Ulang Tahun Bangsawan

846 114 132
                                    

Ulang tahun Yoongi udah, ulang tahun Namjoon udah, ulang tahun Jimin juga udah, jadi sekarang Chim & Yoonie mau merayakan ulang tahun hyung tertua, moon nya Army.

Happy reading
.
.

Hari semakin siang, sudah jam pulang sekolah di Min's Kindergarten.
Sebagian besar anak telah dijemput, sisanya bermain dan berlarian kesana kemari di bawah terik matahari. Tapi Chim dan Yoonie memilih duduk di sebuah sudut sekolah. Chim menceritakan sesuatu kepada hyung nya dengan penuh semangat, tangannya bergerak-gerak lincah dengan senyum cerah terkembang. Sedangkan Yoonie hanya mendengarkan, bibirnya sedikit terangkat karena gemas melihat tingkah temannya.

"Chim, ayo pulang," sahutku memanggilnya dari luar area bermain.

Jimin menoleh mendengar suaraku, "Iya Ma, sebentaaall," jeritnya dari sana.

Dua sahabat itu saling berpamitan. Jimin meloncat turun dengan kaki pendeknya. Tangannya memegang sehelai amplop, sambil melambai kepada Yoongi. "Bai, Hwun. Sampe ketemu besok."

Yoongi balas melambai dengan sebelah tangannya yang tidak sakit, bibirnya tersenyum tipis. Yoongi sudah mengikuti kegiatan belajar, ia sendiri yang memaksa kepada ibunya. Alasannya sudah kangen pada sekolah, para guru, dan tentu saja pada teman-temannya. Serta pada seorang mochi kecil yang antusias menunggu kedatangannya di sekolah.

"Mama," katanya sambil tersengal-sengal karena berlari sambil menggendong tas sekolahnya.

"Chim, hai. Bawa apa itu?" Aku menunjuk amplop yang sedari tadi digenggam di kepalan mungilnya.

"Sebental, Chim haus." Dia membuka botol minumnya lalu menenggak isinya dengan rakus. "Ini," dia sedikit terengah karena terburu-buru, "Undanan ulan taun Seokjin hwun."

"Seokjin hwun? Seokjin hwun siapa?" Keningku berkerut, rasanya di sekolah ini tidak ada anak yang bernama Seokjin.

"Seokjin hwun itu temannya Geumjae hwun." Jimin membuka amplop undangan bergambar putih dengan aksen emas yang sangat mewah. Dia menyerahkan undangan itu padaku, "Mama juga sudah kenal."

Aku berpikir keras mengingat-ingat teman Geumjae yang pernah aku temui, akhirnya hanya bisa menggeleng lemah. Duh di antara kesibukan menjadi ibu rumah tangga, sepertinya ingatanku mulai berkurang ketajamannya.

"Ih, Mama pikun." Jimin memutar bola matanya, "Seokjin hwun itu yan bahunya lebal, olannya lucu, manis, putih. Mama kan pelnah liat waktu antal Chim ke lumah Min ssaem."

Samar-samar ada gambaran seorang anak laki-laki yang sesuai dengan deskripsi Chim. Ya, ya, aku ingat sekarang. "Oooohhh, Seokjin yang itu." Jimin menggembungkan pipinya, dia tampak lega karena aku akhirnya mengerti. "Jadi ini ulang tahunnya?"

Ia mengangguk semangat, "Kata Yoonie hwun, Seokjin hwun inat sama Chim. Jadi dia mau Chim datan ke ulan tahunnya. Katanya ulan tahunnya halusnya kemalin tapi balu sekalan dilayain," terang Jimin panjang lebar.

Aku mengangguk-angguk paham sambil membaca undangan ulang tahun itu. Undangan yang eksklusif terbuat dari karton tebal, lebih mirip undangan pernikahan daripada ulang tahun anak berumur 9 tahun. Disana tertulis bahwa acara pesta akan diadakan pada hari Minggu siang di sebuah alamat di kawasan elite kota Daegu.

"Chim mau belankat balen Yoonie hwun dan Geumjae hwun, boleh ya Ma? Tapi Mama sama Papa ikut juga. Pleaseeee," ia mengatupkan telapak tangan di dada, memohon-mohon sambil memicingkan mata.

Hufffttt, anak ini kalau sudah urusan tentang Yoongi hampir-hampir tidak bisa dibantah. "Tapi kita harus bilang dulu sama Papa, ijin dulu. Okay?" Walaupun aku tahu Papa pasti tidak keberatan, tapi tentu saja suamiku harus tetap mengetahui kegiatan anak dan istrinya.

(The Story Of) Chim And YoonieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang