Bagian 24

880 87 0
                                    

Sakura bangun pagi-pagi buta lalu bersiap hendak berlatih lagi. Namun, baru saja keluar, Kakashi muncul.

Sakura berdecak sebal. Batinnya merutuk kenapa kamarnya harus dekat dengan dapur. Itu membuatnya harus selalu berpapasan dengan Kakashi.

"Sakura, tumben sekali kau sudah bangun."

Sakura tidak menggubris ucapan Kakashi. Ia melengos menghampiri Osaka yang masih terlelap di depan kamar tidurnya.

"Ada sesuatu yang harus kulakukan," tutur Kakashi, ia mengelap tangannya yang basah. Lalu, ia kembali berkata, "Aku sudah menyiapkan makanan untukmu. Jika kau tidak suka, berikan saja pada Osaka. Dan buatlah masakan yang kau suka sendiri."

Sakura memutar bola matanya malas setelah Kakashi pergi dari rumah. Ia hanya merasa kesal. Sudah beberapa hari ini Kakashi bersikap seperti itu. Dan ucapannya selalu saja sama. Sejak mereka beranjak remaja, Kakashi juga tidak pernah lagi menunjukkan wajahnya. Seakan masker itu sudah menjadi kulitnya sendiri.

Sakura langsung keluar dari rumah menuju tempat latihannya kemarin. Sesampainya di tempat, ia menjumpai Hiruzen sudah berdiri di sana.

"Sakura, kukira kau tidak akan datang."

"Maafkan aku, Hokage-sama. Tadi ada sedikit masalah, tapi sudah selesai," jelas Sakura sambil membungkuk sekilas.

"Tidak apa," ujarnya sembari menghampiri Sakura. Lalu, ia kembali berkata dengan genggamannya yang terulur, "Gunakan kunai ini. Aku tahu kau pasti bisa melakukannya."

Sakura diam sejenak menatap kunai tersebut. Ia memang pernah memakai kunai, tapi bukan berarti ia juga akan mahir menggunakannya di dunianya saat ini. Ia juga pernah melakukan latihan shuriken, namun belum menjamin kemampuannya bagus.

"Baiklah, akan kucoba."

Sakura mengontrol pernapasannya sebelum tangannya memegang kunai dengan kuat. Tatapannya lurus dan ia begitu fokus.

"Kau tidak perlu terlalu tegang. Kunai bukanlah apa-apa. Anggap saja itu mainan."

Seketika itu, Sakura yang merasa tubuhnya tegang langsung rileks. Ia juga sempat heran mengapa ia merasa setegang itu, padahal yang dilakukannya hanyalah melempar kunai.

"Kau bisa, shannaro!"

Ttuk!

Ttuk, ttuk!

Ttuk, ttuk, ttuk!

Sakura tersenyum sumringah dengan kedua matanya yang terbelalak. Ia begitu senang karena kunai yang dilemparnya berhasil menancap di semua target. Ia menjadi yakin kalau kemampuannya sudah kembali.

"Hebat..."

Sakura menyengir atas pujian Hiruzen. Kemudian, pria paruh baya pemimpin desa Konoha ketiga itu pun memberikan beberapa shuriken padanya.

"Jika kau bisa menggunakan kunai, kuyakin kau juga bisa menggunakan shuriken ini."

Dan benar saja. Kejadian kunai tadi terulang lagi ketika Sakura mencoba melempar shuriken.

"Kau memang hebat di umurmu yang tidak semuda Kakashi. Tapi kau juga melakukannya dengan baik, Sakura. Setelah ini, kita harus lihat apa kemampuanmu yang sebenarnya. Kita mulai dari ninjutsu."

Sakura membeku di tempat seketika. Ia baru ingat jika ia menggunakan ninjutsu hanya untuk medis. Jika untuk bertarung, ia lebih mengandalkan taijutsu-nya.

Again [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang