan itu berganti harapan yang kuat.

Semua terjadi tanpa campur tangan orang dewasa. Mereka, anak-anak itu saling menghibur dan menguatkan, bersama-sama menghadapi cobaan yang datang menerpa. Sungguh suatu ikatan persahabatan yang unik. Alangkah indahnya.

"Tapi cekalan kita mau apa? Udah jauh-jauh campai cini nda bica main." Masih ada sisa kesedihan pada si kecil, ujung bibir anak itu melengkung turun.

(The Story Of) Chim And YoonieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang