5

210 15 0
                                    

"Kamu ingin tahu, kenapa aku tak mau menyamakan dirimu dengan bulan, bintang dan matahari? "

   Mata febby memicing menatap Juan yang sedang tidur di sampingnya, mereka berdua tidur di atas rumput taman belakang rumah Juan, dengan lengan Juan sebagai bantal untuk febby.

"Emang kenapa? " Tanya febby yang sudah kembali menatap bintang yang ada di atas sana.

"Bulan akan lenyap keindahan nya karena banyak nya bintang yang bersinar terang di atas sana, dan bintang, sinarnya akan kalah jika matahari muncul, sedangkan matahari akan mengalah untuk menerangi bulan pada malam hari, maka dari itu, aku tak bisa menyamakan mu dari semua itu, karena kamu lebih dari itu" Ucap Juan tepat di telinga febby.

  Febby menangis di dalam mobil dengan keras, ia tak bisa menahan semua sakit dihatinya, entah kenapa rasanya sakit melihat tatapan terluka dari mata juan.

                            🥳🥳🥳🥳

   Pagi ini febby duduk di kantin bersama aria, kemarin setelah kejadian dimana Juan menemuinya, ia membatalkan janjinya bersama aria yang ingin nongkrong di cafe, bahkan febby mengabaikan aria yang menanyakan kejelasan tentang kejadian kemarin.

  Aria yang faham kalau febby tak mau membagi cerita pun hanya diam tak mau bertanya lagi, karena baginya, terlalu mengikut campuri urusan orang lain terlalu dalam sangatlah tak baik, apa lagi mereka baru kenal tak ada dua minggu.

  Acara makan febby dan aria yang di selingi canda tawa kini berhenti ketika Juan dan ke tiga sahabat nya berdiri tepat di depan meja mereka berdua, mata febby memicing curiga, karena tak mau berurusan dengan mereka lagi, akhirnya febby memilih diam sambil menghabiskan makanannya.

"Hai, boleh ikut duduk? " Tanya salah satu dari mereka, sean.

  Aria yang gugup karena di hampiri empat cowok tampan yang sialnya salah satu dari mereka dinobatkan sebagai pria paling tampan di Universitas ini ada di sana, siapa lagi kalau bukan Juan, aria melirik ke arah febby yang cuek bebek tak menanggapi kehadiran mereka, seolah ucapan sean adalah angin lalu baginya.

"By" Cicit aria karena tak tega melihat cowok-cowok tampan di depan nya harus di anggurin begitu saja, apa lagi banyak orang yang ada di kantin jurusannya menatap mereka iri.

"Hmm" Gumam febby yang sekarang fokus bermain handphone.

"Mereka mau gabung boleh? " Febby yang masa bodoh hanya mengedikkan kedua bahunya acuh.

"Duduk aja kak, gak papa kok" Ucap aria karena tak enak hati.

  Febby melirik kursi yang ada di sampingnya, terdapat Juan yang sudah duduk anteng sesekali melirik ke arahnya, suasana sekarang berubah menjadi canggung, sampai akhirnya salah satu dari ke empat cowok itu membuka suara.

"Udah laga gak ketemu ya by" Ucap cowok di samping sean, dengan rambut coklat tua, defano.

  Tak ada jawaban dari febby, cewek tersebut memilih diam bermain handphone, karena mata pelajaran nya telah selesai, tadi febby berfikir mengajak aria kumpul di kantin sampai siang nanti, tapi karena kedatangan empat curut itu, mau tak mau febby harus membatalkan planing nya itu.

  Karena febby cukup risih selalu di tatap Juan, akhirnya jari lentik febby memutuskan menghubungi James agar menjemputnya sekarang, saat telepon telah tersambung, febby secara to the point mengatakan keinginan nya itu.

"Aku udah selesai kuliah, jemput sekarang aja" Ucap febby dengan suara halusnya.

"Katanya mau habisin waktu sama temen kamu? "

"Gak jadi" Gumam febby.

''Baik lah, aku jemput sekarang "

"Nanti langsung ke kantin gedung jurusan aku aja kalau udah sampai"

"Baik lah sayang ku, aku tutup ya, love you"

"Love you too" Balas febby tanpa mengetahui ada seseorang yang mati-matian menahan amarahnya karena sempat mendengar kalau suara yang di sebrang adalah suara cowok.

"Siapa by? " Tanya aria penasaran.

"James" Jawab febby sekenanya.

"Lho, belum balik ke Singapura? " Tanya aria semakin penasaran, dirinya tahu kalau febby telah memiliki tunangan, dan sebentar lagi akan kembali ke negara asalnya, tapi ia tak tahu kapan kembali nya tunangan febby ke negara asalnya, bahkan aria sempat bertemu beberapa kali pada James karena sering menjemput febby saat pulang kuliah ataupun saat pulang nongkrong.

"Oh ya, kita belum sempat kenalan sama lo, nama lo siapa? " Tanya sean memecah kecanggungan di antara mereka semua yang ada di satu meja tersebut.

"Aria kak" Cicit aria karena malu di ajak kenalan dengan salah satu pria tampan di hadapannya itu.

"Hai aria, gue sean, dan di samping gue itu namanya, defano, di samping defano dika, dan di samping dika itu Juan" Ucap sean sembari mengenalkan teman-temannya.

  Sebenarnya ia malas untuk berucap panjang lebar kepada cewek yang baru ia kenal, karena di antara mereka berempat, hanya dirinya yang waras, jangan di tanya alasan nya apa, ya karena ia masih mau berbicara dengan orang asing, sedangkan teman-temannya, mereka tak suka berbicara dengan seorang cewek yang tak mereka kenal, kecuali dengan febby, cewek tersebut adalah pengecualian mereka.

"Hai kak salam kenal" Kikuk aria berusaha tenang dan tak bergetar.

  Mereka yang ada di sana hanya bergumam sebagai balasan dari sapaan aria, memang kalau empat kulkas jika di satukan akan menjadi kutub utara saja, tak berselang lama mereka terdiam, Tiba-tiba ada cowok yang menepuk pundak febby, membuat sangat empu kaget sebentar.

  Febby tersenyum melihat orang yang menepuknya tadi, siapa lagi kalau bukan tunangannya, James. Febby berdiri untuk memeluk James sekilas, aria bergeser duduk agar James bisa duduk di samping kiri febby, karena di kanan febby terdapat Juan yang sedang mengepalkan kedua tangannya erat menahan amarah saat melihat febby memeluk cowok asing tetsebut.

"Pulang sekarang apa nanti? " Suara halus James hampir membuat ke empat cowok yang ada di sana ingin muntah saja.

"Tunggu aria di jemput abangnya dulu" Jawab febby tak kalah lembutnya.

"Oke"

   Tangan James merangkul pundak febby, dan menarik tubuh tunangannya itu agar bersandar di tubuhnya, febby hanya diam saja, menerima perlakuan James kepadanya, selagi itu di batas wajar, maka febby akan menerima nya.

"Besok lusa aku pulang ke Singapura, kamu gak papakan aku tinggal? Apa kamu mau ikut aku ke Singapura aja? Pindah kuliah di sana" Febby menoleh, menatap James seraya berfikir.

   Kalau ia ikut James, maka dia akan beradaptasi dengan lingkungan baru, tema baru, dan suasana baru, terus bagaimana sahabat baru nya nanti kalau ia pindah ke Singapura, pasti aria akan kesepian di sini.

"Gak usah, aku disini aja"

"Yakin? "

"Hmm" James mendesah kecewa, padahal ia akan sangat bahagia jika febby mau menerima tawaran nya.

Always be mineWhere stories live. Discover now