3

219 16 0
                                    

   Segala ritual mos telah di laksanakan febby dengan baik, ternyata tak seburuk yang febby fikirkan, malahan febby sangat menikmati nya, bahkan febby mendapatkan teman baru, aria namanya, satu jurusan dengan febby dan perlu kalian tahu, aria orangnya periang banget, terbukti saat febby bersama dengannya, dia selalu bisa membuat febby tertawa dengan semua tingkah lucunya itu.

   Acara terakhir sebelum semua mahasiswa mahasiswi di bubarkan, yaitu penutup, sebelum benar-benar di tutup, ketua BEM memberi sambutan lagi seperti awal pagi tadi, memberi tahu acara selanjutnya untuk seminggu ke depan.

"By" Bisik aria yang ada di sampingnya.

"Hmm"

"Lo ngerasa gak sih kalo sedari tadi lo di perhatikan sama seseorang? "

"Banyak yang merhatiin gue dari tadi"

"Tapi ini beda, dia merhatiin elo dari awal mos sampai sekarang, bahkan sedari tadi kita di ikuti terus" Muka febby tiba-tiba panik sendiri mendengar nya.

"Masak? Mana? Nanti kalo gue di culik gimana? "

"Ihh febby, santai, slow, gue kasih tahu tapi jangan langsung nengok, soalnya nanti dia tau kalau kita lagi ngomongin dia"

"Oke, oke, mana? " Wajah febby menjadi serius mendengar kan, mereka berdua bahkan mengabaikan ketua BEM yang sedang berpidato.

''Dia ada di baris no empat belas, no dua dari depan" Febby menganggukkan kepalanya mengerti, mendengarkan kembali ketua BEM yang sedang menjelaskan acara besok.

  Dirasa sudah sedikit lama, dengan gerakan berpura-pura febby menoleh ke arah yang aria katakan, ketika mata nya berpaspasan dengan mata hitam legam milik cowok berambut abu-abu di sana, tubuh febby tiba-tiba menegang melihatnya, cowok itu.

    Buru-buru febby mengalihkan pandangan nya dengan jantung yang berdetak kencang, mata itu sama seperti dulu, tak ada perubahan dari cowok tadi, ia tetap sama, sama seperti waktu itu, bedanya febby merasa ada ribuan luka dan kerinduan di dalam mata legam itu saat menatap dirinya.

  Setelah semua mahasiswa dan mahasiswi di bubarkan, dengan terburu-buru febby keluar dari kerumunan, mengabaikan aria yang sedang berteriak memanggil dirinya, tidak lagi, dia tak mau melihat cowok itu lagi, ia tak mau berbicara dengannya lagi.

"Kamu sudah sampai di kampus? " Ucap febby pada James yang baru ia telepon.

"Aku udah ada di parkiran"

"Aku kesana"

   Setelah memutuskan sambungan telepon, febby berlari mencoba menjauh dari siapapun, memasuki mobil berwarna putih milik James dengan nafas terengah.

"Kamu kenapa? "

"Ha? " Wajah febby terlihat bingung dengan ucapan James, emangnya dirinya kenapa.

"Kok sampai ngos-ngosan" Terang james sembari menghapus keringat di dahi febby.

"Cuma takut kamu nunggu aku lama, makanya aku lari tadi"

"Jangan gitu lagi ya, nanti kamu capek"

"Oke" Tubuh febby bersandar nyaman, memejamkan mata untuk menghapus semua bayangan cowok itu yang masih ada di fikiranya, kenapa harus satu kampus sih, batin febby kesal.

"Sayang"

"Hmm"

"Capek ya? "

"Gak juga, ada apa? " Mata febby terbuka, menatap James yang beberapa kali melirik dirinya sembari menyetir.

"Kayaknya aku gak bisa pindah kuliah di Indonesia, kamu tahu kan aku baru bangun cafe di sekitar kampus ku di sana, kalo aku ke Indonesia siapa yang ngurus, kamu gak papa kan aku gak jadi pindah? "

"Gak papa, aku ngerti kok"

"Kamu yakin? "

"Hmm"

   Tak masalah bagi febby, toh ia tak terlalu suka berlama-lama dengan James, ia masih sulit menerima James di kehidupan nya, entah karna febby masih trauma dengan kejadian dulu, atau karena febby tak pernah menerima James di kehidupan nya.

  Setiap perlakuan manis James membuat dirinya tak nyaman, tetapi ia berusaha menganggap ia biasa saja, agar ia tak melukai hati James yangbkelewat baiknya itu, febby tahu James mencintai nya tulus, tapi febby tak bisa, James telah ia anggap menjadi kakaknya sendiri.

Always be mineWhere stories live. Discover now