6

214 15 0
                                    

   Tak sadarkah febby jika Juan yang ada di sampingnya mengepalkan tangan dengan erat, sungguh Juan ingin sekali mematahkan tulang cowok di samping febby yang dengan lancangnya menyentuh tubuh febby.

"Juan" Panggil Dika menyadarkan Juan yang hampir kehilangan kesabarannya, ke tiga sahabat Juan tahu bahwa Juan dengan mati-matian menahan amarahnya.

  Bagai mana mereka bisa tahu, ya karena cara Juan mencengkram minumannya dengan erat, jika tak di hentikan dika, minuman tersebut bisa pecah melukai tangan nya, untung saja dika mengingat kan nya.

  Febby sempat melirik ke arah nya sebentar sebelum kembali sibuk dengan handphone nya, defano yang tak bisa menyembuhkan rasa penasaran nya pun langsung menanyai febby secara to the point.

"Cowok itu siapa lo by? Pacar? " Febby melirik defano sekilas, sebelum kembali ke acara bermain game nya.

"Gue tunangan nya" Jawab James karena tak enak hati melihat febby mengabaikan cowok yang bertanya tadi.

Ctiar

   Hilang sudah kesabaran Juan, dengan kasar ia menarik febby keluar dari area kantin mengabaikan tangannya yang terluka karena terkena pecahan kaca gelas yang ia genggam tadi sampai pecah.

   Mereka meninggalkan semua orang yang ada di sana, bahkan saat James ingin menyusul langsung di cegah oleh sean, defano, dan dika, aria yang di Sana hanya diam tak tahu harus berbuat apa karena bingung dengan situasi sekarang ini.

  Berulang kali febby memberontak minta di lepaskan dari tangan Juan, jujur febby sangat khawatir dengan telapak tangan juan yang terluka, tetapi gengsinya lebih tinggi untuk mengkhawatirkan nya, untuk apa ia mengkhawatirkan orang yang telah menyakiti hatinya selama ini.

   Mereka berjalan ke area parkiran, mengabaikan semua orang yang menatap mereka penasaran, tanpa memperdulikan febby, Juan mengendarai mobilnya ugal-ugalan, beberapa kali menyelip mobil bahkan truk yang ada di depannya itu.

"Kalo elo mau mati, mati sendiri aja sono, jangan ngajak gue, gue masih pengen hidup ya'' teriak febby ketakutan sendiri di kursi sebelah Juan.

  Juan tak menghiraukan ucapan febby, ia semakin melajukan kecepatannya agar cepat sampai tujuan, tiga puluh menit perjalanan, mobil yang febby kendarai sampai di salah satu apartemen mewah di kawasan jakarta.

  Karena febby yang tak mau turun, tanpa sepatah-kata pun Juan membopong tubuh mungil febby, memasuki apartemen kemudian menguncinya agar febby tak bisa kabur dari tempat ini.

"Lepasin gue bangsat"  Juan yang tak suka mendengar febby berteriak, bahkan mengumpat pun langsung melempar febby di atas kasur empuk.

   Tubuh febby yang terpental-pental di atas kasur membuat Juan memiliki kesempatan untuk mengunci pintu kamar, setelah terkunci, Juan melempar kunci kamarnya kesembarang arah agar febby tak menemukannya, ia berjalan kembali ketempat febby, memeluk febby seerat mungkin dan menenggelamkan wajahnya di lekukan leher febby.

  Tak akan ia biarkan febby pergi dari dirinya, tak akan, karena febby adalah miliknya, dari dulu sampai sekarang, tak akan ada orang akan ia bisa memilikinya, kecuali dirinya sendiri.  Tangan febby yang memberontak ingin lepas dari pelukan Juan berangsur-angsur melemah.

"Jangan sentuh gue" Bukannya terlepas, Juan semakin memeluknya seerat mungkin, tangannya yang terluka ia biarkan sampai mengering, tak ada rasa sakit yang ia rasakan, kecuali rasa sakit hati melihat febby dengan cowok lain selain dirinya.

"Aku gak akan biarin kamu pergi" Wajah  Juan mendongak menatap febby yang tidur di sampingnya dengan tatapan rindu, tak mau berlama-lama hanyut di dalam mata indah kekasihnya itu, Juan kembali menenggelamkan wajahnya di lekukan leher febby.

" Kamu milik aku, aku gak suka lihat kamu di sentuh cowok lain, aku marah lihat kamu akrab dengan cowok itu, aku gak suka, aku benci" Gumam juan, febby rasa Juan menangis di pelukannya, bisa ia rasakan tetes demi tetes air mata yang mengenai kulit lehernya.

"Kita udah putu" Febby kembali mengingatkan Juan lagi kalau mereka telah lama memutuskan hubungan ini.

"Enggak, kamu milik aku, cuman milik aku" Elak Juan tak Terima.

"Gue milik James, bukan milik elo" Juan melotot sempurna, hatinya seakan teriris mendengarkan ucapan febby.

"Kamu. Milik. Aku" Ucap Juan penuh penekanan, bukannya takut, febby semakin menatap Juan tak suka, seakan ia muak dengan segala kelakuan orang yang tidur di sampingnya itu.

"Elu yang mulai Juan, bukan gue, karena ulah elo sendiri kita berakhir, ingat itu" Mata febby berkaca-kaca mengingat kejadian yang dulu kembali melintas di otaknya.

"Aku minta maaf, aku salah, aku gak mau kamu pergi. Kamu tahu, hatiku rasanya sakit waktu lihat kamu di peluk cowok tadi, sungguh aku gak Terima by"

"Terus gimana perasaan gue waktu elo nyelingkuhin gue? Apa gak lebih sakit dari elo? "

"Maafin aku" Lirih Juan yang masih setia memeluk dirinya.

"Basi, lepas" Juan mengubah tidurnya menjadi di atas tubuh febby, menatap wajah cantik kekasih nya yang gelagapan menahan rasa takut karena ia menindih tubuh nya.

"Apa perlu aku hamili kamu dulu? Mungkin dengan cara itu kamu mau kembali lagi" Tubuh febby panas dingin di buatnya, ia ingin memberontak ataupun marah, tapi ia takut jika Juan berbuat nekat kalau ia melakukan itu.

"Jangan bodoh" Juan tersenyum manis, ia kembali memeluk pinggang ramping febby dengan posisi masih sama, tak lupa wajahnya yang berada di lekukan leher gadisnya kembali.

"Maka dari itu, jangan pernah pergi" Lirih Juan sembari mengecup leher febby berulang kali.

Febby dan Juan

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Febby dan Juan

Always be mineTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon