Bagian 12

937 121 0
                                    

Di awali dengan pagi yang canggung, Sakura menunggu Kakashi yang sedang memasak. Setelah siap, Kakashi langsung menghidangkan masakannya di atas meja makan. Mereka pun makan dengan sangat tenang.

"Kakashi-niisama, kau tahu, kemarin aku bertemu dengan Obito-kun di hutan. Dia sedang latihan. Katanya, dia sudah melakukan itu sejak dia gagal ujian chuunin. Keren, ya?"

Sakura memasukkan suapan selanjutnya ke mulutnya, "Dia juga terlihat keren saat melempar shuriken dan kunai. Jantungku rasanya hampir copot, shannaro!" sambungnya, lalu menelan makanan itu.

Kakashi tidak menanggapi apapun, bahkan sampai Sakura selesai merapikan bekas makan mereka.

"Aku akan mengajarimu shuriken."

Seketika itu, segurat senyum terukir di wajah cantik nan imut Sakura. Ia langsung berlari ke arah Kakashi yang masih duduk di kursi meja makan. Ia berdiri di depannya dengan mata yang berbinar.

"Benarkah? Kau mau mengajariku?" tanya Sakura memastikan, Kakashi hanya mengangguk sebagai balasan.

"Yatta!" Sakura berser, lalu berkata, "Akhirnya aku belajar shuriken. Terima kasih, Kakashi-niisama!"

"Berisik."

Sakura langsung menutup mulutnya menggunakan telapak tangannya. Entah kenapa ia merasa senang. Padahal hanya sekadar diajarkan melempar shuriken. Mungkin karena saat di umurnya yang seperti saat ini, ia tidak pernah melakukan hal yang seperti itu.

Sekarang, Sakura dan Kakashi berada di sebuah hutan yang sering mereka kunjungi untuk menangkap ikan. Lokasi sungai berada tidak begitu jauh dari sana.

"Lihat," Kakashi mengeluarkan sebuah shuriken dari kantungnya. Lantas, ia mengintruksi Sakura kembali, "Perhatikan baik-baik atau ini akan menjadi yang terakhir kalinya aku mengajarimu."

Sset!

Mulut Sakura terbuka. Matanya yang terbelalak berbinar ketika melihat beberapa shuriken yang dilepaskan Kakashi sekaligus mendarat dengan mulus tepat di titik-titik target. Tangannya refleks saling bertepukan.

"Kau hebat, Kakashi-niisama!"

"Nih," Kakashi memberikan shuriken lain miliknya pada Sakura.

"Hanya satu?"

Kakashi memutar bola matanya malas, "Kau ini masih pemula. Lagi pula, satu shuriken saja belum tentu kau bisa melakukannya. Cobalah. Jika kau tidak bisa, ulangi lagi sampai kau bisa. Aku tidak menerima kegagalan."

Sakura berdecih, "Kau ini sangat menyebalkan ya, Kakashi-niisama. Gagal itu wajar. Justru kegagalan lah yang membawamu pada puncak kesuksesan."

"Berisik," Kakashi pun berpindah posisi menjadi di belakang Sakura, ia melipat kedua tangannya di depan dada. Lalu, ia berkata, "Aku sedang tidak butuh kata-katamu. Lagi pula, apa yang bisa diharapkan dari seorang anak kecil sepertimu?"

Sset!

Shuriken yang Sakura lemparkan berhasil menancap di titik fokus target dalam sekali coba. Tangannya dengan refleks melontarkan shuriken itu ketika telinganya menangkap apa yang diucapkan oleh Kakashi. Itu membuatnya sedikit kesal.

"Aku minta shuriken lagi," pinta Sakura sambil mengulurkan tangannya pada Kakashi, tanpa melirik anak itu sama sekali.

"Kau hebat juga bisa berhasil dalam sekali coba," tutur Kakashi, lalu memberikan lagi shurikennya pada Sakura.

Sset!

Lemparan kedua sukses. Ia berhasil lagi melempar shuriken. Ucapan Kakashi seakan membuatnya termotivasi supaya bisa menampar mulut pedasnya itu suatu hari nanti. Entah di masanya, atau di masa ini.

"Aku minta lagi," pinta Sakura yang mengulurkan tangannya lagi tanpa melirik Kakashi. Namun anak itu menghela napasnya dengan gusar.

"Cukup. Dua shuriken saja sudah cukup karena kau masih kecil, tidak boleh berlatih dengan keras atau pertumbuhanmu akan terhambat."

Sakura tidak menggubris. Ia malah mematung dengan kepalanya yang menunduk. Tatapan penuh kekesalan yang tidak Kakashi sadari. Kakashi tidak sadar diri, padahal dia juga masih kecil tapi melakukan latihan yang mungkin sama kerasnya juga.

"Kakashi-niisama..."

"Huh?"

"Aku sangat berterima kasih karena kau mau mengajariku melempar shuriken," ucap Sakura. Lalu, ia kembali berucap sambil melirik Kakashi dengan sorot matanya yang dingin, "Tapi, bisakah sekali saja kau tidak meremehkan orang lain? Kurasa, Genma-san atau pun Guy-san lebih baik darimu. Obito-kun juga mungkin memang akan segera melampauimu-"

"Cukup."

Sakura mengernyit. Kedua manik hijau berkilaunya menangkap sosok Kakashi yang menundukkan kepala. Lalu sedetik kemudian, anak itu mendongak dan menatap Sakura.

"Bukankah sudah kubilang cukup? Apa telingamu tidak berfungsi dengan benar?" Kakashi menatap Sakura dengan tatapan yang mengintimidasi.

"Aku tidak ingin kau membandingkan atau menyamakan aku dengan orang lain."

Kemudian, Kakashi langsung berjalan meninggalkan Sakura. Gadis kecil itu merasa ada sedikit rasa bersalah di hatinya. Ia segera menyusul langkah Kakashi yang sudah jauh darinya.

Setibanya di rumah, Kakashi mencuci tangannya. Mata onyx-nya menatap kedua tangannya yang saling menggosok. Lalu, suara Sakura membuat lamunannya menjadi buyar.

"Kakashi-niisama, aku minta maaf. Kurasa aku lancang padamu," ujar Sakura yang bertengger di lawang kamar dengan tangannya yang menyentuh kusen pintu.

[Jadi kamarnya Sakura alias kamar Kakashi pas dulu itu posisinya ada di deket dapur gitu ya. Kaya berhadapan gitu lah lawang pintu sama dapurnya. Kebayang kan? Kalau engga ya sudah lah :')]

Kakashi mengelap tangannya dengan kain bersih yang ada di sebelah kran wastafel. Ia berjalan menghampiri Sakura, membuat gadis itu menelan ludahnya karena gugup.

"Aku tahu kau kesal padaku, aku juga minta maaf. Hanya saja, tolong jangan perlakukan aku sama seperti siapapun. Kau tahu aku tidak sama seperti orang lain."

Again [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang